Hai semuanya, hari inii aku update Jevino part tiga. Terimakasih atas antusias nya, salam hangat dari aku buat yang suka baca Jevino, Luvi ఌ︎ఌ︎
ఌ︎ఌ︎ఌ︎
"Mau ngomong sama lo."
Nara memberi kode dari matanya untuk Jevino mengatakan apa maunya.
"Lo takdir gue, kan, Na?"
Degg ....
Keduanya pun sama-sama terdiam. Bagi Nara kata itu terdengar aneh dan konyol. Apa maksud Jevino dengan menyebutnya sebagai takdir cowok itu? Benar-benar tidak habis pikir.
"Maksud lo?" Nara melempar pertanyaan balik.
Senyum tipis di wajah Jevino mengembang. "Waktu kemarin di pantai, gue sempat minta sama Tuhan, buat titipin seseorang yang bakal selalu menemani gue. Dan saat itu ada orang yang gak jauh dari hadapan gue, yaitu lo, Na. Jadi itu bisa dibilang takdir 'kan?"
Nara mengernyitkan dahinya, dan mulutnya sedikit terbuka, ia terheran-heran dengan penjelasan Jevino. Bagaimana bisa hal seperti itu disebut sebagai takdirnya? Itu hanya kebetulan 'kan?
"Lo gila, ya? Lo pikir dengan lo lihat gue kemarin, gue yang Tuhan takdirin buat lo gitu? Permintaan lo itu freak banget!"
Tanpa memperdulikan Jevino, Nara pun melangkahkan kakinya pergi dari hadapan cowok itu. Cowok yang aneh menurutnya. Ia juga tidak perduli saat Jevino terus memanggil namanya berkali-kali.
"Nara ... Tunggu, Na!"
Jevino hanya bisa memandangi punggung cewek itu yang semakin jauh darinya. Ia hanya bermaksud untuk memberitahu Nara, dan Jevino yakin jika Nara itu benar-benar takdirnya. Tuhan yang mentakdirkan Nara untuknya. Jevino percaya itu.
Dengan perlahan, Jevino pun ikut melangkahkan kaki pergi kearah gerbang sekolah untuk menunggu supir menjemputnya. Jevino tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri, karena mamanya khawatir sesuatu terjadi pada Jevino.
ఌ︎ఌ︎ఌ︎
"Ma, Nara pulang," ucap Nara saat masuk kedalam rumah.
Nara berjalan ke dapur untuk menemui mamanya, dan benar saja, wanita berusia tiga puluh lima tahun itu sedang duduk di kursi meja makan yang dekat dengan dapur.
Nara mendekati sang mama yang sedang terduduk itu. "Mama, aku panggil juga, malah gak di sahutin."
Mamanya, Naila, sedikit tersentak saat Nara bicara dengan jarak yang dekat dengannya. Sedari tadi Naila sedang melamun entah memikirkan apa.
"Kamu sudah pulang, Na?"
Nara mengangguk lalu duduk disebelah mamanya. Ia menatap lekat mata Naila yang terlihat sembab, ia tahu jika mamanya habis menangis.
"Ma, hari ini kita jadikan ke makam papa dan kakak?"
Naila tersenyum ketir, matanya berkaca-kaca lalu ia membuang muka kearah lain untuk menyeka air matanya. "Emm, Nara, kamu ganti baju, ya. Mama sudah siap-"
"Mama gak lupakan kalau kita bakal ke makam papa dan kakak? Mama udah janji kalau kita pergi hari ini." Dengan nada memaksa. Nara terus memohon untuk pergi bersama Naila, untuk pergi ke pemakaman, mendoakan papa dan kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
JEVINO
Novela Juvenil"Karena, Tuhan yang mentakdirkan lo untuk menemani sisa hidup gue" Jevino Alfanzaniel, cowok yang merahasiakan tentang kondisinya kepada siapapun. Yang merasa selalu sendirian. Suatu ketika, cowok itu cukup lelah untuk tetap hidup. Jevino pasrah kep...