Chapter 12

118 21 1
                                    

I will recommend you a song that u probably can play it when read this part : All of my life — Park Won; To my Youth — Bol4

Jiyeon mengerjap

"Memangnya apa yang harus ku ingat"

Lay lalu melonggarkan dirinya menjauhi Jiyeon.

Tepat ketika Songjun datang dengan tergesa lalu memberi hormat.

"Tuan, tuan Lee ingin bertemu—ini soal Xiaomin"

Lay masih terlihat tenang hingga Songjun meneruskan perkataannya "Ia sudah membunuh suruhan musuhmu"

"Beri aku lima menit"

"Baik" Songjun undur diri ketika Lay berjalan meninggalkannya untuk bergegas membenahi diri.

Jiyeon yang masih duduk disana mulai menyadari kehadirannya yang tidak tepat, Jadi ia mengumpulkan mangkuk diatas nampan berniat untuk membawanya pergi.

Diwaktu yang sama Lay memilih kemeja hitam lalu menanggalkan pakaian yang ia pakai dengan terburu menggantinya sambil berjalan pada ruang utama kamarnya.

Perhatiannya teralihkan ketika suara sentuhan nampan dan keramik terdengar tidak selaras. Pergerakan tangan kurus itu yang menaruh mangkuk diatas nampan mau tak mau menitah hatinya sedikit iba.

Sejak ia memaksa untuk membawa gadis satu malam itu tinggal bersamanya semakin lama ia mulai merasa ia terlalu bergantung pada wanita itu.

Ketika itu, pikiran untuk menyelamatkan gadis itu sedikit membuatnya semakin tidak karuan. Sepertinya Lay sudah masuk jebakan iblis tidak berdarah.

Lay berjalan kearah Jiyeon menatapnya cukup lama lalu menurunkan pandangannya dan tanpa sengaja melihat Jiyeon yang sedang membawa bekas mangkuk itu.

Ia menggerakan tangannya untuk melepaskan genggaman Jiyeon pada nampan dan mengambil alihnya.

"Kau harus tahu peranmu saat disisiku baik diatas kertas atau hanya sekedar ucapan. Aku tidak bisa memperlakukan seseorang dengan baik, tapi untukmu pengecualian"

Lay menghela sambil menaruh barang itu diatas meja.

"Jangan berani keluar, tidak jika tanpa Jisoo"

Jiyeon terpaku ketika mulut pria dihadapannya itu bisa melontarkan kata-kata dengan seenak jidatnya.

Entah mengapa ia merasa seperti tinggal di masa Joseon. Semuanya harus bergerak atas perintah seseorang, yang semakin membuatnya muak karena ia tidak bisa melakukan apapun.

Lay lalu meninggalkan Jiyeon disana yang masih menatap kepergian pria itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Jika dia hanya berdiam bukankah itu tandanya ia kalah telak?

***

Suara langkah kaki itu terlihat tergesa-gesa, diikuti suara pintu yang terbuka secara otomatis ketika suara seseorang memerintahkannya.

Disana seorang pria paruh baya duduk dengan pembawaan tenang, begitu Zhang Lay menatapnya lalu mengalihkannya pada pria plontos yang duduk di sebelahnya.

"Apa yang kau temukan Xiaomin"

Tanyanya tanpa basa-basi segera setidaknya ketika ia bisa duduk dihadapan pria itu.

Hate to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang