Setelah kejadian itu, Xiao Zhan benar-benar dirundung rasa malu, duduk di pojokan kelas. Bagai tikus yang tengah bersembunyi dari kucing tetangga.
Xiao Zhan duduk di dekat jendela, mengamati halaman belakang yang dipenuhi pepohonan yang rindang. Sebagai malaikat, ia tak boleh memikirkan hal yang kotor. Ia harus bersih, sesuai sumpah yang dibaca, setiap pertemuan di istana langit.
Xiao Zhan mencoba berkomunikasi dengan Suho, tapi temannya itu juga sibuk rupanya. Tidak menjawab panggilan Xiao Zhan.
Xiao Zhan mengamati sebuah benda segi panjang dengan layar yang bercahaya jika disentuh. Kadang juga berbunyi dan bergetar saat ada panggilan. Xiao Zhan tidak tahu cara memakainya, teman sebangkunya bilang itu ponsel.
Di langit tidak ada benda semacam itu, ia bingung.
Menurut modul *cara malaikat menjadi manusia sementara*.
Ia harus menyalin data di ponsel itu agar bisa menggunakannya dengan benar.
Karena ini masih di dalam kelas, ia tidak bisa melakukannya. Xiao Zhan menduplikasikan ponsel itu dari gambar di papan reklame pinggir jalan. Saat dalam perjalanan ke sekolah tadi pagi. Jika saja Xiao Zhan sudah mengerti tentang cara penggunaan ponsel, pasti ia akan merekam adegan di ruang musik dan menunjukkannya pada Suho. Sekedar berbagi ilmu pengetahuan.
Xiao Zhan kembali menatap ke luar jendela. Segerombolan anak laki-laki sedang mengelilingi seorang pemuda berkacamata tebal. Tinggi pemuda itu di atas rata-rata, tapi nyalinya sangat pendek. Ia membiarkan dirinya didorong-dorong oleh mereka. Dan buku yang ia dekap di lempar ke lantai, lalu di injak-injak.
Xiao Zhan tak tahan melihatnya, ingin membantu tapi tidak bisa. Mungkin sedikit jentikan jari bisa menyelesaikan masalah.
Ting.
3 pria yang tadi mengerumuni pemuda berkacamata tebal, tiba-tiba terpental ke belakang. Mereka terkejut, karena tidak ada yang melakukan serangan tapi tubuh mereka jatuh tiba-tiba. Mereka melihat sekeliling. Pohon besar di depan mereka bergerak tertiup angin, tapi mereka mengira pohon itu dihuni makhluk lain.
Ketiganya ketakutan, dengan lutut gemetar berlari ke halaman depan. Xiao Zhan tertawa cekikikan, dalam hati mengatakan. Rasakan kalian.
Si pria berkacamata tebal bangun dari lantai, menepuk nepuk celananya. Mengambil buku yang berserakan, lalu didekapnya kembali.
Ia membetulkan letak kacamatanya, memandang sekeliling. Tapi tidak tersirat sedikitpun ketakutan di wajahnya. Berbeda dengan para pria yang tadi mengganggunya.
Xiao Zhan kembali melihat ke depan kelas yang masih sepi. Ia mendengus bosan, ingin sekali kembali ke langit dan bermain kejar-kejaran dengan kupu-kupu peliharaannya.
Sampai suara bel berbunyi, kelas yang sepi tiba-tiba gaduh. Beberapa siswa masuk sambil bersenda gurau. Ada tiga pria yang Xiao Zhan kenal sebagai biang onar di halaman belakang. Dan pria culun berkacamata tebal. Mereka memasuki kelas yang sama. Satu kelas dengan Zhan.
Dua pria yang wajahnya menyebalkan duduk di depan Zhan. Sedang pria culun itu duduk tepat di belakang Zhan.
Benar-benar sial bagi Zhan, teman-teman di depan dan belakangnya tidak ada yang enak dipandang. Yang di depan tampan tapi nakal, dan Xiao Zhan tidak suka dengan siswa nakal yang tingkahnya sok preman.
Yang di belakang Zhan, merupakan pria yang dari tampilannya terlihat, baik, rajin, suka menabung, pandai memasak, hobby baca buku, dan suka membantu. Tapi wajahnya benar-benar tidak enak dipandang.
Postur tubuhnya memang bagus, tinggi dan tegap bak model pria yang biasa mengisi koleksi musim semi di Paris fashion week. Tapi wajahnya, uh. Sebagai malaikat, Xiao Zhan selalu bertemu dengan wajah rupawan di langit, jadi ia sedikit shock dengan wajah manusia satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel And Agent (END)
FanfictionCerita kacau, tidak konsisten Manis di awal, bikin pengen nampol di tengah-tengah Makin amburadul ke belakang Jangan percaya sama yang nulis, imajinasinya suka berpindah tempat.