Bonsai Dicabein

13 5 0
                                    

Pertama kali datang ke kampus naik mobil dan mendadak jadi pusat perhatian, Ojak senang abis, euy. Kepala Ojak mengangguk-angguk, bagai pohon bonsai kena hujan badai. Sesekali ia bahkan menepak-nepak tas punggung yang ditaruh di dadanya yang kerempeng seolah sedang menabuh gendang. Dengan pakaian kaos ngeblek hitam legam dan celana jeans putihnya yang mirip idol-idol k-pop, Ojak santai saja melenggang tebar pesona. Suara siul-siul tampak kentara dari bibirnya yang seksi. Ojak tak peduli meski beberapa mahasiswa memerhatikannya dengan sorot mencemooh karena banyak mahasiswi yang histeris sambil menunjuk-nunjuk rambut Ojak yang berkibar-kibar bak iklan shampoo dan wajahnya yang tampan abis mengundang decak. Baginya, bisik-bisik tanda sirik. Ojak tetap melaju menuju kelas lewat lorong-lorong koridor.

Sementara itu, jauh di depan Ojak, Bellva berjalan tangguh. Gayanya yang khas dan berkarakter sontak memikat cowok-cowok untuk menggoda. Ia melenggang tak peduli, tapi malah bangga saat mendengar selentingan yang mengatakan namanya disebut-sebut sebagai cewek paling cantik seangkatan. Ojak berjalan gaya gombal. Bellva melenggang centil.

Keduanya tak sadar telah berhadap-hadapan. Dan ... mereka bertabrakkan. Ojak kaget. Bellva menjerit.

"Heh! Kepala Bonsai!" seru Bellva. "Lihat-lihat, dong, kalau jalan!"

Ojak terjatuh dan terkesima melihat Bellva yang berdiri di depannya. Ia hanya mengerjap-ngerjapkan mata. Bengong. Tak ada kesempatan untuknya bicara. Baru pengin ngomong, Bellva keburu nyelonong membentak.

"Eh, Raja Monyet! Lo enggak tahu apa, kalau gue lagi pasang muka manis sama senior, hah?" suaranya cempreng.

"Sss ... sss ...." Ojak meringis sambil menutup telinga.

"Sases ... sases! Kayak ular aja! Mau ngomong apa lo?" Bellva membersihkan celananya yang terkena debu lantai. "Eh ... cepetan! Ditanya malah gelagapan gitu. Jawab!"

"Sss ... ssyorii!" saking kagetnya, Ojak bicara kencang.

"Ih, kok jadi lo yang nyolot?" Bellva mengibaskan rambut ke belakang. "Ngajak berantem?"

Sejak tadi malam, Bellva sudah bosan mendengar nama Ojak, Ojak, dan Ojak yang selalu Agnes selipkan dalam rentetan sumpah serapah bahasa Spanyol andalannya. Sejak itu, nama Ojak terus terngiang di telinga Bellva bagai nyamuk yang sulit ditepuk. Bagaikan ketombe yang mengacaukan suasana hati.

Ojak memang tampan, Bella mengakui itu. Bahkan Ojak dinilai lebih menawan daripada Indra yang sudah ditaksirnya sejak hari pertama OSPEK. Tapi Bellva hanya tidak habis pikir, bisa-bisanya Agnes sesuka itu sama cowok di depannya ini. Sudah menjadi rahasia umum kalau tampang Dewa Ojak adalah milik bersama, bagi siapa saja yang sanggup merogoh kocek. Menurut kabar yang beredar, Ojak bahkan punya tarif khusus sesuai permintaan. Mau sekadar jalan-jalan aja, gandengan, foto bareng buat feeds instagram, sampai diakuin sebagai pacar, semuanya beda harga. Dan Agnes, dia terlalu naïf untuk berpikir bisa memonopoli hati Ojak hanya dengan modal−yang katanya−cinta.

Kepala Bellva digeleng-gelengkan dengan tangan sudah siap meninju Ojak. Matanya menatap tajam, tak ada satu pun gerak badan Ojak yang luput. Kebetulan Ojak merusak aksi tebar pesonanya pagi ini, dan itu sudah cukup menjadi alasan Bellva untuk melampiaskan kekesalannya.

Sementara itu, Ojak hanya bisa pasrah. Ia hanya tengak-tengok sebentar, lalu kembali melihat Bellva. Ngeri rasanya berhadapan dengan Bellva yang lagi sangar. Astaga naga! Kenapa selain dikelilingi cewek-cewek cantik, hidupnya juga harus dikelilingi cewek-cewek judes bin sangar, sih?

Tangan Bellva kini terangkat. Ojak khawatir cewek itu dengan cepat memukulnya tanpa ampun. Jadinya mata Ojak terpejam. Tidak mungkin, kan, kalau dia memukul cewek lebih dulu meski dengan alasan membela diri? Begini-begini, Ojak juga masih punya harga diri cowok.

OJAK (IN) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang