6

160 61 4
                                    

Rasanya baru saja ia memejamkan kedua matanya, tetapi seseorang dengan kasar menggoyang-goyangkan tubuhnya berusaha membangunkan. Ia berhasil membuka setengah matanya tetapi langsung membalikkan tubuh setelah melihat dengan samar siapa orang yang berusaha mengganggu tidurnya.

"Ka Haga ngapain sih akh ganggu ka" gumamnya setengah tersadar.

"Nes" tidak ada jawaban "ayo ikut Kaka kerumah sakit"

"Biasanya juga kerumah sakit sendiri ngapain ajak-ajak Anes" kali ini Haga yang terdiam, duduk ditepi tempat tidur Anes.

Dengan mata terpejam Anes masih merasakan kehadiran kakanya. Walau hanya terdiam, Haga berhasil membuat Anes kembali membalikkan tubuhnya.

"Papa sama mama juga disana Nes" kini ucapan Haga berhasil membuat matanya terbuka sempurna.

"Mama juga?" Tanya Anes, Haga hanya mengangguk.

"Kaka tunggu dibawah ya, cepet"

Dengan malas ia bersiap-siap mengikuti perintah kakanya, dan langsung turun kebawah setelah selesai. Mesin mobil milik Haga sudah berbunyi memanggil Anes yang berjalan sangat lambat di mata Haga.

"Lama banget sih Nes jalannya" ucap Haga kesal. Haga langsung menginjak pedal gas mobil, setelah Anes duduk disampingnya.

papa Anes memang sering berkunjung kerumah sakit milik kakaknya itu, bahkan hanya untuk melihat anak laki-lakinya itu bertugas walau hanya beberapa menit saja.
Banyak yang ingin Anes tanyakan pada kakaknya, tetapi semua itu sulit untuk keluar dari mulutnya setelah melihat muka kesal sekaligus tegang milik Haga.

"Ka...Anes takut, pelan-pelan aja ya ka bawa mobilnya" dengan sangat pelan dan lembut Anes berusaha mengeluarkan suaranya, tetapi seharusnya masih bisa didengar oleh Haga.

Kecepatan mobil pun mulai melambat bersamaan dengan raut wajah kekhawatiran yang mulai tenang. Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Haga mulai memasuki kawasan rumah sakit. Suasana sekitar rumah sakit memang ramai walau kini, jam menunjukkan pukul 2 pagi. Apalagi rumah sakit ini memiliki luas kurang lebih 1,2 hektar dengan luas bangunan sekitar 35 ribu m2.

Mereka turun dari mobil setelah Haga memarkirkan mobilnya, dan mulai masuk kedalam bangunan putih itu. Haga berjalan lebih dulu diikuti Anes, jalannya sangat cepat ditambah kaki yang lumayan panjang membuat langkahnya semakin sulit di kejar.

"Ka tunggu" panggil Anes setengah berlari. "Loh ka ruangan Kaka kan ke kanan?" Lagi-lagi tidak menjawab hanya terus berjalan. Anes memang jarang berkunjung kerumah sakit tapi ia tau dimana ruangan milik kakaknya yang dibuatkan khusus untuknya. Bahkan, jauh sebelum ia memiliki gelar seorang dokter.

Dengan nafas yang tak beraturan Anes melambatkan langkahnya setelah melihat wanita paruh baya duduk menangis dikursi pojok lorong salah satu rumah sakit. Laki-laki yang sedari tadi ia kejar berlari kecil, menghampiri wanita itu berusaha menenangkan dengan sebuah pelukan. Setelah dengan jelas Anes melihat siapa wanita yang berada dipelukan kakaknya, Anes menghentikan langkahnya.

Kenapa? Ada apa ini? Tanyanya dalam hati.

****

Ayyara bingung, tumben-tumbenan pagi ini semua murid berkumpul dilapangan sekolah, padahal bukan hari senin dan tidak ada kegiatan penting.

"Pagi paa, pa hari ini yang telat cukup banyak ya" cengir ayyara pada petugas sekolah.

"Eh neng Ayyara, MasyaAllah makin siang aja neng, untung hari ini ga ada razia dan bebas hukuman loh neng"

"Wah serius mang?" Tanyanya antusias.

"Serius atuh neng, cepetan sana masuk tuh upacaranya mau dimulai"

"Ah iyaiya mang "

Upacara? Baru saja dia hendak bertanya upacara apa yang akan di selenggarakan. Tetapi, jawabannya sudah terjawab setelah ia melihat bendera yang dinaikkan setengah tiang. Ayyara memutuskan segera bergabung, ikut baris dibelakang teman kelasnya.

"Loh Anes baris di depan ya? Ga keliatan" Ayyara celingukan mencari temannya, padahal harusnya dengan mudah ia bisa menemukannya. Tubuh yang lumayan tinggi, ramping dan rambut lurus sebahu itu tidak bisa ditemukan pagi ini.

"Woy Ra" sontak Ayyara menengok, pada seseorang yang baru saja memanggil dan menepuk pelan pundaknya.

"Kamu liat Anes ?"

"Belum" jawabnya "gua baru dateng Ra" ucapnya dengan senyum lebar. Ayyara baru sadar Yasa masih ngengenakan tasnya, sama seperti dirinya.

Percakapan mereka terhenti setelah kepala sekolah menyampaikan pengumuman, dan membantu memimpin doa untuk kepergian seseorang yang penting bagi sekolah. Dia adalah pemilik sekaligus donatur sekolah. Tentu saja hal itu membuat heboh seiisi sekolah, apa lagi orang tersebut belum pernah menampakkan dirinya disekolah.

Setelah acara doa dan beberapa pengumuman selesai, semua murid dan beberapa guru pun kembali diperintahkan menjalankan kewajiban dan kegiatan masing-masing.

Setibanya dikelas, Ayyara melihat bangku temannya masih belum berpenghuni bahkan tidak ada satupun barang miliknya, biasanya dia selalu paling pagi sampai sekolah.

"Ra Anes mana ? Kaga sekolah?" Tanya salah satu teman kelasnya.

"Ga tau, dia ga ngasih tau sebelumnya"

Aduh Anes kamu kemana sih? Kamu baik-baik aja kan? Tanyanya dalam hati.

****

Hai semuanya...apa kabar?

Udah lama nih vakum hehe, kemaren mood untuk menulis hilang.

Maka dari itu selalu dukung author dengan vote dan komentarnya ya!

Oh iya, author kadang suka typo nih kalo sedang mengetik. Jadi kalo kalian menemukan kesalahan penulisan tolong kasih tau ya...

Berlian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang