Salah Paham

14 5 0
                                    

Ah, menyebalkan.

Dalam hati Agnes merutuk. Hari ini kesialannya benar-benar mencapai puncak. Pagi baru dimulai, emosinya sudah dibuat jungkir balik tak keruan begini. Bisa-bisa sebelum hari usai, tampangnya sudah tak berbentuk lagi. Tanpa memedulikan seruan cewek yang berusaha mensejajarkan langkahnya itu, Agnes mendobrak kerumunan dan menuju kelas.

"Nes. Agnes!" Bellva berusaha mengimbangi langkah Agnes yang kian lebar.

"Bentar, dong, gue pengin ngomong," katanya sambil menarik tas Agnes agar cewek itu berhenti.

"Lepas!" Agnes menepisnya kasar.

"Dengerin dulu, Nes! Gue nggak ada hubungan apa-apa sama Ojak."

"Oh bisa, ya, nggak ada hubungan tapi ngatain cantik di depan orang banyak sampe disorakin begitu?" nadanya emosi.

"Nes ...." Bellva membebaskan tas Agnes. Tatapannya melunak. "Lo kan tahu, gue sukanya sama Indra. Dan gue juga tahu, lo suka banget sama Ojak. Jadi buat apa gue nikung dia?"

Agnes memutuskan diam, karena sepertinya Bellva belum selesai bicara. Sekarang posisi mereka saling berhadap-hadapan. "Gue pengin minta maaf, tapi gue nggak salah, jadi gue nggak jadi minta maaf."

Oh, right. Bellva memang cewek dengan pendirian paling teguh yang pernah ia kenal. "Beneran ...." Agnes menjeda kalimatnya selama tiga detik. "Kalian nggak ada hubungan apa-apa?" lanjutnya meyakinkan.

"Sumpah!" Bellva mengacungkan jari telunjuk dan tengah, membentuk huruf 'v'. "Sumpah, deh!" katanya.

"Hm ... yaudah."

"Yaudah apanya?" tanya Bellva tidak mengerti.

"Ya, baikan."

"Lah, emangnya sejak kapan kita berantem?" goda Bellva.

"Bellva, ih! Gue serius," katanya kesal.

"Ya, gue juga serius kali. Emang tadi kita nggak baikan?"

"Rencananya, sih, gitu."

"Ah, tega nian dirimu." Bellva menggeleng. "Hanya karena satu cowok, lo berencana perang sama gue?"

"Ah, tau ah, gelap!" Agnes malas menanggapi Bellva. Cewek itu selalu tahu cara membujuknya.

Oh, ayolah. Agnes sama sekali tidak bisa tanpa Bellva. Gelak tawa Bellva yang renyah kembali mencairkan suasana.

"Oke, oke. Jadi, udah nggak berpikiran yang aneh-aneh lagi, kan?"

"Hm."

****

Jika di kampus tak ada Ojak berkelebat, Renata pun terus merebakkan gosipnya sendiri tentang hubungan dengan Ojak. Baginya tanggung panas, digosok sendiri saja. Supaya kebakaran semuanya. Paling tidak, Renata tak lagi dianggap jomblo sama Martin−mantan pacarnya−dan teman-teman seangkatannya. Tagline modusnya sekarang adalah 'biar bangkrut asal punya pacar!'

Seperti sore ini, di sudut kantin yang sudah mulai sepi, Renata sedang membuka konferensi pers perihal desas-desus hubungannya dengan Ojak di hadapan aktivis IJO KLUMUT alias Ikatan Jomblo Kaya Lucu dan Imut. Renata menjelaskan sengarang-ngarangnya. Maka semakin menjadi-jadilah pertanyaan cewek-cewek malang yang terpana di depan Renata.

Mereka semakin ngebet dapat gebetan sebelum wisuda. Itu sumpah mereka!

"Ren! Gimana cara lo menaklukkan, tuh, cowok paling ganteng di angkatannya?"

"Gampang! Tinggal kedip sedikit, ngikut dia!" Renata tersenyum.

"Pake ilmu apaan, Ren? Bagi, dong!"

OJAK (IN) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang