Part 15

342 13 24
                                    

Jika lupa bisa baca ulang di part sebelum nya hehehe

POV VINO

Perlahan aku menaruhnya di atas kasurnya, sementara pembantu-pembantu wanita yang terbangun segera membantunya menganti pakaian, aku berdiri di balik pintu kamarnya sementara tante melody memanggilku untuk duduk di sofa di depan kamar shani.

" Makasih ya Vino kamu udah bawa Shani pulang.. " ucapnya sambil memintaku meminum teh manis hangat yang dibuatkan olehnya tadi

" Ga tante, maaf saya terlambat untuk bisa kesana.. masih ada pekerjaan yang ga bisa saya tinggal dan ternyata keadaan sudah seperti ini.. " aku menyesali diriku sendiri yang terlambat. Terlebih aku sulit menghubungi Boby tadi

Aku tahu Shani berada di tempat itu setelah tante melody, Mama Shani meneleponku dan memintaku untuk membawa Shani pulang, dia juga mengisyaratkan kalau Boby tahu dimana Shani berada.

" Maaf ya Vin saat kamu kembali menepati janji kamu dulu ke tante, tapi tante ternyata ga bisa nepatin janji tante. "

Aku hanya tersenyum, bisa saja aku menyalahkan tante melody , tapi itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah, terlebih tidak sopan kalau aku menyalahkan orang lain pada sebuah masalah yang berakar pada diriku.

" Sudah bu.. " Kata salah satu pembantu yang membawa pakaian kotor milik Shani

" Yaudah makasih ya, kalian tidur lagi saja.. " tante melody menyuruh kedua pembantunya itu untuk kembali ke kamar mereka.

" Kamu mau nunggu Shani ?? " tanya tante melody, dari kata-katanya dia ingin aku tetap disini menunggu Shani

Aku menggeleng..

" Ga tante ada yang belum saya selesaikan, saya belum bisa untuk ketemu Shani disini sekarang " aku tersenyum

" Tapi kalau boleh, saya melihat dia sebentar.. " tanyaku

Tante melsengangguk dan mempersilahkanku masuk ke kamar Shani.

Sebuah kamar yang di dominasi warna kuning muda, warna kesukaanya dengan beberapa hiasan bergantung seperti pita berwarna pink di beberapa sudut ruangan, ini pertama kalinya aku berada dikamarnya

Aku mengambil sebuah kursi, duduk di sampi Shani yang tertidur lelap, sementara di hadapanku sebuah bingkai foto berisi fotoku dengan Shani, ternyata benar.. Shani tak pernah bisa melupakanku, melepaskanku seperti diriku yang tak bisa melepaskannya, tak akan pernah bisa.

Dan aku semakin yakin kalau cincin yang melingkar di tangannya itu hanya kebohongannya saja, aku yakin hatinya tak mampu menerima lelaki lain selain diriku, aku yakin itu, aku tahu dari guratan tangannya di diary miliknya itu dia masih dan akan tetap mencintai diriku.

" Vino.. " dia mengigau, menangis dalam mimpi lelapnya.

Aku membelai lembut rambutnya, mencium keningnya menahan sebutir air mata yang menetes dari mataku.
Kutatap wajahnya, mengagumi kecantikan Shani, mata dan sudut bibirnya yang begitu indah untukku, kecantikan yang tak pernah berlalu dari ingatanku, kecantikan yang malah semakin indah saat indah, dengan semakin matang dirinya dan semakin membuatku begitu jatuh cinta padanya

Aku tahu betapa dia menderita selama ini, betapa dia tak mampu menentukan arah karena ketololanku, karena aku menganggap hebat diriku, yang berusaha merubah Shani melalui rasa sakit, bukan rasa sayang, padahal.... Aghhhh padahal hal itu malah membuat Shani terperosok lebih dalam, dan aku atas nama harga diri atas sebuah janji tolol yang kubuat aku tetap menutup mata atas keadaan Shani.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang