✖ Reliever

947 138 46
                                    

Sudah 2 hari dan Soobin tidak keluar sama sekali dari kamarnya, padahal Yeonjun sudah mewanti-wanti lelaki itu untuk turun dan makan malam bersama mereka. Berkat ini, Hueningkai merasa bersalah.

Beomgyu mencubit gemas pipi Kai, senyumnya menyiratkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Sebagai yang tertua, Yeonjun merasa dirinya harus melakukan sesuatu meski Soobin pasti tidak akan menyukainya. Ia akan ke atas, ke lantai dua, melanggar peraturan mutlak yang ditetapkan si tuan rumah.

"Tuk tuk tuk, Soobinie." Yeonjun membuka pintunya, dan seketika menemukan sosok yang ia cari tengah duduk di tengah kasur sambil menunduk. Penampilannya berantakan, tentu, dan aura di sekitarnya sangat-sangat gelap. Lampu kamar besar itu mati, tapi Yeonjun bisa melihat kamar Soobin yang benar-benar berantakan.

"Hey Soobin.." panggilnya pelan, Yeonjun tahu ia tengah menerobos dinding yang dibangun Soobin sejak mereka bertemu, dan ia tidak ingin ini mengarah ke hal yang salah.

Yeonjun dengan hati-hati menaiki kasurnya, mendekati Soobin yang sedang tenggelam dalam masalahnya.

"I killed him." suaranya serak.

"It's been two days. You didn't kill him. Pelurumu habis, tidak ada yang terluka." balas Yeonjun.

"I can't. I should stop. You should leave." Soobin menatap Yeonjun sekarang, matanya berkilat mengecam, tapi ada rasa sakit yang terpancar juga disana. Matanya berkaca-kaca, lelah, tapi Yeonjun rasa kedua manik itu tetap sangat gemerlapan.

"All, of you should leave." desisnya lagi.

"Kau tahu kami tidak akan kemana-mana." balas Yeonjun dirinya mencoba tetap tenang.

"Terus bagaimana kalau sampai aku membunuhnya? Gimana kalau sampai aku membunuh yang lain? Gimana kalau sampai aku membunuhmu?" Soobin terus-menerus meracau tanpa henti, ia memandang tangannya yang bergetar hebat, rasanya begitu sakit.

Ia sudah mengkhawatirkan hal ini sejak mereka berempat mengejarnya hari itu. Seharusnya ia menusuk pinggang Yeonjun di kala ada kesempatan lalu melarikan diri, seharusnya ia tidak usah menyerahkan diri dan setuju untuk ikut kelompok ini.

Ia adalah bencana.

Di saat matanya menangkap sosok Kai yang begitu belia dan ceria, ada bayangan masa lalu yang mendadak bergema di hatinya.

Karena kalimat yang muncul saat melihat Kai; jika Minjun masih hidup, ia pasti seumuran dengannya.

Pengandaian yang terlampau mustahil untuk terwujud.

Jadi Soobin kembali menutup matanya dan membatasi diri, berharap seluruh misi ini segera selesai lebih cepat dari yang ia inginkan, tapi nyatanya tidak bisa begitu.

Semua kicauan gelap dan penuh sesal itu mendadak hilang, apa penyebabnya?

Rupanya Yeonjun menggenggamnya, tangan yang gemetaran nan rapuh itu. Erat, tapi tidak memuakkan. "Ssh," Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Soobin, berbisik di telinga kirinya sembari membelainya lembut dengan tangan kanan, "No one is leaving. No one is dead."

Yeonjun lalu merengkuh Soobin ke dalam pelukannya, membiarkan Soobin merilekskan dirinya ke dalam dekapan hangat, nafasnya yang tidak beraturan mulai menemukan tempo yang lebih tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Four Aces and The Joker || TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang