02 || Kacang Mandalika

781 196 60
                                    

"Tidak perlu merasa bersalah.
Sejatinya adalah Aku yang bersalah,
terlalu sibuk mencintai, hingga lupa menanyakan perihal rasa yang sama"

happy Reading🍑

"Kacang Mandalika! Balikin pulpen gue," murkaku sambil berjinjit berusaha mengambil pulpen yang berada di tangan Andika.

Andika mendelik tajam. "Heh bolot! Nama gue itu A.N.D.I.K.A bukan kacang Mandalika dan ya gue gak pernah dengar tuh jenis kacang apa Mandalika," sungutnya dengan muka memerah menahan marah.

Aku mencubit tangannya dengan kasar. Hingga membuat Andika mengaduh kesakitan. "Fisik mah cewek tapi kekuatan kayak cowok," ringisnya sambil mengusap-ngusap tangannya yang memerah karena bekas cubitanku.

Aku terbahak, senang rasanya melihat kacang Mandalika sengsara akibat ulahku.

"Gak usah ketawa Lemonilac! Tanggung jawab lu mah," tuturnya dengan mencebikkan bibirnya beberapa senti.

"Heh Mandalika! Nama gue itu Lemonila bukan Lemonilac. Nama macam apa itu," ketusku menatapnya datar.

Andika tersenyum sumringah. "Lemonilac kepanjangan dari lemonila cantik," pujinya sambil menatap jahil aku.

Aku mendengus, "buaya-buaya ga mempan sama gue mah."

"Sini balikin pulpen gue anying! Gue mau pulang, ntar mak gue nyariin! Emang mau lu tanggung jawab?" cibirku menatap makhluk astral yang selalu menganggu hari-hari tenangku.

"Lu bisa kan ikut salah satu sahabat lu?" Andika menatapku sambil menaikan alisnya sebelah.

Aku mendesah menghadapi lelaki seperti Andika ini. Bukan hanya sarap ternyata dia juga lemot dan bego.

"Eh Mandalika! Yang ngusir sahabat gue tadi siapa kalo bukan lu? Lu pikun apa amnesia sih? Perlu gue pentokin lagi ke tembok noh bier amnesia lu sembuh?" cercaku mendecak sebal karena Andika selalu berhasil membuat emosiku memuncak.

Ku kira dia akan takut. Ternyata salah, ia malah tertawa terbahak-bahak layaknya pasien Rumah Sakit Jiwa yang baru saja kabur dari tahanan RSJ.

"Kalo lu yang mentokin si gue mau-mau aja malah mau banget, siapa tahu dengan gue berjuang kek gitu lu jadi luluh," ungkapnya dengan tidak tahu malu.

Aku menarik rambut frustasi. Aku sudah angkat tangan menghadapi sifat menyebalkan Andika ini.

"Woi di belakang lu ada CCTV kan? Minggir dong," tegurku mengibaskan tangan menyuruhnya untuk bergeser sedikit untuk memberikan aku jalan.

Ia mengangguk lalu perlahan mulai menggeserkan tubuhnya. Dengan segera aku menuju CCTV lalu mendongak ke atas menatap alat tersebut. Aku tersenyum paksa, lalu mengangkat tangan sembari melambai-lambai.

"Eh bolot, ngapain lu lambai-lambai macem tu?" tandasnya dengan bingung sembari menatapku dari samping yang masih melambai-lambaikan tangan.

Aku menoleh ke samping lalu tersenyum dengan paksa. "Kalo orang nyerah biasanya angkat tangan ke kamera kan? Berhubung di sini adanya CCTV jadi gue melambai di CCTV. Itung-itung memanfaatkan alat yang ada," gumamku dengan pelan, entah masih bisa terdengar di telinganya atau tidak.

LEMONILAC☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang