35 || Mimpi Itu Lagi

112 26 13
                                    

Kekhawatiran terjadi karena rasa takut yang berlebihan.


Happy reading 🍑

"Hello girl. Kita ketemu lagi rupanya hahaha. Gimana kabarmu sayang? Baik?"

Suara itu, suara orang yang sama di mimpiku. Aku menoleh ke arah depan, lagi-lagi yang hanya nampak tudung hitam menutupi setengah wajahnya, terkesan misterius. Aku bergerak takut ketika ia semakin mendekat.

Menahan napas di saat perempuan tersebut mencondongkan wajahnya lalu setelahnya tersenyum miring.

"Katakan apa mau mu!" Entah keberanian dari mana aku menggertak seperti itu, menggigit bawah bibir dengan keras. Merutuki lontaran kata yang terucap.

"Wah, wah, wah ... sudah berani rupanya berteriak di depanku? Hm." Dia menjauhkan wajahnya membuat aku bisa bernapas lega. Mendudukkan pantatnya di atas kursi yang mana setahuku sejak tadi tidak ada mendadak menjadi ada.

Ruangan ini gelap, sepi, menakutkan, aura pembunuh kentara di sini. Aku meneguk ludah kasar tidak berani menatap langsung perempuan bertudung hitam. Auranya, terlihat seperti aura malaikat pencabut nyawa.

"Apa aku perlu menghukummu sayang?" Ia bertanya dengan begitu dingin, membuatku semakin bergetar ketakutan.

Prok ... Prok ... Prok ...

Tepukan tangan menggema di seluruh ruangan. Ruang yang minim pencahayaan menambah kesan—mengerikan.

"Kicep, hm?" Ia bangkit, kembali mengayunkan langkahnya mendekatiku. Yang mana, aku berposisikan terikat rantai sambil terduduk.

"Sepertinya ini bisa membuatmu sedikit. Um ... berteriak histeris, maybe," bisiknya di telingaku.

Seperti sedang terkena sihir, yang ku lakukan hanya diam. Diam bak patung yang tak bernyawa. Perempuan tersebut mengeluarkan sesuatu di balik jubah hitam kebesarannya. Kalian tahu itu apa? Sebuah pisau. Catat, pisau.

Bukan hanya jahat ternyata dia seorang psychopat, batinku merasakan takut yang terus-menerus.

Let's the game play with me, babe ...

Aaaa ...

Aku mengusap wajah dengan kasar, ini sudah kesekian kalinya bermimpi buruk. Pertanda apa ini? Dadaku terasa sesak, keringat demi keringat kian mengucur begitu hebat.

Hosh ... Hosh ... Hosh ...

Apa maksud semua ini? Ini terlihat menakutkan.

Aku memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Menarik pasokan udara sebanyak-banyaknya lalu mengembuskannya dengan segera. Ini, semua ini telah membuat semua saraf-sarafku bereaksi buruk.

Gue harus cari tahu apa maksud dari semua ini!

•••

"Bintang kecil di langit yang biru. Lemon tepos, gak ada lekukan. Aku ingin punya yang gede, macam Cindi yang body-nya bahenol." Suara merdu tersebut mengalun-ngalun tidak enak di koridor, demi apa ingin ku putuskan pita suaranya sekarang juga.

"Sumpah ni orang gak ada obatnya," cetusku menampol keras bahunya, enak saja namaku di bawa-bawa dalam lagu absurd ciptaannya.

Sekarang aku sedang di koridor berjalan dengan makhluk yang tidak berguna. Siapa lagi jika bukan Firman. Bukan Andika, tapi Firman. Hari ini tanpa kesengajaan yang membuatku harus beristighfar berkali-kali karena menghadapi tingkah gila Firman.

LEMONILAC☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang