Part 12

243 12 24
                                    

POV FRANS

Kami diam sepanjang jalan menuju bandara, sementara yang lain menuju rumah sakit terlihat Vino yang memaksa Gracia mengikutiku  menuju bandara, entah apa yang ingin dilakukannya, dia hanya berkata untuk menyelesaikan semua masalah hari ini.

Seolah dia ingin sengaja menyiksaku, apa tidak cukup dengan kematian Ayahku, dia masih ingin menyiksaku lebih lagi, aku menahan amarah melihat apa yang mereka lakukan di bangku belakang, berbisik begitu dekat seolah begitu tak menghargai perasaanku.

Aku menarik nafas panjang sebelum menghelanya, mengintip dari kaca spion Gracia yang terlihat begitu tegang, sementara Vino yang dengan begitu sengaja menampakan kedekatannya dengan Gracia Aku tahu Vino.. aku tahu bagaimana dia menganggap Gracia selama ini, selama ini juga aku selalu menutup mataku seolah tak perduli dengan kedekatan mereka.

Aku tahu Vino hanya bisa begitu terbuka, melepas semua topeng dinginnya di depan Gracia, di depan Gracia dia bisa menjadi lebih ekspresif. Ok kalau itu mau kalian, silahkan kalau memang ingin menjalani hubungan kalian sekarang, aku yang akan memberikan selamat untuk hubungan kalian yang semoga bisa lancar sampai ke pernikahan nanti.

"Udah cukup kan, mau sampai mana ikutin gue ? " Tanyaku dengan nada menahan amarah. setelah kulihat jadwal penerbangan ke Jakarta yang masih sekitar 3 jam lagi.

Vino berjalan bersama Gracia membelakangiku, entah apa maksudnya seolah dia mengantarku kesini hanya untuk memastikan aku pergi sehingga mereka berdua bisa bebas berdua, menikmati liburan mereka.

Tak lagi bisa menahan kesabaranku, aku berlari mengejar Vino dan melayangkan tinjuku yang membuatnya terjatuh.

Dia tertawa dan bangun dari jatuhnya itu, sambil memegang pipinya yang memar karena pukulanku itu, sementara Gracia menolong Vino berdiri, menatapku begitu kesal.

"Masih aja pakai tinju lo buat selesaiin masalah.. " Vino terlihat tenang sambil terus berjalan, aku tahu dia ingin aku mengikutinya ke sudut bandara yang lebih sepi.

Vino duduk di bangku bandara, membiarkan aku dan Gracia berdiri di hadapannya. Sesekali dia menyentuh pipinya yang memar.

" Aku beliin minum ya.. " Tanya Gracia sambil berjalan pergi, sebelum Vino menangkap tangannya dengan erat, seolah keduanya sengaja mempertunjukan kemesraan mereka.

"Ga usah, disini aja.. gapapa kok… " Ucap Ryan

Kami diam sejenak.

" Frans.. kita selesaiin aja sekarang ya.. sebagai sesama lelaki bukan dengan taruhan atau tinju.. " Jawab Vino dengan ucapan yang terdengar begitu meremehkanku

Gracia sendiri terdiam, wajahnya tampak begitu bingung, sementara matanya tetap menghindariku saat tatapan kami bertemu.

" Gre.. kamu tahu kan keadaan Frans sekarang.. gimana perasaan kamu ? " Tanya Vino

" Aku ? Kenapa aku ?? "Tanya Gracia seolah tak mau menjawab pertanyaan itu.

" Iya perasaan kamu.. " Paksa Vino

" Ya perasaan aku, ya biasa aja.. emang kenapa ya adalah turut berduka citanya.. "Jawab gracia dengan wajah malas tak perduli.

"Oke.. kalau lo frans ?? " Tanya Vino padaku

"Mau lo apa sih Vin? "Bentakku

" Gue mau lo jawab pertanyaan gue.. " Jawabnya santai

" Persetan sama lo Vin "jawabku sambil mengambil tasku berjalan pergi

" Pergi aja terus Frans, pergi.. lo emank pengecut.. " Vino berucap dengan nada tinggi

" Mau lo apa sih ?? "aku berbalik dan mencengkram kerah kausnya.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang