"Gila cakep banget yak si bos!" Seru Andini.
"Bangett.." Kataku terkesima.
Bayu Pradipta, bos dengan usia matang yang membuat seluruh penduduk kantor tak henti - hentinya kagum dengan paras tampan serta wibawanya.
Aku menyukainya sudah sejak awal saat aku menginjakkan kaki di kantor ini. Sayangnya bos tampanku ini adalah sosok dingin yang tak tersentuh, ia masih gagal move on dari mantannya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu.
"Move dong Shen move! Masak iya gini - gini aja?" Andini berdecak melihatku yang masih memandang ke arah Bayu bahkan sampai pintu ruangannya tertutup.
Aku mendesah lelah, sudah bukan rahasia lagi di kantor ini bahwa aku menyukai bos tampan itu tapi sepertinya hanya karyawan saja yang mengetahui hal itu, karena Bayu terlihat bahkan tak peduli dengan perhatian - perhatianku selama ini.
Sudah 2 tahun lebih aku bekerja disini, bahkan waktu selama itu juga tak pernah membuat Bayu mau menoleh sedikit saja padaku.
Tapi tenang saja, aku sangat pantang mencampur adukkan masalah hati dengan pekerjaan. Jadi aku berusaha semaksimal mungkin untuk tetap profesional sebagai karyawan disini.
Ponselku bergetar, ada pesan masuk.
Aditya Kusuma Wijaya : Kamu pulang jam berapa? Aku jemput?
Oh! Satu lagi, Adit ini adalah sosok yang selalu ada untukku, dia adalah teman pertamaku saat kuliah dulu. Kami sangat dekat dan aku nyaman jika berada di dekatnya mungkin karena kami sudah berteman begitu lama.
Adit memiliki paras yang tak kalah tampan dibanding Bayu, Adit ramah dan sangat boyfriend material tapi sangat disayangkan dia tidak memiliki gandengan padahal begitu banyak cewek yang mau antri jika saja dia mau.
Ketika ditanya kenapa dia tidak mau pacaran, dia akan mencari alasan yang menurutku tidak logis. Benar - benar orang yang sulit ditebak.
Baru saja hendak membalas pesan dari Adit, suara berat menyapa pendengaranku.
"Shen, tolong antarkan berkas - berkas yang kemarin saya minta ke ruangan saya ya!"
"Baik Pak!" Sahutku gugup.
Astaga baru saja Bayu melemparkan senyum menawannya padaku, gila jantungku berdegub begitu kencang dan itu sungguh norak sekali.
Aku cepat - cepat mengambil berkas yang dimaksud Bayu dan segera berjalan menuju ruangannya.
Begitu dipersilahkan masuk, aroma maskulin menyeruak ke hidungku dan aku menyukainya.
"Pak ini berkas yang bapak minta." Kataku.
Bayu hanya mengangguk kemudian melihat - lihat lembaran yang aku serahkan tadi.
"E.. Shen" Bayu terlihat gugup.
"Ya Pak?"
"Boleh saya tanya sesuatu?"
"Silahkan Pak"
Lalu Bayu mengutak atik ponselnya dan kemudian menyerahkannya padaku.
"Menurut kamu dia cantik gak?" Tanya Bayu.
Tanganku bergetar, nyaris saja menjatuhkan ponsel Bayu yang sedang ku genggam.
Astaga aku tahu kemana arah pembicaraan ini dan sialnya wanita ini terlihat begitu cantik tiba - tiba aku insecure.
"Cantik Pak."
Bayu tersenyum puas.
Aku dan Bayu sangat akrab, aku adalah salah satu karyawan yang selalu dia andalkan bahkan kata orang dia lebih mengandalkanku daripada sekretarisnya.
Bayu begitu baik padaku dan tentu saja sebagai seorang wanita aku luluh hanya dengan sikap manisnya tetapi detik ini aku tahu bahwa keinginanku terlalu tinggi, harapanku tak akan pernah bisa aku gapai dan mungkin sebentar lagi aku akan menangis dengan begitu kencang saat sampai di apartemenku.
"Pak saya izin keluar ya, saya pengen ke toilet" Kataku.
Belum sempat Bayu menjawab, ku kembalikan ponselnya dan segera keluar dari ruangannya.
Hatiku berdenyut sakit, aku butuh menenangkan diriku.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Weather the Storm
Historia Corta[completed] Akan sangat membingungkan jika dihadapkan dengan dua pilihan ditambah lagi dengan tidak sinkronnya hati dan logika. Namun pilihan tetap harus dipilih apapun konsekuensinya. Cerita ini bercerita tentang bagaimana seseorang memantapkan hat...