Senja ke -4

21 4 0
                                    

  ~Indahnya sebuah luka jika dilalui bersama mu~
.............................................................

"Makasih ya kak." Ujar Nay sambil memeluk dirinya sendiri karna kedinginan.

"Iya, buruan masuk sana. Ganti bajunya, terus bikin teh hangat jangan lupa makan ya." Kata Sam seraya mengusap pelan rambut sang gadis yang basah kuyup.

Nay hanya mengangguk dan melambaikan tangan ketika motor milik Sam perlahan menghilang dari pandangannya.

"Abanggg!!!!!!!!!!!!ko gak jemput Nay sih?"  Teriak Nay  membuat sang abang yang sedang makan tersedak.

"Ya ampun anak mama, kok basah kuyup sih?" Tanya Bunda Nay ketika melihat anaknya menggigil kedinginan.

" Itu tu abang ga jemput Nay!! Abang laknat emang!" Emosi Nay meluap layaknya air yang baru mendidih terus dibuat kopi susu. Enak tuh!

"Ehe..Maafin abang ya Nay. Lupa sumpah. Gini deh biar kamu gak marah lagi sama abang mu yang tampan nan rupawan ini abang traktir deh, sepuasnya!!" Ujar Raffa santai sambil melanjutkan acara makan baksonya.

Matanya langsung berbinar mendengar penuturan sang abang dan langsung memeluk Raffa tanpa aba-aba.

"Eh apaan nih peluk-peluk basah kan jadinya baju abang!"  Raffa menatap Nay sinis. Sementara Nay hanya menyeringai dan berlari kemarnya.

Beberapa menit kemudian Nay sudah siap untuk pergi bersama abang tercintanya.

"Abang!!ayo, Nay udah siap ini!"  Ujar Nay antusias.

"Iya elah, demen banget sih kamu kalau urusan ngabisin duit abang." Ucap Raffa seraya mencubit hidup Nay yang mancung tapi kedalam. Ehe.

"Yaudah ayo! Mama aku sama Nay pamit ya. Doain Raffa biar dompet Raffa gak nipis karna diembat sama Nay!" Pamit Raffa pada bundanya.

"Liat aja kamu kak, abis dah tu isi dompet mu malam ini." Ujar Nay dalam hati seraya tersenyum licik penuh kemenangan.

Mungkin hanya tuhan saja yang tahu bagaimana nasib dompet Raffa malam ini. Setiap hembusan nafas Raffa, ia selalu meminta kepada tuhan agar adiknya memiliki rasa kasihan pada dompet nya.

Mereka pun sampai di sebuah cafe elite yang terletak  di ibu kota. Baru beberapa langkah ketika memasuki cafe Nay terpukau dengan penampilan seseorang disana. Ya, dia adalah Sam. Dengan lihainya Sam memainkan gitar sekaligus menyanyi.

"Woy dek!!ngelamunin apaan kamu?"

"Dek??" Tegur Raffa yang masih belum mendapat jawaban.

"Anaya Arsilliya!!!"

"Hah??apaan kak??" Jawab Nay gelagapan.

"Ngelamunin apaan kamu?"

"Calon imam Nay kak." Ujar Nay yang masih setengah sadar.

"Hah?calon imam??Siapa?" Tanya Raffa yang masih belum mengerti.

"Eh gak ko kak, salah ngomong aku." Elak Nay seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Hmm..kamu bohong kan??ciee aku aduin mama kamu ya. Udah main cinta-cintaan aja. Masih kecil kamu tuh." Goda Raffa pada Nay

"Eh jangan dong bang. Bisa diceramahin sampai subuh aku nanti." Nay memelas pada Raffa yang kini tersenyum meledek.

"Gak peduli aku. Pokoknya aku aduin ke mama..wlee" kata Raffa seraya menjulurkan lidahnya.

"Oke, gini deh aku aja yang traktir kakak sepuasnya malam ini." Bujuk Nay yang masih saja memelas.

Raffa tak menduga hal ajaib bin magis ini terjadi padanya. Mungkin ini yang dinamakan rezeki anak soleh. Padahal Raffa tak benar- benar minat untuk mengadukan hal sepele itu kepada sang mama. Hanya sebagai umpan memancing wajah cemberut Nay yang tampak menggemaskan diwajah Raffa. Namun tuhan berkata lain. Ehe..

Raffa mengangguk setuju dengan kesepakatan itu. Mereka kembali hanyut dalam lagu yang dibawakan Sam.

~Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini

Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu

Meruntuhkan egoku bukanlah
Satu hal yang mudah
Dengan kasih lembut kau pecahkan
Kerasnya hatiku

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu~

~Bukti, Virgoun.

#tolong kasih tahu letak salahnya ya.
Jangan lupa vote juga ya sayang :')

Twilight Of Anaya LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang