4. A Paper

630 73 5
                                    


Sakura duduk di meja kerjanya sambil memandangi bungkusan plastik yang membuatnya bingung, di dalamnya ada dua kertas tulisannya yang sama persis namun berbeda keadaannya. Yang satu telah robek terkena air laut dan berpasir karena ia menemukannya di pantai, sedangkan yang satunya hanya sedikit terkena noda pasir, teramat bersih dan lengkap bagiannya.

Apa semua ini masuk akal? Darimana kertas ini datang? Sakura bingung dengan keanehan ini yang berujung membuatnya sedikit ketakutan.

Apa alam bosan pada dirinya karena mengeluh di pantai itu setiap hari?

"Guk! Guk! Guk!!"

"Pakkun..." Sakura menghela napasnya lelah, anjingnya kembali berisik.

Wanita itu memasukkan kertas ke dalam laci lalu bergegas menghampiri Pakkun. Anjingnya kembali menggonggong ke arah balkon, Sakura kali ini membiarkan pintu balkon terbuka kembali seperti semalam. Agar anjing itu diam.

Angin berhembus sedikit kencang, Sakura mengeratkan jaket hangat yang masih menempel di tubuhnya.

"Pakkun.. Sebegitu sukanya kau menongkrong di balkon?" Sakura bergumam dan bergabung dengan Pakkun yang berdiri di ambang pintu balkon.

Anjing itu kemudian berbaring dan menggeram pelan. Sakura tersenyum melihat langit malam bersama peliharaannya.

"Kau seperti dia.. Kakashi juga menyukai balkon ini.. " Sakura bergumam lagi, tatapannya sendu.

"Kakashi.. Aku tidak bisa berhenti merindukanmu, aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar tanpamu karena aku kehilangan separuh diriku ketika kau pergi.. Aku kehilangan setengah hatiku ketika kau pergi.. "

Sakura berjalan menuju pagar balkon. "Rasanya aku seperti berjalan dengan satu sepatu tanpa pasangannya, dengan setengah anak panah yang tertancap di hati ini Kakashi. Langit Pun seperti kehilangan setengah cahayanya di mataku. Aku benar-benar setengah hati tanpamu."

Wanita itu menumpahkan lagi air matanya, dia menangis di sana, di tengah udara musim dingin sendirian. Sakura menoleh ke samping, membayangkan Kakashi berdiri di sana sedang memperhatikannya.

Kakashi pasti akan menggodanya jika melihat Sakura menangis begini. Biasanya Kakashi akan menyentuh dagu Sakura dan menghiburnya.

"Jika aku terus di sampingmu apa kau akan berhenti menangis? Aku akan setia bertingkah lucu untuk membuatmu tertawa."

Sakura menangis semakin kencang, bayangannya terasa sangat nyata. Seolah Kakashi benar-benar mengatakan itu padanya malam ini.

Tubuhnya merosot, ia berpegangan pada pagar dan menangis sesenggukan, ia seperti mendengar suara Kakashi.

Rindu ini membuatnya berhalusinasi yang akan berujung dengan tangisan lagi.

"Jangan menangis.. Aku di sini."

"Tidak.. Tuhan jangan siksa aku seperti ini.. Aku mohon kembalikan Kakashi ku.. Kembalikan dia padaku.." Sakura tidak mampu lagi menahan tubuhnya hingga ia bersimpuh di lantai.

"Aku di sini, jangan menangis aku mohon.."

Sakura tersentak ketika suara Kakashi terdengar jelas, itu bukan dari imajinasinya. Ia mencari sumber suara, Pakkun pun tidak ada di dekatnya padahal Sakura merasa tegang sekarang.

Ia mendengar suara tapi tidak ada siapapun selain dirinya di sana. Lantas suara dari mana itu? Suara siapa?

•••

"Kau mendiang suami Haruno Sakura?" Naruto bertanya lagi pada hantu berambut perak yang kini ada di hadapannya.

"Benar.. Aku Hatake Kakashi.."

Love Letter (KakaSaku)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang