Rombongan tiba disebuah hotel berbintang lima ketika waktu telah menunjukkan nyaris tengah hari. Para peserta perpisahan turun dari bus mereka masing-masing. Bus fakultas kedokteran tiba lebih awal dan diakhiri oleh Bus rombongan fakultas Teknik. Memang dipisah antar fakultas, tapi itu hanya untuk mempermudah pengangkutannya saja.
Myungsoo dan Jinyoung berjalan beriringan menuju restoran hotel. Pembagian kamar akan dilakukan setelah makan siang. Myungsoo dan Jinyoung duduk dikursi makan bersama beberapa anak kedokteran lain. Jauh didepan Myungsoo, ia dapat melihat Sungyeol dan kawanannya duduk bersama. Myungsoo dapat melihat lelaki yang pernah singgah dihatinya duduk disana, tertawa lepas bersama kawanannya. Terlihat baik-baik saja, tak seperti Myungsoo yang nyaris mati.
Myungsoo semakin yakin bahwa Sungyeol tak merasa kehilangan seperti dirinya. Ia terlihat semakin dekat dengan Jonghyun. Mungkin memang benar bahwa keduanya telah berpacaran.
Seorang lelaki dari fakultas Hukum berdiri didepan, selaku ketua pelaksana acara kali ini ia berkesempatan untuk menyampaikan sambutan.
"Oke, gengs! Seneng banget gue akhirnya bisa ngewujudin acara ini. Thanks banget buat bapak ketua BEM Pusat kita, Pak Myungsoo Kim yang ganteng, yang udah bantuin buat ngelancarin acara ini."
Suara tepuk tangan memenuhi ruangan diikuti ribuan tatap mata tertuju pada Myungsoo, kendati yang menjadi objek hanya tersenyum simpul, betapa terlihat sangat berwibawa. Ketika Myungsoo mengalihkan pandangannya kearah depan, kedua matanya menangkap iris bening yang didambanya tengah menatapnya juga.
Seketika jantung Myungsoo berdebar tak karuan dan waktu serasa berhenti. Suara riuh tepuk tangan menghilang entah kemana digantikan hening bagai diluar angkasa. Myungsoo tak pernah mengira bahwa ia akan merasakan hal seperti ini.
"Oke, setelah makan siang ini, gue akan mengundi untuk pembagian kamar. Pembagian kamar ini diusulkan oleh sekretaris gue yang cantik ini. Selamat makan, semua!" Lelaki itu menuruni panggung buatan mereka. Ikut bergabung bersama kawanannya.
Usai acara makan siang, sesuai yang dikatakan ketua pelaksana, undian pembagian kamar dilaksanakan. Ada 4 orang yang berdiri didepan sana, masing-masing dari mereka memegang sebuah kotak besar berisikan nomor kamar yang akan ditempati oleh para peserta.
"Sebagai bentuk penghormatan gue, gue persilakan bapak ketua BEM Pusat kita untuk maju lebih dulu dan mengambil nomor kamar ditempat yang telah disediakan." Ujar si ketua pelaksana mempersilakan Myungsoo untuk maju
Diiringi suara riuh tepuk tangan, Myungsoo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju depan ruangan. Myungsoo menuju seorang lelaki yang memegang sebuah kotak besar tersebut, dan mengambil sebuah kertas didalamnya. Setelah itu ia kembali ke tempat duduknya.
"Dapet kamar berapa lo?" Jinyoung langsung menyerbu Myungsoo dengan pertanyaan, penasaran dengan nomor kamar sahabatnya
"5974" Jawabnya singkat
"Sekamar sama siapa nih kira-kira?" Goda Jinyoung, dikepalanya ada kemungkinan bahwa Myungsoo akan berada dalam satu kamar dengan Jonghyun
Bagaimana kalau itu terjadi?
"Entahlah." Sahutnya asal
Myungsoo berjalan bersama Jinyoung. Kamar mereka bersebelahan. Jinyoung berbagi kamar dengan Hyungsik yang kebetulan duduk bersamanya tadi. Beruntung sekali, sementara Myungsoo belum tahu siapa teman sekamarnya. Dalam hatinya ada rasa penasaran yang menggunung tentang Sungyeol akan sekamar dengan siapa? Jika dengan Jonghyun, maka lenyap sudah harapan Myungsoo.
"Gue duluan." Kata Myungsoo begitu tiba didepan pintu kamarnya. Ia berbelok kearah pintu, dan membuka pintu tersebut. Ketika pintu terbuka, kedua mata Myungsoo membelalak. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apa ia salah kamar?!
Myungsoo mundur dan memastikan nomor kamar yang terdapat di pintu dengan kertas yang dipegangnya.
Benar. 5974. Tidak salah. Myungsoo membacanya berulang-ulang dan mencocokkannya. Siapapun, tolong Myungsoo!
Setelah memastikannya lebih dari 5 kali, Myungsoo akhirnya masuk kedalam kamar. Menutup pintu tersebut.
"Kenapa? Lo nggak mau sekamar sama gue?" Lelaki jangkung itu berdiri dengan berkacak pinggang, menatap sinis teman sekamarnya yang baru datang
Sikap teman sekamarnya yang seketika langsung keluar dan memastikan nomor kamar berkali-kali membuatnya tersinggung. Memang ada masalah apa?!
"Aku cuma nggak nyangka sekamar sama kamu, Lee Sungyeol." Jawab Myungsoo pelan, ia meletakkan tas ransel yang berada dipunggungnya didekat ranjang
Perasaan bahagia jelas ada. Myungsoo tak pernah merasa seberuntung ini! Bahkan rasanya mendapat beasiswa disetiap jenjang pendidikannya tak pernah sebahagia ini.
"Kalo nggak suka lo boleh change sama yang lain." Katanya sinis sembari mengaduk-aduk isi tasnya, seolah mencari sesuatu didalamnya
"Gimana aku bisa nggak suka sekamar sama kamu, bahkan aku suka banget sama kamu." Kalimat itu dengan lancangnya keluar dari mulut Myungsoo. Kalimat yang tak pernah Myungsoo pikirkan sebelumnya mengalir begitu saja. Efek rindu, mungkin?
Sungyeol menghentikan pergerakan tangannya. Ia tertegun mendengar kalimat itu keluar dari mulut lelaki yang belakangan menghindarinya. Sungyeol pikir lelaki itu sudah jenuh mengejarnya.
Myungsoo berjalan pelan mendekati Sungyeol yang masih duduk ditepi ranjang masih dengan kedua tangan berada didalam tasnya.
"Aku udah berusaha maksimal buat hilangin perasaan suka ini. Tapi semakin hari semakin besar. Setelah apa yang aku usahakan, belajar buat lupa sama kamu, kenapa seolah usahaku sia-sia? Cantik, aku masih suka sama kamu. Aku nyerah buat maksain lupa sama kamu. Biarin aku suka sama kamu sampai kapanpun. Aku nggak akan ganggu kamu lagi. Rasanya berat dan sakit. Aku tetep seneng kamu udah nemu kebahagiaan kamu. Semoga langgeng sama Jonghyun, ya?"
Myungsoo semakin tak bisa menahan kata-katanya. Ia memang tak pernah memikirkan akan mengatakan itu. Tapi, ketika bertemu dengan si pujaan hati, rasanya ada banyak kalimat yang ingin ia katakan. Terlebih, ia ingin Sungyeol tahu bahwa ia sangat mencintai lelaki itu.
Sungyeol menengadah keatas, memandang lelaki tampan itu tepat dimatanya.
"Gue bakal tetep langgeng kok sama Jonghyun, tanpa perlu lo doain juga. Sama Sandeul, sama Minho. Gue setia sama sahabat-sahabat gue." Sahutnya ketus
"M-maksudku, semoga hubungan kamu dan Jonghyun langgeng sampai kejenjang yang lebih serius." Ralat Myungsoo
"Ngomong apaan sih lo njir?!" Sungyeol naik pitam, apa sih maksudnya?! Bilang suka tapi malah mendoakan dengan yang lain! "Hubungan apaan gue sama Jonghyun?!"
"Aku tau kamu udah jadian sama Jonghyun."
"Jadian jidat lo! Sejak kapan gue jadian sama temen sendiri?! Lo dapet berita murah darimana njir?!" Sungyeol bangkit dari duduknya, menatap tajam lelaki bodoh didepannya. Kok bisa-bisanya termakan berita hoax begitu?! Sungyeol akan menghajar orang yang menyebarkan berita palsu itu!
Myungsoo melongo, tampak seperti orang bodoh atau memang bodoh betulan.
"Jinyoung liat postingan Jonghyun di Ig. Foto kamu lagi tidur waktu kamu magang di Busan." Jelas Myungsoo gamang, Sungyeol berubah jadi menyeramkan.
"Ya terus maksud lo dengan foto itu artinya gue jadian?! Orang gila kali!" Makinya menjadi, menatap kesal pada lelaki didepannya
Myungsoo tak berani mengangguk atau menggeleng. Ia hanya menatap Sungyeol takut.
Sementara yang ditatap akhirnya menghela napas, berharap helaan napasnya membawa pergi amarahnya. Bodoh sekali sih si ketua BEM ini.
"Gue nggak jadian sama siapapun. Jonghyun emang suka sama gue, tapi gue nggak ada rasa apa-apa sama dia. Gue cuma anggap dia sahabat. Alasan kenapa gue biarin dia memonopoli gue cuma karena gue sayang sama Jonghyun sebagai sahabat gue." Jelas Sungyeol panjang, hati Myungsoo menghangat
.
.Happy Ied Mubarok MY Lovers...
tinggal 1 part lagi, Up besok, abis itu.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin (MyungYeol)
FanfictionAuthor: Cetirizines Pairing: Kim Myungsoo x Lee Sungyeol (MyungYeol) Genre: Romance, Univerity life, Comedy, Hurt, Fluffy Rate: PG Indicate: Love is Simple. Dari mata jatuh ke hati. Tak kenal maka kenalan. Sudah kenal maka Chattingan. Boleh gombal a...