Bu, baru diserang

6 1 0
                                    

"Sial," teriakku pelan senaya berlari menuju gerbang sekolah yang akan tertutup.

Nafasku terengah-engah dan usahaku pun sia-sia, gerbang sekolah tertutup tepat di depan mataku.

Sial, tinggal tiga langkah lagi. Mengapa gerbangnya tertutup dengan cepat?, batinku kesal.

"Okay, berbaris kalian terlambat." tukas Bu Ninta dengan ketusnya.

"Lihat, lihat, ayo cepat lari." teriaknya kepada siswi di belakangku.

Kami berbaris dengan rapi di depan gerbang sekolah, tak seperti biasanya gerbang sekolah tertutup sebelum lagu "Indonesia Raya" berakhir.

Kami dengan lantang menyanyikan lagu kebangsaaan dengan sikap sempurna seperti saat upacara berlangsung.

"Sekarang lari tiga kali mengelilingi lapangan," tukas Bu Ninta setelah lagu "Indonesia Raya" berakhir.

Kami menaruh tas kami dan berlari memutari lapangan dengan eloknya, jumlah murid yang terlambat cukuplah banyak setidaknya ada lima belas orang dengan aku di dalamnya.

Tak mengejutkan, hari kedua setelah libur panjang selalu membuat murid di SMA ini terlambat. Sepanjang liburan yang selalu bangun siang kini harus mengatur ulang ritme tubuh untuk bangun pagi kembali.

"Bu, sudah tiga kali," tukas siswi di depanku dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Yang sudah selesai lari tiga kali, pergi ke aula dan bersihkan dengan benar," perintah Bu Ninta bersedekap.

Sekali terlambat dapat hukuman banyak sekali, mana harus bersih-bersih segala, gerutuku dalam hati.

Aku mengambil kemoceng dan berjalan ke rak yang berisi kumpulan piala. Piala-piala yang diperoleh murid-murid di sini dalam ajang perlombaan baik kota, provinsi ataupun antar sekolah.

"Kotor sekali pialanya," ujarku lirih setengah berbisik.

Aku mengeluarkan satu per satu piala dan membersihkan debu yang menempel dengan kemoceng di tanganku.

Piala lomba menggambar antar SD, Anjir mengapa piala ini ada di sini? batinku dengan tawa geli.

Pekerjaan kami pun usai, kami diminta Bu Ninta mengisi buku scores. Buku yang mencatat segala pelanggaran yang telah kita buat, seperti terlambat masuk akan mendapat poin lima belas.

Bila poin ini terkumpul mencapai seratus lima puluh poin, kita akan dikembalikan kepada orang tua kita atau dalam arti lain di Drop Out (DO).

Nama Shakira Sirkar, Kelas XI IPA 2, Alasan terlambat... Apa ya? Coba kita lihat. Lah kocak, alasan di kolom atasku 'suka bersih-bersih,' anjir ikut aja lah, idem, tanganku menulis tanda idem yang menandakan arti yang sama dengan kalimat di kolom atasku.

Setelah menulis dalam buku scores, kami diberi selembar kertas bertuliskan nama dan kelas yang nanti akan ditanda tangani oleh pengawas gerbang, atau guru yang sedang piket.

Aku menulis nama, kelas serta nama pengawas gerbang dan memberikannya pada Bu Ninta untuk ditanda tangani.

"Wah,wah, mau kamu adakin bancaan, ya. Mengganti nama orang seenak jidat," tukas Bu Ninta dengan nada candanya.

"Lah, salahkah?" sahutku penasaran.

"Nama ibu siapa?"

"Bu Nita?" jawabku spontan.

"Nama ibu itu Bu Ninta," terdengar penekanan pada kata Ninta.

Bu Ninta membalikan kembali kertas scores kepadaku dan dengan cekat aku mengganti nama Bu Ninta.

Baru tahu aku nama Bu Ninta ada huruf 'N' di tengahnya, semua di sini mengenalnya Bu Nita, batinku serius.

Selembar kertas ini akan menjadi syarat agar kami dapat masuk ke dalam kelas dan mengikuti jam pelajaran selanjutnya. Tanda pergantian jam berbunyi dan kami diperbolehkan untuk masuk ke dalam kelas.

Aku masuk ke dalam kelas, pelajaran Kimia sedang berlangsung. Aku duduk di meja terdepan, semua anak dalam kelas tau untuk murid yang datang terlambat akan otomatis duduk di depan meja guru.

Meja yang menjadi kramat bila pelajaran kimia sedang berlangsung, karena pelajaran kimia seperti berlangsung lebih lama dari jam pelajaran lainnya.

Mungkin efek dari Bu Anik yang menjelaskan pelajaran dengan nada pelan seakan meninabobokan kami.

Pelajaran kimia berakhir dengan pemberian tugas pada buku paket halamn sembilan. Bu Anik menjauh dari kelas kami dan bel tanda istirahat pun berbunyi.

"Selamat pagi anak-anak," ujar Bu Anik sembari melangkah keluar dari kelas.

"Cie-cie yang habis maraton nih," tukas Dinsa menyikut kecil pundakku.

"Wah,wah, selamat dapat kursi legend, Shakira," sahut Alin mengejek.

"Kalian ini. Awas aja besok kalau kalian yang telat, bakal aku ledekin juga," tukasku kesal.

"Uluh,uluh, ngambek nih ye. Jangan cemberut gitu dong nanti tambah jelek," tukas Clara mengacak lembut rambutku.

Mereka ini suka sekali ngeledekin, bukannya di hibur malah diledekin mulu, batinku kesal.

"Sudah, sudah ayo ke kantin keburu masuk nanti," sahut Alin cepat.

Kami berlima berjalan menuruni tangga untuk sampai ke kantin, namun niat kami terpupuskan dengan bunyi bel tanda jam istirahat sudah berakhir.

"Tuhkan udah masuk, kalian sih asik ngeledekin aku mulu," tukasku santai.

"Lanjut saja ke kantin, seperti biasa," jawab Alin lugas.

Tanpa menghiraukan resiko, kami tetap pergi ke kantin. Menikmati semangkok soto dengan es teh sebagai pendamping. Kami memutuskan untuk kembali ke kelas setelah menyelesaikan santapan kami.

"Permisi, Bu," tukas Clara sembari masuk ke dalam kelas di ikuti Alin, Dinsa, Refita tak luput diriku.

Pelajaran terasa membosankan, aku menoleh ke belakang menatap Alin yang asik menunduk dengan smartphone di tangannya. "Apa yang di lakukan bocah itu?" tukasku berbisik.

Aku kembali menoleh ke arah papan tulis di mana Bu Denis menjelaskan materi pelajarannya, namun hanya ada coretan spidol yang dapat aku lihat.

"Hey, jangan ganggu dulu," bisik Alin pelan, namun aku masih dapat mendengarnya.

"Oh, jadi main game saat pelajaran saya diperbolehkan ya?" ujar Bu Denis santai, Alin hanya bisa mendongak menatap Bu Denis, tersenyum malu.

"Ini saya sita, kamu dapat ambil di akhir semester," lanjut Bu Denis senaya berjalan kembali ke meja guru.

"Lah, Bu, baru diserang," teriak Alin spontan tanpa rasa penyesalan sedikitpun, membuat seisi kelas tertawa mendengarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Diary, My Story [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang