Mendadak Beken 2

5 2 0
                                    


"Akhirnya istirahat juga, perut gue udah keroncongan dari tadi," ujar Pal sambil membuka bekal makanan yang dibawanya dari rumah.

OSPEK yang diadakan pada saat liburan semester, memengaruhi jam buka kantin kampus. Itulah sebabnya para mahasiswa baru diwajibkan membawa bekal sendiri dari rumah untuk dimakan saat jam istirahat.

"Sama, gue juga udah lapar dari tadi," timpal Indra.

Kedua kakak beradik kembar itu dengan lahap menyantap makanan yang dibekali oleh pembantu rumah tangga mereka di rumah. Sementara itu, di samping mereka, Ojak harus puas gigit jari akibat makanan yang dimasaknya tadi pagi sudah tandas dilahap adik-adiknya.

"Jak, lu enggak makan?" tanya Indra.

"Lupa bawa bekal, ya?" tanya Pal.

"Iya," jawab Ojak singkat.

"Hai, boleh gabung enggak?" tanya seorang perempuan yang langsung duduk bersama dengan ketiga pria itu.

Indra, Pal dan Ojak secara bersamaan menolehkan wajah mereka pada perempuan berambut pendek dengan senyum lebar.

"Kalo kita bilang enggak boleh, gimana?" Indra bertanya pada perempuan itu.

"Ya udah enggak apa-apa, aku cuma mau kasih ini aja kok, dimakan ya," ucap gadis itu sambil menyodorkan kotak bekalnya pada Ojak, lalu pergi meninggalkan ketiga pria itu.

"Kita enggak dikasih juga?" tanya Pal dan langsung dijawab tegas oleh perempuan itu, "Enggak!"

Ojak menatap heran pada gadis itu. Disaat perut sudah mulai berdemo minta diisi, tiba-tiba rejeki datang di depan mata. Terlebih lagi saat mendapati menu ayam goreng serundeng dan sayur cap cay di dalam kotak bekal tersebut. Pancaran mata Ojak begitu bersinar. Baru juga tangannya bersiap-siap mencomot ayam goreng itu, seorang gadis lain datang menghampiri mereka.

"Ini buat kamu," katanya sambil menyodorkan kotak bekalnya kepada Ojak.

Lagi-lagi ketiga pria itu dibuat melongo. Hanya dalam waktu lima menit saja, sudah dua orang perempuan yang merelakan kotak bekalnya untuk Ojak.

"Buat gue enggak ada?" Kali ini giliran Indra yang bertanya.

"Enggak ada!" ketus gadis itu yang langsung berjalan meninggalkan ketiga orang tersebut.

"Gila si Ojak, dapet aja dia makanan, besok-besok kita enggak usah bawa bekal deh Pal, siapa tahu bakal dikasih juga kayak si Ojak," ujar Indra sambil melanjutkan lagi menyantap bekal dihadapannya.

"Enggak ah, gue tetap lebih suka sama masakan Bi Inah," ucap Pal.

Seorang gadis lain tiba-tiba langsung duduk dengan rusuh di antara mereka bertiga.

"Hei, gue gabung ya sama kalian," ucapnya.

"Boleh, asal bawa makanan aja buat kita," ujar Indra sambil menunjuk dirinya dan Pal.

"Yah, bekal gue cuma satu. Besok deh gue bawain ya. Oh ya, kenalin, nama gue Bellvania Cintakirana, panggil aja Bellva, jurusan akuntansi." Gadis dengan tujuh belas pita kuning di rambutnya itu langsung mengulurkan tangannya pada Indra.

Sementara Indra yang sedang sibuk menjilati jari-jarinya berkata, "tangan gue kotor."

"Gue Palguna, panggil aja Pal. Kalo ini Indra, dan yang ini Ojak." Pal membalas uluran tangan Bellva sambil tersenyum.

"Kalian satu jurusan, ya? Pita kalian sama semua warnanya," kata Bellva sambil memerhatikan pita hijau yang tersemat di lengan kemeja putih ketiga pria itu.

"Iya, Sastra Indonesia." Lagi-lagi hanya Pal yang menjawab.

"Kalian kembar, ya?" tanya Bellva.

"Enggak, kita tetanggaan," jawab Indra asal. Ojak yang mendengar itu langsung tersenyum menahan tawanya.

"Tetanggaan tapi kok mukanya sama. Kalian pasti kembaran, kan?"

Seketika Ojak tidak mampu lagi menahan tawanya. Sementara Indra bergumam sendiri, "oneng juga nih cewek."

Lima belas menit kemudian, salah seorang senior datang dan memberi aba-aba bahwa jam istirahat telah berakhir. Bellva buru-buru kembali kepada teman barunya, Agnes, yang tadi dia tinggalkan demi mendekati Indra.

"Gimana kenalannya?"

"Aman. Besok gue bawain bekal juga ah buat Indra," jawab Bellva.

"Indra?"

"Iya. Yang kembar itu namanya Indra dan Pal. Nah, yang satu lagi Ojak. Mereka semua satu jurusan, Sastra Indonesia."

Bellva menunjuk pria-pria yang ia temui tadi sambil menyebutkan nama mereka masing-masing. Sementara Agnes hanya ber-oh-ria sambil mengamati wajah Ojak dari kejauhan.
"Ganteng juga," batin Agnes.

***

"Akhirnya kelar juga OSPEK hari ini, sisa 5 hari lagi," ucap Indra sambil bergaya meregangkan ototnya.

"Jak, dari sini lu mau ke mana? Pengen ikutan ama kita enggak? Main bowling," ajak Pal.

"Enggak bisa. Gue mesti kerja," jawab Ojak.

"Kerja apaan?"

"Kerja di Indiemart. Kalo enggak kerja, entar adik-adik gue enggak bisa makan," jawab Ojak.

Bukannya prihatin, si kembar itu malah menertawakan Ojak.

"Jak ... Jak ... hari gini masih nyusahin diri sendiri. Lu kan bisa aja nyari cewek tajir di kampus ini, lu pacarin, terus porotin deh," ucap Indra.

"Nah iya. Lu enggak lihat, tadi aja waktu jam istirahat, banyak banget yang ngasih lu makanan, padahal lu enggak ngapa-apain. Iya, kan?"

"Bener, Jak! Apalagi kalo lu pacari mereka, gue jamin, enggak cuma makanan, tapi lu bisa minta apa aja ama mereka. Mobil, rumah ...,"

"Anjir! Ngerampok lu?" Pal mengomentari saran Indra.

"Iya juga sih, ya udah gue pikir-pikir dulu," ucap Ojak.

"Yah ... pake pikir-pikir. Udah ... sekarang lu ikutan kita main bowling, kali ini biar kita berdua yang bayar. Kalo udah dapet cewek tajir, gantian lu yang bayar," kata Indra.

"Bener Jak, manfaatin tuh tampang lu, jangan cuma dianggurin doang," sahut Pal.

Ojak yang saat ini bahunya sudah dirangkul oleh kedua kakak beradik kembar itu, seperti tidak punya pilihan lain selain menuruti ucapan mereka. Ketiga pria itu pun langsung masuk ke dalam mobil dan bergegas menuju sebuah mall yang memiliki fasilitas bermain bowling di dalamnya.

Lintang Angkasa, 25 April 2020

OJAK (IN) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang