[One!]

116 13 2
                                    

Bruk!

"A-aw," Seorang gadis meringis kesakitan. Tubuhnya baru saja menabrak seseorang dan tertimpa buku-buku yang dibawanya.

"Lo gak papa?"

Gadis yang bernama Ryujin itu mendongak. Matanya membulat, terkejut melihat siapa yang sekarang berada di depannya yang sedang mengulurkan tangan. Dengan cepat dia bangun dari jatuh terduduknya dan menepuk-nepuk roknya. "Eh, Kak Jinyoung." Pipinya bersemu. "A-aku gak papa kok, Kak."

Park Jinyoung. Pangeran sekolah. Tapi, bagi Ryujin, Jinyoung bukanlah sekedar pangeran. Dia adalah pangeran berkuda putih yang sempurna. Ganteng, pintar, baik, multitalent. Semuanya ada pada satu orang.

Ryujin telah lama menyukai Jinyoung. Tapi, dia sadar diri. Dia merasa rendah jika disandingkan dengan kakak kelasnya itu. Bisa mengobrol dengannya saja Ryujin sudah merasa bahagia.

Jinyoung tersenyum. "Serius? Tadi gue denger lo kesakitan, jadi—"

"E-eh nggak kok, Kak. Aku g-gak kesakitan sama sekali. Ta-tadi cuma refleks hehe." Ryujin tertawa canggung.

"Oke, kalo gitu." Jinyoung berjongkok dan merapihkan buku-buku Ryujin yang berantakan di lantai koridor. "Gue bantu lo beresin nih buku-buku sebagai permintaan maaf."

Ryujin gelagapan. Dia mengikuti Jinyoung berjongkok, mengambil buku-bukunya dan menumpuknya dengan cepat. "Nggak perlu, Kak. Ini 'kan kesalahan aku. Seharusnya aku yang minta maaf sama kakak karena udah nabrak kakak."

Jinyoung mengacuhkan ucapan Ryujin, dia tetap membantu Ryujin merapihkan buku-buku gadis itu hingga buku terakhir. "Ini lo mau bawa kemana emang?" tanyanya.

"Ke kelas," jawab Ryujin.

"Perlu gue bantu bawa?"

"Ng-nggak usah, Kak," tolak Ryujin cepat. "Makasih,"

"Ok deh. Hati-hati ya," ucapnya sambil tersenyum lalu pergi.

"Iya, Kak." Ryujin balas tersenyum. Kemudian dia berlari menuju kelasnya yang berada beberapa meter di depannya. Setelah menaruh buku-buku itu di meja guru, dia berjalan cepat menuju tempat duduknya. Senyumnya tak bisa hilang di wajah cantiknya karena ingatan kejadian tabrakan dengan Jinyoung terus berulang di pikirannya.

Seorang cowok menghampirinya, duduk di kursi sebelahnya yang kosong. "Lo kenapa senyum-senyum gak jelas gitu dah? Abis menang lotre lo?" tanya cowok itu.

"Mark!" Bukannya menjawab, Ryujin malah berteriak kepada cowok tadi.

Cowok yang dipanggil Mark itu menjitak kepala Ryujin. "Kuping gue bisa budeg kalo lo teriak begitu, bodoh."

"Mianhae," sesal Ryujin. "Abis lo nongol disaat yang tepat sih. Disaat gue gak bisa menahan perasaan gue saat ini."

"Hah?" Mark bingung. "Maksudnya?"

"Okay, listen to me." Ryujin berdeham. "Tadi, di koridor, masa gue tabrakan sama Kak Jinyoung! Bayangkan, Mark! Ya ampun, seneng banget gue. Udah gitu dia nanyain keadaan gue lagi, aduh tambah suka ini gue dah."

Mark diam. Cowok blasteran Korea-Amerika itu tidak menanggapi cerita sahabatnya, tapi indera pendengarannya masih dengan jelas dapat mendengar semua perkataan Ryujin. Perkataan yang tidak ingin di dengar olehnya.

"Mark, menurut lo, kalo gue berharap Kak Jinyoung suka sama gue juga bakal terkabul gak?"

Mark menatap Ryujin. Menatap bagaimana ekspresi bahagia tercetak di wajah gadis itu. Matanya berbinar, bibirnya melengkung ke bawah, membentuk senyuman.

Dia bahagia bisa melihat Ryujin bahagia.

Hahaha bullshit.

Ryu, gue cemburu. Maaf.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang