V. My Performance

94 12 2
                                    

" Apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan maximal dan dengan penuh ikhlas, suatu saat kamu akan mendapatkan hasilnya "

  Ku berjalan sendirian dijalan menuju penjara suci ini, ku melewati lorong-lorong jalan.

  Ku tampaki, dengan sedih dihati, kenapa bisa hilang ya.

  Sesekali aku berpapasan dengan senior asrama ku.

" Hallo sister", sapa ku kepada sisters.

" Iya dek", kebanyakan seperti itu mereka menjawab.

Kini ku sudah di depan kamar, aku membuka pintu dengan pelan, dan berekspresi datar.

" Eh, diani, kamu kenapa?", Diba menyambutku dengan pertanyaan, karena heran dengan ekspresi ku.

" Gimana diani?, Barang kamu yang ketinggalan ada di lokal?", Qhaira juga bertanya.

" Hhhmm, gak ada ra, barangnya hilang", ku menjawab dengan nada datar dan duduk di atas kasur.

" Emangnya barangnya apaan sih diani?", Zahra kini juga bertanya.

" Buku aku zahra", jawabku pendek.

" Ooohh, cuman buku yang hilang, masa kaya orang diputusin pacar sih", zahra membalas ku agak meledek.

  Aku hanya diam tidak menjawab, aku males berdebat, selera ku untuk tidak mau kalah sedang pergi.

" Gak boleh gitu zahra, walaupun itu buku, pasti itu berharga bagi diani", zizi membelaku.

" Apa pun barangnya kalau itu benda yang berharga, kalau hilang pasti kita sedih", tambah zizi lagi.

" Iya, iya, maaf-maaf kalau zahra gak paham ya, betapa pentingnya buku itu buat diani", mungut zahra merasa bersalah.

" Itu buku kesayangan ku, buku itu dah lama menemani isi hatiku, apa pun yang ku rasa ada di dalam hati", ku berbicara sambil melamun.

  Memang seperti itulah wanita, sejatinya, dia akan selalu merasa bersedih, jika sesuatu yang dianggap nya berarti hilang dan pergi tanpa di ketahui.

" Udah diani, jangan terlalu dijadikan beban", qhaira membujukku untuk tidak terlalu larut dalam kasus kehilangan buku ini.

" Oh ya, gimana persiapan kamu nantik malam, kan giliran kamu yang tampil", qhaira berusaha mencari topik.

" Udah ada sih, tapi, di buku itu juga ada persiapan ku buat nantik malam", ujarku.

  Aku sudah mempersiapkan untuk penampilan bakat nantik malam.

  Aku mempersiapkan semuanya sendiri, dan awalnya aku semangat, tapi kini tidak lagi.

  Karena, buku kesayangan ku itu hilang, itu salah satu penyemangat ku, di dalamnya penuh kata-kata motivasi.

" Tapi kamu siapkan buat tampil?", Qhaira bertanya lgi.

" Siap sih, tapi aku gak siap kalau pertama", ku menjawab dengan layu.

" Hhhmm, kalau gitu, gimana kalau kita bilang aja sama kak hani, supaya kamu gak tampil pertama?", Zizi berusahencari ide.

" Hhmm, emangnya bisa ya?", Jawabku ragu.

"Kita coba aja tanya dulu, atau sekalian aja kita mohon-mohon, hehehe", diba juga ikut serta.

" Pokoknya kamu jangan khawatir diani, kita akan bantuin kamu", qhaira menyemangati ku lagi.

" Kan kita satu kamar, jadi kita itu keluarga, hehehehe", zizi membuat hatiku tersentuh.

" Oke deh, kita coba", ku mulai meyakinkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OsteosarcomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang