"Hiduplah sesuai kemampuan jangan
seperti kemauan."
***Hari- hari berlalu... Pria berparas tampan dengan tatapannya yang kosong membuat seseorang disebelahnya bertanya-tanya.
"Devan!" panggil Angga,"lo ngapain siang bolong gini ngelamun hah? Kesambet tau rasa lo!" umpatnya.
Devan masih saja terdiam, tak menjawab sepatah kata pun. Otaknya terus penuh dengan pikiran-pirkiran yang mengganggunya ahir-ahir ini. Kejadian malam itu yang tak bisa Devan lupakan. Sudah dua hari sejak kejadian malam itu, ia tak melihat sosok Feyra di sekolah. Ia berfikir keras bagaimana keadaannya? Bagaimana itu bisa terjadi dan apa yang terjadi setelahnya. Otaknya benar-benar sudah tidak sehat memikirkan hal yang seharusnya tidak ia pikirkan.
"Gak asik lo Dev! Gw mau maen sama abang lo aja. Lo mikirin apa coba sampe segitunya," tandas Angga melangkah pergi
Devan masih saja tak menggubris apa yang diucapkan sahabatnya.. Ia masih pada pikirannya.
"Kenapa lo nyerocos kayak gitu?" tanya Davin
"Tuh adek lo kesambet, sampe gw ngomong gak dia jawab sedikitpun," jawab Angga, "si Devan kenapa sih Vin ahir-ahir ini gitu mulu kerjaannya, gw takut dia beneran kesambet."
"Klo dia kayak gitu berarti lagi ada yang dia pikirin," jawab Davin yang masih menggerakan tangannya di atas papan ketiknya.
"Sampe segitunya?" tanya Angga heran.
"Berarti dia lagi mikirin hal penting yang bikin pikirannya gak nyaman," jelas Davin.
"Gila, emang bener ya kalo kembar bisa saling baca pikiran," ucap Angga terkesima, "Tapi lo berdua gak asik, yang satu bengong kayak orang gak waras, yang satu ketagihan belajar melebihi batas waras. Gak gerti gw ke kalian." sambungnya beranjak dari kursi dan mengambil jaketnya.
"Mau kemana lo?" tanya Davin
"Cabut, mau gabung sama orang-orang yang waras," ucapnya pergi
Davin menyelesaikan pekerjaannya dan menatap saudaranya yang sejak tadi diam dengan tatapan kosong.
"Van... Lo mikirin apaan?" tanya Davin menghampiri
Kini si kembar itu duduk bersebelahan. Yang satu memerhatikan dan yang satu mengacuhkan.
"Van, gw nanya sama lo," ucap Davin
"Gak penting juga buat lo!" ketus Devan
"Jadi ini penting buat lo?" tanya Davin
Sontak Devan tersadar dari pikirannya. Mengabaikan apa yang ada di pikirannya menatap saudara kembarnya yang sudah duduk di sampingnya sejak tadi.
"Kenapa lo liat gw kayak gitu?" tanya Davin kaget dengan saudaranya yang tiba-tiba menatapnya tajam
"Bukan urusan lo," ketus Devan
"Lo beneran kesambet ya Van?" tanya Davin heran, "oh iya Van, gimana kabar Feyra?" sambungnya.
"Mana gw tau, gw bukan bapaknya," jawab Devan. "Ngapain lo nanyain dia?"
"Gpp, gw balik kamar. Jangan ngelamun lagi lo!" tandasnya melangkah pergi
***
"Non, ada den Eza di depan," ucap Bibi pada Feyra
"Suruh masuk aja Bi," ucapnya
Feyra beranjak dari kolam renangnya dan memakai handuk yang di sediakan Bi Ikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
Teen FictionSeseorang yang sangat aku sayangi justru membuat hidupku menderita, seakan aku hidup di neraka... Namun aku tak dapat membencinya, bahkan aku tak berhak untuk membencinya. Aku butuh kamu yang tulus menyayangiku, buka kamu yang mengasihaniku. Aku...