6. Really, With A Letter?

476 75 7
                                    

💌📃💌

"Kita akan menggunakan Surat untuk memecahkan misteri menghilangnya suami mu."

Sakura baru saja akan mulai makan lagi, garpu nya mengudara dan wanita itu menatap Naruto dengan heran. Sangat heran mendengar Naruto berbicara seperti itu. Sebuah surat? Hanya dengan surat dia bisa menemukan suaminya?

Sakura langsung terduduk tegap lalu memalingkan wajahnya dan menutupinya dengan sebelah tangan, ia tertawa kecil karena baginya gagasan Naruto terlalu lucu.

Jika dengan sebuah surat bisa untuk menemukan suaminya, Hatake Kakashi, mungkin Sakura sudah menemukannya sejak dulu. Segala upaya sebelumnya ia lakukan dengan korban lain, mereka juga memiliki nasib yang sama.

Jika bisa, sejak dulu dia sudah berhasil menemukan suaminya dengan sejuta surat yang ia kirimkan pada banyak orang.

"Naruto.. Jangan bercanda, jika surat bisa membantuku menemukannya, bukankah harusnya sejak sepuluh tahun lalu dia kembali? Aku mengirim jutaan surat, termasuk email hingga hari ini aku tidak pernah berhenti mengirimkannya, aku mencari jejak hilangnya dia. Tapi tidak ada kabar balasan dari manapun."

Sakura menopang dagunya, menatap Naruto dengan mata hijaunya yang lembut dan sendu.

"Aku sudah mulai menyerah.. Aku ingin melangkah maju untuk hidupku."

Naruto menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin?" Pria itu meniru posisi Sakura kemudian. "Aku bisa membantumu, aku ingin melihat kau senang dan tersenyum."

"Kau sudah melihatnya Naruto. Kau membuatku tersenyum dan tertawa, apa itu tidak cukup?"

Naruto tergelak, ia juga sedikit tersentak karena arwah Kakashi langsung menatapnya tajam mendengar Sakura bicara seperti itu. Ia juga nampak tidak rela Sakura mengatakan sudah menyerah tentangnya.

"Sakura-chan. Itu semua berbeda, tidak ada cinta di wajahmu ketika kau tertawa bersamaku, aku belum melihatnya."

Sakura kembali pada posisinya, duduk tegap lagi, ia kemudian menghela napasnya dengan berat. "Kau ingin melihat hal itu di wajahku? Itu sulit Naruto.. Kecuali kau bisa membuat wanita tua ini jatuh cinta lagi."

Kakashi merasa kecewa sekali mendengar Sakura bicara begitu. Pria itu menjauh, arwahnya menembus pintu dan menghilang, Naruto merasakan kesedihan arwah Kakashi.

"Sakura-chan, aku serius bisa membantumu meski tidak masuk akal, tapi aku akan membuatnya bisa masuk akal." Naruto beranjak dari kursinya dan mengulurkan tangannya pada Sakura.

"Asalkan kau percaya padaku, maka kita akan lebih mudah melakukannya."

"Tapi Naruto, bukan karena aku bicara hal tidak masuk akal kemarin, itu bukan berarti kau harus melakukan yang sama untuk menghargai ku."

"Aku serius, Sakura-chan." Naruto berseru pelan.

Sakura menerima uluran tangan Naruto, mereka kemudian berjalan menuju kamar Naruto dan Sakura di tuntun untuk duduk di depan sebuah cermin besar setelah Naruto menarik sebuah kursi.

Naruto berdiri di belakang Sakura, memegang bahu wanita tersebut yang sedang memandangi pantulan bayangan dirinya dan Naruto.

Naruto sedikit membungkuk dan wajahnya tepat berada di samping wajah Sakura, Naruto tersenyum dan menatap mata Sakura dalam pantulan cermin.

"Ini senyumanku, penuh cinta padamu sedangkan senyuman mu dengan tatapan sendu itu, sedang menahan sebuah perasaan dengan tegar. Ada cinta di sana tapi tanpa kebahagiaan."

Naruto mengambil kertas dan pulpen, serta sebuah meja lipat dan memberikannya pada Sakura.

"Tulislah hal pertama yang ingin kau tanyakan pada Kakashi, aku akan kembali dengan sebuah kejutan." Ucap Naruto, kemudian pria itu meninggalkan Sakura untuk mencari arwah Kakashi yang Naruto tebak pasti sedang berada di pantai.

Love Letter (KakaSaku)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang