"Jika mulut bisa berdusta, maka biarkan mata yang berbicara,"
***
Pagi hari yang cerah, suara riuh-riuh keramaian terdengar dari halaman utama sekolah SMA Jaya 1. Selembar kertas pengumuman yang dipasang di papan informasi sekolah, membuat semua siswa berburu untuk melihatnya.
"Eh, kenapa tuh di depan rame?" tanya Metta menunjukan jarinya kearah keramaian
"Gak tau," balas Feyra melihat keramaian di depannya.
"Kesana yuk!" ajak Metta yang langsung menarik tangan Feyra. "Misi misi orang cantik mau lewat misi!" ucap Metta masuk diantara keramaian.
SURAT EDARAN PENGADAAN KEGIATAN SEKOLAH DALAM RANGKA MENCIPTAKAN NEGARA YANG RAMAH LINGKUNGAN//INDUSTRI.
"Oh sekolah kita ngadain kegiatan yang gini," gumam Metta.
"Yaudah ayo pergi Ta, engap gw diem diantara orang banyak gini," ucap Feyra
"Mau baca aja tadi nyelip susah payah, sekarang mau pergi juga harus nyelip lagi," gerutu Metta
"Sini jalan pinggir," ucap Feyra menarik tangan Metta
Susah payah Feyra keluar diantara keramaian orang-orang. Namun diujung keramaian, kepalannya malah menabrak tubuh seseorang dihadapannya.
"Ah, kepala gw," gumam Feyra menyentuh kepalanya
Orang yang ditabrak Feyra berbalik menghadapkan tubuhnya pada orang yang berada di balik punggungnya.
"Sorry, gw nggk senagaja," ucap Feyra menyipitkan matanya dengan tangannya yang masih menyentuh kepalanya
Namun tubuh itu tetap diam tegap di hadapan Feyra.
"Gw minta ma...." ucap Feyra terpotong ketika matanya melihat jelas sosok dihadapannya
"Sorry," ucap Feyra akhirnya singkat
Namun pria dihadapannya malah dengan sengaja menggunakan tubuhnya untuk menghalangi jalan gadis di hadapannya
"Gw udah bilang maaf, jadi minggir!" ujar Feyra menatap pria dihadapannya
Tubuh itu tetap diam tak menggubris ucapan Feyra. Kini, kedua mata mereka saling bertemu, antara tatapan mata kesal dengan tatapan mata tajam.
"Devan!" ucap Feyra kali ini menyebut nama pria yang menghalangi jalannya
Para gadis yang sejak tadi berkerumun mengantri melihat papan informasi utama hari ini, justru memalingkan kepala setelah mendengar suara seseorang menyebutkan satu nama yang begitu sangat familiar ditelinga para gadis satu sekolah. Semua orang menyudutkan pandangannya pada asal suara nama itu disebut, hanya untuk melihat seorang pria berparas tampan bak pangeran di negri dongeng. Siapa lagi kalau bukan Devan Manaco.
Devan masih saja terpaku. Masih saja melihat mata gadis yang kini tepat berada di hadapannya. Mata yang mebuatnya teringat akan seseorang yang pernah ia temui dan memiliki sorot mata yang sangat dalam penuh luka. Sama seperti sorot mata yang dimiliki gadis dihadapannya.
"Van, lo jadi pusat perhatian," bisik Angga pada Devan
Beberapa detik kemudian Devan mengalihkan pandangannya dan memutar badannya melangkah pergi dari tempat penuh keramaian.
"Wah gak beres tuh anak," gumam Angga. "Yang tadi gak udah dipikirin, si Devan emang agak gitu orangnya." Angga berbasa-basi menarik baju kawan disebelahnya.
"Duluan neng Fey, " ucap Ucup yang bajunya sudah ditarik Angga
Bisik-bisik keramaian membicarakan kejadian antara Feyra dan Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You
Teen FictionSeseorang yang sangat aku sayangi justru membuat hidupku menderita, seakan aku hidup di neraka... Namun aku tak dapat membencinya, bahkan aku tak berhak untuk membencinya. Aku butuh kamu yang tulus menyayangiku, buka kamu yang mengasihaniku. Aku...