Part 13

247 11 13
                                    

Dear Diary,
Hari ini, lagi lagi aku menyakiti diriku sendiri,
Lagi-lagi aku melakukan kebodohan itu, 
Terbangun di suatu tempat yang asing, untungnya masih ada feni disana.
Aku masih mampu melindungi diriku, masih tidak membiarkan diriku terjatuh dalam seks bebas seperti dulu, tapi sampai kapan..sampai kapan aku menyakiti diriku seperti ini lagi

Dear Diary,
Hari ini hujan, sejak pagi.. dan entah kenapa aku masih kembali ke tempat itu
Menunggu .. entah apa yang kutunggu..
Butiran air yang menetes, bulir-bulir hujan yang sesekali menyentuh tubuhku karena tiupan angin,.
Ah aku masih menangis sekarang..

Dear Diary,
Andai kamu bisa membisik untuk-ku untuk tegar, untuk tegar lebih dari ini semua
Rasanya terlalu sakit, aku melihat nya hari ini, berpegangan tangan begitu mesra dengan wanita itu..
Ahhh dan lagi-lagi aku melakukan kebodohan itu.

Dear Diary,
Aku tak tahu, betapa bodohnya aku
Kali ini aku terbangun dengan seorang Pria tidur di sebelahku,
Dia tertidur sambil memeluk-ku, dan kami sama sekali tak berbusana
Ya Tuhan apa yang aku lakukan sekarang !!

POV VINO

Aku melihat sebuah bekas kertas yang mengering di sepanjang halaman itu, jejak air mata.. aku tahu Shani menangis saat menulis kalimat demi kalimat ini.

Kututup buku itu, sebuah buku diary kecil yang diberikan oleh Yona, sebuah buku diary berwarna kuning bertuliskan ‘Tentang Hati’ sejenis hanya dengan corak yang berbeda dengan milik Gracia. Buku Gracia berwarna ungu, sedangkan yang ini berwarna kuning warna kesukaan Shani.

Kupeluk erat-erat buku itu, aku menangis sekarang.. menangis sendirian di kamar kostku yang entah kenapa menjadi begitu sunyi sekarang, aku teringat.. aku begitu merindukan senyuman Shani begitu merindukan suara tawanya, begitu merindukan pelukan hangat yang selalu mengantung di leherku dulu.

Seluruh tubuhku merindukannya.

Aku mengeluarkan dompetku, melihat sebuah foto didalamnya.. tak ada lagi foto ku dengan Gracia disana, yang ada hanya foto Shani yang tengah mencium kecil keningku.

Aku berhitung, berfikir keras, atau lebih tepatnya bertanya pada diriku sendiri, apakah aku punya keberanian untuk melangkahkan kakiku mengejar Shani sekarang, dan apa yang aku lakukan bukan lagi sebuah kesalahan perhitungan, bukan lagi sebuah kebodohan seperti yang aku lakukan saat itu. Aku yang membuat Shani terjebak sekarang, aku orang yang paling patut disalahkan kalau saat ini dia terus menyakiti dirinya, lagi dan lagi..

Bodohnya aku.. aku memukul mukul meja belajarku hingga berderit kencang..

Aku bodoh, memang bodoh tapi tidak buta. Selama ini aku tahu, aku mendengar, aku melihat bagaimana Shani menyakiti dirinya, tapi seolah tak perduli dengannya, aku bertingkah seolah aku adalah orang lain baginya, membiarkan dia menyakiti dirinya.

Aku membuang keperdulianku, bukan hanya mencoba membuang rasa sayangku padanya, namun aku membuang semua rasa perduliku, bertingkah angkuh, berfikir bahwa aku bisa mencintai Gracia walau kenyataanya aku membohongi diriku, sama dengan bagaimana Gracia membohongi dirinya sendiri.

Aku yang berfikir kalau aku lebih baik dari Frans? Gracia yang berfikir bahwa aku lebih baik dari Frans, sejujurnya aku hanya seorang pengecut, aku adalah orang yang sama sekali tidak memiliki kepercayaan pada diriku sendiri, karena itu aku memilih lari, aku yang tidak memiliki rasa percaya bahwa aku mampu memberikan kebahagiaan buat Shani.. aku yang tak pernah berjuang untuk menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan untuk Shani, aku yang dengan begitu pengecut mencoba memberikan Shani kebahagiaan dengan cara melepaskannya mencari kebahagiaan lain.

Tentang HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang