29. Happy Go Lucky

1.3K 157 74
                                    

Dan setelah perjalanan panjang, menelusuri jalan takdir yang penuh kejutan, akhirnya kita bertemu di rumah sederhana. Beratapkan kebahagiaan, dinding disebut cinta, juga pilar besar kepercayaan. Rumah yang akan selalu menjadi tempat ternyaman kita bedua.

•••

2 tahun kemudian.

Gauri mondar-mandir di pintu masuk PGV Mobil Adventure RC Circuit. Sebuah benda pipih menempel di daun telinganya. Tidak ada hentinya dia berdecak karena panggilannya tak kunjung diangkat. Hanya ada suara nada sambung yang tak kunjung berakhir. Padahal, ini sudah panggilan ke-4. Kalau ini bukan event penting, Gauri tidak akan mengganggu orang itu bekerja.

"Sekali ini lo enggak angkat, gue pukul kepala lo kalau kita ketemu." Gauri melotot pada ponselnya sendiri, seakan itu adalah wajah orang yang tak kunjung mengangkat panggilannya. Lalu, dia melakukan panggilan selanjutnya, berharap orang itu segera mengangkat. "Angkat, dong."

Suara sepatu derby yang beradu dengan lantai semakin terdengar dengan jelas. Gauri segera berbalik saat merasakan angin berembus dari belakang. Dan saat dia berbalik, dia mendapati seseorang sedang terengah-engah di hadapannya, sambil menopang tubuhnya pada lutut. Gauri bersyukur dalam hati, sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam trapezoid bag miliknya.

"Kenapa bisa lama banget, sih, Bhas?!" protes Gauri sambil melangkah, kembali masuk ke tempat penyelenggaraan lomba balapan mobil remote control.

Dan Bhaska langsung mengekorinya, meski belum bisa mengatur napas karena berlari dari area parkir. Kalau dia sampai telat, pasti Gauri akan marah. "Gue ada meeting dulu, Ri. Gue jalan jam 4, kok. Cuma, emang macet di jalan." Bhaska bergerak melepaskan jas kerjanya. Tidak tega melihat bahu Gauri hanya dibalut dengan tali kecil. Lalu, dia sendiri yang memasangkannya. "Jangan marah, ya? Tulang kering kaki gue masih sakit, lho."

Gauri hanya mendelik tajam pada Bhaska. Namun, dia tetap menerima jas laki-laki itu, yang terpasang di tubuhnya. Sekarang, mereka duduk kembali di kursi penonton, bersama Pak Malik yang fokus dengan perlombaan. Saking fokusnya, Pak Malik tidak memandang Bhaska saat dia menyapanya.

Jadi, sekarang mereka sedang berada di sirkuit balap untuk mobil remote control yang ada di Podomoro Golf View, Depok. Mereka datang ke sini untuk menjadi pendukung terdepan Sharim. Anak itu berhasil mengejar cita-citanya, menjadi seorang pembalap. Meskipun hanya pembalap mobil remote controlbukan mobil sungguhan—tetapi Sharim cukup terkenal di komunitas Mobil Adventure RC. Sejauh ini, Sharim berhasil menjadi juara 1 sebanyak 5 kali, juara 2 sebanyak 9 kali, dan juara 3 sebanyak 4 kali. Prestasi yang sangat cemerlang, padahal dia baru mulai serius sekitar 2 tahun ini.

"Yes!" Pak Malik langsung mengepalkan tangannya saat mobil milik Sharim berhasil mencapai garis finish sebagai juara pertama. Beliau tertawa saat melihat Gauri melayangkan flying kiss pada Sharim, dan Bhaska yang berteriak layaknya tarzan. "Om sudah yakin, Sharim pasti jadi juaranya."

Mereka semua langsung turun. Memberikan tepuk tangan paling meriah saat Sharim berdiri di panggung dan mengangkat pialanya tinggi-tinggi. Hadiah yang berhasil dia bawa pulang kali ini adalah sebuah kulkas 4 pintu. Dan begitu turun, Gauri menjadi orang pertama yang Sharim peluk. Selalu begitu.

"Nih, buat Kakak," ucapnya sambil memamerkan gigi putih. Dan sekarang, Sharim berhasil mencuri kecupan singkat di pipi kanan Gauri. Sebelum akhirnya beringsut sembunyi di dekat Pak Malik, takut pada Bhaska yang sudah melotot ke arahnya.

"Kok, ini buat kakak?" tanya Gauri. Sharim tak menjawab, masih sembunyi di samping Pak Malik. Namun, dia langsung tersenyum sumringah saat diberi permen susu kesukaannya oleh Bhaska. "Kakak terima pialanya, ya? Nanti kakak pajang di lemari paling bagus di apartemen kakak." Gauri tersenyum saat Sharim mengangguk malu-malu. Kemudian, dia menatap Pak Malik. "Kita cari makan dulu, yuk, Om. Lapar banget."

Last Present [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang