Bis

26 5 2
                                    

"Biarkan hidup mu berjalan semestinya, ikuti alurnya, tetap berjuang di jalannya, dan ingat bahwa hidup bukan hanya tentang *aku* tapi juga *mereka* "

***

Pertengkaran dua orang dewasa, kobaran api yang begitu besar, darah yang menetes di lantai, semua ia lihat begitu jelas tepat di depan matanya. Gadis itu hanya bisa diam mematung memeluk lututnya dan menangis hebat tanpa suara. Ia menggigit bibir bawahnya yang sudah tak kuasa menahan tangisnya.

Api yang begitu merah menjalar di sekelilingnya.

Sesaaaaakkkk

Muaaaaalllll

Periiiiiihh

Sakiiiiiiiittttt

Itulah yang dirasakan nya.

"Ayaaaaaaaaahhhhhh....hu....hu..huu.. Ayah takuuuuuutt....hiks..hiksss..hikss... Ayah Api.."

Kabut asap api itu semakin menutupi tubuh gadis kecil yang memeluk lututnya.

Apinya mendekat...

Mendekat

Semakin mendekaaattt

"Ayaaaaaaaahhhhhh."

Jeritan keras berhasil membuat seseorang menarik tangan gadis itu dan membawanya keluar

Namun langkah mereka sering terhenti karna api yang menjalar di sekelilingnya.

"Ayaaaahh.... Bantu Ayaaaaaahh..."

Gadis itu memohon pada seseorang yang menggenggamnya.

"Ayaaaaaaaaaaaahhhhh.!"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Arghhh, mimpi lagi," ucap Feyra terbangun dari tidurnya.

Lagi-lagi kejadian lalu mengahantui tidurnya, bersemayam di mimpinya, tertanam di pikirannya.

"Sekolah! hari ini semangat Fey!" serunya pada diri sendiri.

Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan bersiap melakukan aktifitasnya.

"Gw naik bis aja kali ya, sepeda gw kan ilang gara-gara kejadian si kembar," gumamnya

Ia letakan lagi celana panjang yang biasa ia gunakan untuk berangkat ke sekolah yang mengayuh sepedahnya.

Gadis itu berlari kecil menuruni tangga rumahnya sembari mengikat rambutnya asal.

"Non, sarapan dulu," titah Bi Ikah.

"Mana Bi?" tanya Feyra

"Ini," jawab Bi Ikah menyodorkan roti dan segelas susu di tangannya.

"Yang rapih toh non ngiket rambutnya, pelan-pelan juga sarapannya," ucap Bibi pelan.

"Aduh gak bisa Bi, Fefey hari ini harus jalan ke halte nunggu bis buat berangkat ke sekolah," jelas Feyra sembari mengunyah roti dimulutnya

"Loh non, kan bisa di anterin sama pak Joko," ucap Bi Ikan lagi

"Gak usah Bi, udah ya Fefey berangkat. Kalo ada Eza kesini bilangin Fefey udah duluan," jelas Feyra bergegas pergi meninggalkan rumah.

Gadis itu berlari kecil menyusuri jalan menuju halte.

"Gila, lumayan jauh juga, bikin gw keringet pagi-pagi gini,"gumam Feyra

Who Are You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang