8. Lightly Night

1.3K 151 30
                                    

Back song : Joe Brooks - Holes Inside

•••

Bukan hanya kamu. Ada banyak sekali manusia yang meneriakkan rindu saat malam tiba. Lepaskanlah, buat rongga dadamu tidak lagi terasa berat. Ikhlaslah, jika memang rindu hanya akan menjadu sebuah rasa yang tak bisa berkata.

•••

“Gue enggak mau pulang.”
   
Bhaska langsung membuang napasnya kasar saat mendengar penuturan Gauri itu. Bukan hanya tangannya yang terasa mau patah karena membawa banyak sekali perlengkapan gadis itu. Kepalanya juga terasa mau meledak. Benar kata Elena, memerlukan mental juga stok kewarasan yang banyak untuk menghadapi Gauri Fidelya. Tingkahnya tidak seanggun yang ditayangkan di layar televisi.
   
“Terus, lo mau ke mana? Ragunan?” Rahang Bhaska sudah mengetat sempurna. Bukan senyum ramah yang dia perlihatkan sekarang, melainkan senyum untuk menekan amarahnya yang sudah sampai ubun-ubun. “Sekarang udah jam 1, Ri. Gajahnya juga udah tidur.”
   
Gauri berbalik. Ada ekspresi tak terbaca di wajahnya sejak satu jam yang lalu. Tepatnya setelah bertemu dengan mama Caesar. “Take me to Dragonfly.
   
Dan sekarang, rahang ketat Bhaska sudah jatuh. Dia celingak-celinguk, berharap tidak ada yang mendengar ucapan Gauri. Elena selalu bilang, bahwa citra baik Gauri di depan semua orang adalah harga mati. Tidak peduli seberapa ajaibnya tingkah dan lidah Gauri, Bhaska harus memastikan bahwa orang tetap mengenalnya dengan baik. Dan sekarang, Gauri malah meminta untuk diantar ke night club di saat banyak artis yang bubar dari studio salah satu stasiun televisi swasta.
   
Dengan was-was tingkat tinggi, Bhaska maju selangkah. “Lo gila?!” Masa bodoh tentang jabatannya sebagai manajer, Bhaska memang sangat ingin mengatai Gauri. “Emang banyak artis yang suka ke sana, tapi bukan berarti lo bebas pergi ke sana juga. Lo baru dapat penghargaan, terus mau ke Dragonfly sekarang? Gue yang bakal dimarahin sama Om—Pak Bram.”
   
“Lo enggak tahu kalau gue VIP customer di sana?” Gauri tersenyum miring. Dengan gerakan lihai, Gauri berjalan memutari tubuh Bhaska, lalu mengambil kunci mobil dari saku celananya. “Let's have fun together tonight,” bisiknya tepat di depan daun telinga Bhaska. Beberapa orang yang ada di basement saat itu melirik, memperhatikan kelakuan Gauri. Namun, mana mungkin Gauri akan peduli, bukan?
   
Lalu, Gauri berjalan menuju mobilnya yang tidak jauh dari sana. Sesekali dia melempar senyum pada siapa saja yang menyapa. Langkah kakinya tidak terhenti, terus maju dengan penuh keyakinan. Gauri butuh melepaskan perasaan yang tidak bisa dia utarakan saat sedang sadar. Dia datang ke Dragonfly setiap kali dadanya terasa begitu sesak, saat bahunya terasa sangat berat. Salah satunya malam ini, setelah dia menerima 3 penghargaan sekaligus.
   
“Gue yang nyetir.” Bhaska menahan tangan Gauri yang hendak membuka pintu kemudi. “Gue tahu lo lagi enggak baik-baik aja.”
   
“Enggak usah menebak-nebak,” jawab Gauri dengan congkak. “Lagian, gue yakin, lo bakal bawa gue balik ke apartemen.”
   
Membalas kelakuan Gauri, Bhaska merebut kunci mobilnya saat Gauri lengah. “Gue tahu, lo perlu sesuatu buat melampiaskan emosi lo. Jadi, sekali ini gue bakal turuti kemauan lo. Gue enggak akan bawa lo pulang.” Bhaska bergerak membuka pintu belakang, meletakkan semua peralatan Gauri di jok tengah. Setelah selesai, barulah dia membuka pintu depan. Tidak lupa mengatakan sesuatu pada Gauri yang masih berdiri di tempat. “Gue enggak menebak-nebak. Gue tahu itu dari mata lo. They said your heart is broken.
   
Bungkam, tidak ada yang bisa Gauri katakan. Dia hanya bisa memutari mobil dan duduk diam di samping Bhaska yang menyetir. Lagu Holes Inside dari Joe Brooks menemani mereka, membuat sunyi di antara mereka semakin menyedihkan.
   
No, nothing’s gonna change, at all
Oh, cos sometimes, fate and your dreams can collide
   
So, don't walk away from me.” Gauri meneruskan lirik lagunya dengan suara datar. Pandangan matanya kosong menatap keramaian Jakarta di tengah malam.
   
Secara refleks, Bhaska menoleh. Mobil berhenti karena lampu rambu lalu lintas menunjukkan warna merah. Ada yang aneh dengan Gauri setelah bertemu dengan mama Caesar. Dia pendiam, tetapi kelakuannya semakin menyusahkan. Dia tidak mau makan makanan yang dipesan Bhaska, katanya tidak enak. Padahal, itu adalah makanan delivery dari kafe biasa yang direkomendasikan Elena. Dia juga marah-marah sendiri pada luka memanjang di tangannya. Tidak lupa dengan kata-kata kasar yang seharusnya dikatakan pada Caesar. Mungkin efek menstruasi, begitu pikir Bhaska.
   
Saat penjaga pintu masuk Dragonfly menyambut baik kedatangan Gauri, Bhaska dibuat kaget. Ternyata benar, Gauri adalah pelanggan VIP di night club satu ini, di tempat kerja Bhaska.
   
“Ruangan biasa?” tanya seorang body guard yang menyambut kedatangan Gauri. Ada ekspresi terkejut saat dua melihat Gauri datang bersama Bhaska. Tapi, dia dengan cepat mengendalikan kembali ekspresi wajahnya.
   
Gauri menggeleng. “Gue enggak akan lama. Besok masih ada kerja pagi. Di sini aja.” Gauri menunjuk salah satu meja di depan bartender bar. Lalu, dia menoleh kepada Aimee, satu-satunya bartender perempuan yang bekerja di sana. “Amaretto Sour, Aim,” ucapnya sambil duduk. Disusul dengan Bhaska yang duduk di hadapannya. “Lo enggak main?” tanya Gauri pada Bhaska.
   
“Sekarang, gue kerja sebagai manajer lo,” tukasnya. Bhaska duduk tegap sambil menyilangkan tangan di depan dada. Dia menatap Gauri penuh selidik. “Ada yang mengganggu pikiran lo?”
   
Gauri menyimpan tasnya ke atas meja. Dia balik memandang Bhaska. Meski dengan pencahayaan tidak teratur, Gauri yakin bahwa laki-laki itu sedang menatapnya dengan intens. “Tiap kali gue menerima penghargaan, bukannya merasa senang, gue merasa terbebani. Ada tanggung jawab besar di semua piala-piala itu. Ada harapan penggemar yang enggak boleh gue patahkan.”
   
“Gue enggak tahu kalau lo bisa memikirkan tentang tanggung jawab. Karena selama ini, lo selalu bertindak semau lo, tanpa memikirkan orang lain.” Tanpa terbebani, Bhaska berterus terang tentang pendapatnya. Dan Gauri mengangguk, menyetujui ucapan Bhaska.
   
“Tujuan gue jadi penyanyi besar adalah untuk menorehkan sesal luar biasa di hati semua orang yang udah meremehkan gue. Dan gue enggak bisa sebesar ini tanpa dukungan dari para penggemar.” Gauri tersenyum tipis pada Aimee yang baru saja mengantarkan minuman pesanannya di gelas berukuran besar. “Terutama, orang tua yang udah buang gue.”
   
Bhaska terdiam, masih terus memperhatikan Gauri. Satu kemungkinan yang dia tangkap dari ucapan Gauri. Dia berubah semenjak bertemu mama Caesar karena dia merasa cemburu. Caesar punya dua orang tua lengkap yang mendukung kariernya, yang menyayanginya, yang tersenyum lebar saat dia menerima penghargaan aktor terbaik beberapa saat yang lalu. Sedangkan Gauri, dia hanya memiliki penggemar yang bahkan dia tidak mengetahui nama mereka.
   
“Lo udah kerja keras, Ri. It's okay to take a rest just for a while.” Tidak tahu kenapa, Bhaska ingin saja mengatakan itu pada Gauri. Bukan hanya bualan semata, dia bersungguh-sungguh. “Dan untuk masalah orang tua lo, lo berhak marah. Lo berhak bikin mereka menyesal. Tapi, jangan sampai lo tidak menikmati hidup lo ini.”
   
Gauri menenggak Amaretto Sour miliknya hingga setengah gelas. Rasa asam dan manis yang memanjakan lidahnya memberikan ketenangan tersendiri pada Gauri. Lalu, dia meletakkan gelas kembali ke atas meja. “Gimana gue bisa menikmati hidup gue, sementara kehadiran gue enggak pernah diharapkan kedua orang tua gue, Bhas?”
   
“Tapi, lo lihat diri lo yang sekarang. Semua orang memuja lo, semua orang berharap ada di posisi lo, semua orang bangga hanya dengan tahu kehadiran lo ada di dekat mereka.” Bhaska mencondongkan tubuhnya ke depan, menggenggam tangan Gauri, menyalurkan kehangatan di permukaan kulit yang dingin itu. “You deserve a big happiness. Dan gue mau jadi teman lo untuk senang atau sedih.”
   
Ditepisnya tangan Bhaska dengan cukup kasar oleh Gauri. Matanya yang mulai sayu memaksa menatap Bhaska, berlomba dengan kerlap-kerlip lampu dengan aneka warna. “Jangan terlalu baik sama gue. Karena gue enggak sebaik itu.”

Last Present [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang