[Seven!]

39 9 4
                                    

Hari Minggu telah tiba. Waktunya bersantai, bermalas-malasan, 'berkencan' dengan tempat tidur lebih lama. Lupakan buku pelajaran hanya untuk hari ini.

Ya, jika kalian adalah golongan belajar hanyalah sebuah kewajiban, bukan hobi.

Jam alarm menunjukkan pukul 6.45 pagi. Putri bungsu keluarga Shin telah terbangun sejak 15 menit lalu. Namun, karena bingung mau ngapain, akhirnya yang ia lakukan hanya duduk melamun di atas tempat tidurnya.

Tok! Tok!

Suara ketukan berasal dari pintu kamarnya menyadarkannya dan menatap benda dari kayu tersebut. "Masuk," ucapnya, mengizinkan seseorang yang mengetuk pintunya masuk ke dalam kamarnya.

Bukannya langsung masuk, Sunwoo menyembulkan kepalanya terlebih dahulu. "Widih tumben banget lo udah bangun, dek," Sunwoo tertawa kecil lalu barulah dia masuk. "By the way, morning, adek gue yang jelek!" Sunwoo mencubit hidung Ryujin.

Otomatis Ryujin menabok lengan abangnya. "Lepasin, Bang ih! Sakit tau," Dia mengelus hidungnya yang agak memerah. "Dan gue gak jelek ya! Gue cantik pake banget,"

"Halu mulu lo," elak Sunwoo. "Oiya, kuy olahraga. Kebanyakan ngebo, badan lo jadi melar tuh,"

"Apaan?!" Ryujin berteriak kesal. "Rasa ingin menjual abang📈"

"Kidding, baby. Mau gak olahraga?"

"Mau! Traktir bubur ya pulangnya? Oke!" Setelah mengatakan itu, Ryujin segera turun dari kasurnya dan berlari menuju kamar mandi.

"Gue suka ragu dia adik gue deh. Kelakuannya terlalu ajaib," Sunwoo menggeleng.

°°°

Menunggu kurang lebih 10 menit, Ryujin siap untuk olahraga. Ya, walaupun disebut olahraga, nyatanya mereka cuma jogging keliling komplek perumahan mereka doang, setelah pemanasan sebentar. Saling menggoda, sampai balapan lari mereka lakukan. Hingga tak sadar mereka telah olahraga selama sejam-an.

Menuruti permintaan Ryujin, mereka beristirahat dengan memakan bubur ayam langganan mereka dan warga perumahan lainnya. Karena ramai, mereka harus menunggu antrian.

"Bang," panggil Ryujin tiba-tiba. Sunwoo berdeham. "Lo kan kerja sambil kuliah. Enak gak sih?"

"Kalo ditanya begitu, gue jawabnya fifty-fifty, ada enaknya, ada enggaknya,"

"Enaknya apa? enggaknya apa?"

"Enaknya lo bisa tetap dapat ilmu sekaligus dapat duit buat menuhin keperluan lo, tanpa lagi minta sama mama papa. Gak enaknya ya capek,"

"Capeknya... capek banget ya?"

"Tergantung lo ikhlas dan enjoy gak jalaninnya. Kalo lo ngelakuin itu karena 'wajib' doang, ya pasti berasa banget capeknya. Tapi, kalo lo enjoy, bagi gue sih, biasa aja,"

Ryujin tidak membalas ucapan abangnya. Dia terdiam sambil menggenggam botol minumnya.

Melihat hal itu, Sunwoo malah tersenyum dan mengacak rambut panjang adiknya yang di kuncir pony tail. "Udah, gausah dipikirin dulu begituan. Lo fokus aja belajar sekarang, dapet nilai yang bagus, buat mama papa bangga," ucapnya

"Tapi, bang, gue kan bentar lagi lulus, mau gak mau gue harus pikirin apa yang akan gue lakuin setelah lulus nanti, dan rencanya gue mau kayak lo, kuliah sambil kerja,"

"I know that, tapi sekarang lo jadi kepikiran yang enggak-enggak 'kan? Lo jadi  nethink, I don't want it. Makanya gue bilang, lo fokus aja belajar, jangan mikirin itu dulu, my little sister,"

"Dan juga jangan suka galau gara-gara cinta-cintaan mulu lo. Suka gajelas lo kalo mode begitunya on," sambung Sunwoo.

"Dih apaan?! Kagak ya! Fitnah!"

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang