Part 3

516 22 13
                                    

Hari ini adalah hari kelulusanku, dan lagi hari ini universitas yang kuinginkan meneleponku dan mengabulkan beasiswa penuhnya untukku, jelas aku ingin sekali membagi kebahagiaan ini dengan shani tapi..

Hari itu mendung sejak pagi, sudah lama Jakarta tidak diguyur hujan sepanjang hari seperti ini, ya sekelam pikiranku saat ini, sejak pagi shani tidak dapat kuhubungi, handphonenya mati, aku benar-benar binggung harus melakukan apa, aku tahu dimana rumahnya tapi tidak ada keberanian dari dalam diriku untuk datang kesana, aku hanya bisa menatap langit-langit tempat kostku yang sempit dan agak gelap.

Dengan lampu handphoneku aku membunuh kecemasan hatiku dengan menyorot poster-poster pemain basket idolaku yang ada disana, mengambil bola basket yang ada di dekat ranjangku dan melempar-lemparnya ke dinding.. Sial semua ini tidak bisa membunuh kecemasanku.

Aku pun kembali mengubah posisi, mengutak-atik handphoneku dan mencoba menghubungi shani untuk kesekian kalinya.. Masih sama.. Hanya Operator yang menjawab, sedangkan hujan semakin deras diluar sana.
Aku mengumpulkan keberanianku, aku berdiri mengganti pakaianku dan mengambil kunci motorku, aku harus kerumahnya sekarang, meski aku tidak ingat terlalu jelas dimana rumahnya tapi tak ada pilihan lain sekarang perasaanku benar-benar tidak tenang. Aku harus bertemu dengan shani sekarang.

Kukunci pintu kamarku, saat menyadari shani berdiri di luar pagar rumah kost-ku, tubuhnya basah kuyup oleh hujan, kulepas jaket yang kukenakan, berlari menghampiri shani yang berdiri, memakaikan jaketku padanya, seragam putihnya mencetak jelas seluruh lekuk tubuhnya, tak banyak bertanya selain menariknya ke dalam rumah, berteduh dari hujan yang semakin deras.

" Apa-apaan sih kamu ? " Tanyaku gusar, kutatap jelas wajahnya yang seolah tak lagi memiliki gairah. Aku tak dapat menerka apakah butiran air yang ada diwajahnya itu adalah air hujan atau sebuah air mata.

Mengerti, aku tak dapat memaksanya berkata sekarang, aku memeluknya membawanya masuk ke dalam kamarku mengambil pakaian dari dalam lemari dan memberikan padanya

" Sayang.. kamu pake ini ya, kamu mau mandi dulu ?? "Tanyaku sambil memberikan baju ku padanya dan melangkah keluar. Memberikan kesempatan untuknya berganti baju di dalam kamarku.

Tak lama ia membuka pintu kamarku lagi.

Dia sama sekali tak mengenakan pakaian yang kuberikan, dia malah mengenakan kemeja putih yang biasa aku gunakan untuk bekerja, kemeja putih tipis yang justru makin menampakan tubuhnya, kedua kakinya yang jenjang putih terlihat jelas dari sudut bawah kemejaku yang mungkin hanya dapat menutupi seperempat dari pahanya itu.

Kututup pintu kamarku..

"shan.. apa-apaan sih kamu !! "Kataku dengan nada tinggi.

"Hehe.. "Dia hanya tersenyum manis, dia mengigit jari kelingkingnya sambil menatapku.. dia seolah begitu sengaja mencoba menggodaku.

"Pake ini … "Kataku mengambil jaket yang tergantung di balik pintu dan memaksanya mengenakan jaket-ku.
Dia menolaknya dan mendorongku, dia berjalan pelan kesudut kamarku.. menjatuhkan tubuhnya duduk di dekat lemari pakaianku, aku sendiri memilih untuk duduk di atas ranjangku, memandangnya yang hanya menekuk wajahnya.

"Sayang.. kenapa sih ? ada apa ? " Tanyaku

" Sorry.. " Jawabnya singkat.

Aku berusaha berfikir keras, menerka apa yang sebenerannya yang ada di kepala Shani Indira, Hadiah Kelulusan ?? kayaknya untuk yang satu ini terlalu berlebihan, Ok aku lelaki normal yang juga suka wanita, apalagi secantik dia.. tapi jelas berbeda, untuk shani aku benar-benar ingin menjaganya, melindunginya.. semampuku..

Shani hanya diam sambil menundukan wajahnya di sudut lemariku, dengan kemeja putih milik-ku yang kebesaran di tubuhnya, sedangkan dari yang terlihat samar olehku,aku makin yakin dia sama sekali tidak mengenakan bra di dalamnya, mungkin basah karena kehujanan tadi, yang pasti dia terlihat begitu cantik saat ini, wajahnya yang sendu tertunduk lesu malah membuatnya terlihat lebih cantik. Aku bahkan tidak pernah menyadari memiliki seorang kekasih secantik dirinya.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang