08. A chance

281 41 0
                                    

Adit saat ini sedang duduk di sofa depan televisi. Dia baru datang dari kerja dan tiba - tiba satang ke apartemenku membawa makanan.

Aku yang memang senang dengan gratisan langsung memekik girang membuat Adit tertawa.

Aku berjalan ke arah sofa dan duduk di sampingnya.

"Nonton apa sih?" Tanyaku sambil menaruh 2 kaleng minuman soda.

"Tonight Show, bagus aku suka."

"Kamu pasti nonton Enzy nya kan?" Tanyaku curiga.

Enzy Storia, aku sangat mengagumi personality nya, sudah cantik, humoris pula.

"Kenapa? Cemburu?" Adit kemudian merubah posisi duduknya menjadi berhadapan denganku.

"Enggak! Wajar sih banyak yang suka Enzy, dia cantik sama lucu sih."

Adit menggeleng. Matanya menatapku dengan serius membuatku tiba - tiba gugup.

"Cantikan kamu kok." Katanya sambil tersenyum.

Gila wajahku tiba - tiba panas, aku ingin cuci muka.

"Gombal!" Kataku menutupi kegugupanku.

Adit hanya tersenyum kemudian tangannya mengelus - elus lembut pipiku.

"Cantik." Katanya menatap lama wajahku.

"Kapan sih kamu mau kasi aku kesempatan Shen?" Lanjutnya.

"Kamu masih gak percaya sama aku?"

Aku menggeleng cepat.

"Bukan! Aku masih takut Dit, aku takut kalau aku masih suka Bayu. Aku gak mau nyakitin kamu."

Adit tersenyum lagi.

"Aku udah pernah bilang kan kalau aku bakal bantuin kamu lupain Bayu?"

Aku mengangguk.

"Then give me a chance Shen!"

Aku terdiam. Haruskan aku melakukannya sekarang?

Tapi memang selama ini aku sangat nyaman berada didekatnya. Adit juga begitu gigih menungguku move on.

Aku mengangguk.

He deserves it.

Matanya melebar, lucu sekali.

"Ka..kamu..?" Katanya tak percaya.

Aku mengangguk lagi, kali ini dengan senyuman manis andalanku.

Dia memekik senang kemudian selanjutnya aku tenggelam dalam pelukan hangatnya.

"Thanks God! Omg Shen, i love you!"

Dia terlihat bahagia sekali, aku jadi terharu.

Pelukannya semakin kencang hingga membuatku sedikit sesak tapi tak apa aku memaklumi dia yang sedang bahagia.

Setelah beberapa menit kemudian dia melepaskan pelukannya, menatapku dalam.

Kemudian wajahnya semakin mendekat, jantungku berdegub kencang. Astaga ini pertama kalinya jantungku berdegub kencang karena Adit.

Sesuatu yang hangat menempel di dahiku, lama sekitar 4 detik dan itu mampu membuatku membeku.

Adit mencium dahiku, demi Tuhan itu adalah ciuman pertamaku!

Ya ya katakanlah aku kuno tapi aku memang belum pernah ciuman, hanya sebatas pegangan tangan dengan mantanku dulu dan itu sudah sangat lama.

Namun kini berbeda, aku sudah bukan remaja lagi harusnya aku mengerti hal seperti ini tapi ciuman di dahi tadi benar - benar membuatku lupa sekitar. Benar - benar payah dan norak!

"Hei!" Tepukan lembut di pipiku menyadarkanku dari lamuan aneh.

"You looks so tired, aku pulang dulu kalau begitu. Besok pagi aku jemput!"

Dia mencium tanganku kemudian berpamitan pulang.

Astaga aku tidak lelah, aku pucat karena aku dicium oleh Adit.

Bahkan sampai sekarang rasa hangat itu masih menempel di dahiku, aku tersenyum malu - malu layaknya remaja yang jatuh cinta.

Adit memang tak terduga, dia selalu memperlakukanku dengan baik dan penuh cinta.

Semoga aku tidak akan menyakitinya nantinya.

Aku harus memantapkan hatiku, sekarang aku punya Adit dan aku tidak boleh putar balik!

Aku akan berusaha semakin kuat lagi agar seluruh hatiku benar - benar menjadi milik Adit, laki - laki yang selalu ada untukku.

Hari ini aku begitu bersyukur karena Tuhan mengirimkan Adit untuk selalu ada di sampingku.

To be continued..

Weather the StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang