Senja ke-3

29 4 2
                                    

Bel pulang pun berbunyi. Pelajaran pertama bagi Nay hari ini cukup mengesankan. Teman-teman barunya juga tak seburuk ekspetasi yang dibayangkan. Nay melangkahkan kakinya untuk pulang.

"Eh Nay, kamu mau pulang bareng gak?" Tanya Anggun, teman baru Nay.

"Duluan saja, kayaknya aku dijemput sama abang deh."

Anggun hanya mengangguk dan tersenyum kecil. (Kalau kebesaran bisa robek bibirnya). Nay celingukan didepan pagar, mencari keberadaan abangnya yang sangat menyebalkan.

"Belum pulang Nay?"

"Kalau pun aku sudah pulang gak bakalan aku disini mah." Gerutu Nay tanpa melihat siapa sosok yang menanyainya.

"Yaudah, buruan naik." Nay menoleh ke sumber suara dan ya suara itu adalah suara Sam. Nay terkejut sekaligus menahan malu.

"Sudah ayo naik." Lanjut Sam

"Gak ngerepotin kan?" Tanya Nay polos.

"Dari tadi pagi juga lo sudah ngerepotin gue, kenapa sadarnya baru sekarang?"

Nay hanya menyengir menampilkan senyum manis dan deretan gigi rapinya. Membuat Sam memejamkan mata untuk sesaat, takut khilaf katanya.

"Buruan naik, sebelum gue berubah pikiran dan ninggalin lo sendirian kek anak ayam yang nyariin emaknya"

Tanpa berkata apa pun lagi Nay langsung naik motor milik Sam.

"Jangan pegang gue ya, pegang aja tas gue." Ujar Sam mengingatkan.

"Kenapa emangnya kak?"

"Tangan lo terlalu istimewa buat gue."

Tak memperdulikan apa yang Sam katakan, Nay malah memeluk punggung Sam erat.

"Eh, kok malah makin erat??gak bisa nafas gue ntar."

"Karna punggung kakak terlalu istimewa buat disia-siain."

Sam terkekeh mendengar penuturan sang gadis. Ia langsung memacu motornya karna senja mulai menghampiri.

Sore itu jalanan ibu kota sepi, semilir angin yang menciptakan oksigen segar membuat  Nay merasa nyaman, apalagi berada dipelukan Sam. Rintikan gerimis dari awan membuat Sam menghentikan motornya disebuah Halte. Nay pun turun dari motor dengan tampang kebingungan.

"Kenapa berhenti kak?"

"Gerimis sayang."

"Ouh, kak??mau ngerasain jadi orang gila gak?" Tanya Nay antusias.

"Sudah gila aku mah."

"Hah??sejak kapan kak?" Tanya Nay panik.

"Sejak diri ini mengenal dirimu."

"Idih, emang aku rabies apa?"

"Mungkin."

"Ih,kakak mah!!serius aku. Mau gak?"

"Gimana caranya emang?"

"Main hujan-hujanan."

"Terus???" Ujar Sam bingung.

"Teriak-teriak."

"Terus??" Tanya Sam yang masih bingung.

"Nabrak!!" Geram Nay. Sam tertawa lepas melihat wajah kesal sang gadis.

"Okeh, kita terjang hujan ini. Tapi gue gak mau ngasih lo jaket gue ya. Dingin soalnya."

"Lah??terus kakak mau ngebiarin aku kedinginan gitu?" Tanya Nay heran.

"Mending lo yang sakit daripada gue yang sakit."

"Kok gituuuuu" ucap Nay makin geram.

"Kalau lo sakit gue bisa jagain lo. Tapi kalau gue yang sakit gue gak  bisa jagain lo." Jelas  Sam yang sukses membuat pipi Nay bersemu merah.

"Yaudah ayok!" Seru Sam pada Nay.

"Hayukkk!"  Seru Nay tak kalah semangat.

Kini derasnya hujan menjadi saksi atas kebahagian mereka.

"Gue sayang lo Nayy!!!!!" Teriak Sam ditengah derasnya hujan yang dikirim tuhan pada mereka.

"Oh ya Nay, lo suka hujan ya!?" Ucap Sam seraya menaikan volume suaranya agar dapat didengar Nay.

"Suka banget kak!"

"Kenapa emang?" Tanya Sam penasaran

"Kepo kakak mah kayak Dora saja"  Jawab Nay yang juga berteriak agar suara tidak tenggelam oleh hujan.

"Serius gue nanya ini."

"Gak tau sih kenapa, Nay mikirnya kalau hujan itu cara tuhan biar kita mikir bahwa semua masalah yang dia kirim itu ada kesan dibaliknya. Lewat hujan juga Nay bisa sadar bahwa setiap masalah yang datang tuhan gak bakal biarin kita sendirian. Tuhan selalu sama kita kak,disetiap denyutan nadi kita."

Sam tersenyum dan mengusap lembut tangan Nay yang melingkar di pinggangnya.

#tolong kasih tau letak salahnya ya!!jangan lupa vote sayang!!

.

Twilight Of Anaya LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang