✖ Chase

658 144 34
                                    

"Itu membuatku jadi yang paling tua disini, kan?" tanya Yeonjun, dan ketiga lelaki di hadapannya mengangguk bersamaan. "Oke,"

Siang tadi, akhirnya Beomgyu rela melepas ikat Yeonjun, membebaskannya. Dan kini mereka sedang mencoba untuk tidak menerkam satu sama lain. Beomgyu masih agak merasa kesal karena Taehyun merusak rencana intronya, jadi kini lelaki bermarga Kang itu tengah merayunya agar berhenti mencebikkan bibir dan mulai berbicara seperti biasa.

Sementara itu, Kai hanya dapat terpaku pada Yeonjun. Lelaki berambut biru itu meminta izin untuk mencari udara segar di luar, sambil meminum iced americano — hanya tuhan yang tahu darimana ia mendapatkan kopi pahit tersebut.

Jadi kini Huening Kai tengah menatap punggung Yeonjun yang tengah duduk di pinggir atap, tidak berani memanggil maupun mendekat. Ia hanya sempat berpikir kalau Yeonjun merupakan lelaki yang keren.

"Aku kira tadi kau akan memukulku." cicit Kai sementara dirinya membantu Taehyun melepaskan ikatan tangan Yeonjun. "Jika aku tidak perlu memukul, untuk apa aku memukul?" dibalasnya.

Meski Yeonjun sangatlah kuat, ia tidak menjadi sosok yang benar-benar.. jahat. (Tolong lupakan sebentar fakta bahwa mereka berempat adalah buronan.)

"Hei, kau mau diam disana saja atau ikut duduk disini?" tanyanya. Kai terkesiap, ia menoleh ke kanan dan ke kiri, khawatir ada orang lain yang diajak Yeonjun berbicara — habisnya, Yeonjun tidak menoleh sama sekali. Tapi tidak ada, diatas sana hanya ada mereka berdua. Bagaimana ia bisa tahu?

"Mendekatlah," Yeonjun berbalik menatap Kai, lalu tersenyum miring, mengejek, "Jangan takut, aku tidak akan memukulmu." 

Kai sontak menggembungkan pipinya karena kesal. Yeonjun kali itu memberikan senyum lain selain yang memancarkan intimidasi, senyum lebar, Choi Yeonjun tertawa.

Lelaki blasteran itu lalu berjalan mendekatinya, akhirnya duduk di samping Yeonjun, tetap saja rasa awas tidak hilang sepenuhnya. "Mau?" Yeonjun menyodorkan gelas plastik americanonya, yang sudah dibalut butiran embun. Kai meraihnya, tapi sepersekian senti sebelum bibirnya menyentuh sedotan, Yeonjun menyambar gelas itu lagi, "Ey! Aku lupa kau masih bayi!" ucap yang lebih tua.

Bayi???

"Aku bukan bayi, hyung." balas Kai. "Uh-uh, kau bayi untukku." Yeonjun mengangguk-angguk, lalu kembali meminum americanonya. Kai terkekeh kecil lalu berakhir mengiyakan saja. 

"Melihat apa?" tanya si maknae, ia bisa melihat mata Yeonjun seperti menerawang sesuatu yang jauh disana, tapi Kai tidak menemukan hal lain selain lampu-lampu dan deretan gedung. "Aku tengah memikirkan rencana."

"Hey, kalian! Ayo masuk dan buat rencana!" Suara Beomgyu yang lantang membuat Kai tersentak, sementara Yeonjun hanya tertawa dan langsung berdiri, gestur tubuh lelaki berambut biru itu mengisyaratkan ajakan, jadi Kai segera menyusulnya.

"Ia tampak baik-baik saja?" bisik Kai pada Taehyun. "Aku tahu, dia memang tidak marah, hanya jahil saja." dibalasnya. 

"Jika kau tahu ia tidak marah betulan, kenapa harus bersusah-payah membujuknya?"

"Agar dia senang."

Kai hanya dapat mengernyitkan dahinya.

✖✖✖

Beomgyu menarik nafasnya dalam-dalam, ternyata, aroma roti yang dipanggang di sore hari juga tidak begitu buruk. Ia melepas celemek dan sarung tangan plastiknya, mengambil nampan coklat dan berjalan cepat ke arah cermin.

(Dan, for your information, dia sedang berada di sebuah kedai roti dan pastri prancis yang cukup tersohor di kota, caché sous la lune. Kedai roti yang anehnya lebih sering buka di sore hari sampai tengah malam.)

Four Aces and The Joker || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang