Bening
Ada banyak sekali elemen dalam jurnalistik yang gue pelajari melalui Kak Rizki, mentor gue di Harsa, majalah remaja yang sejak beberapa bulan lalu mengizinkan gue bergabung menjadi salah satu kontributornya. Mulai dari kewajiban untuk selalu transparan tiap kali mengulas suatu isu, mengesampingkan ego agar tetap adil dan tidak memihak, hingga menjadi disiplin. Daftar panjang pelajaran itu mulai lekat jadi bagian dari diri gue, terutama poin terakhir yang membuat gue sudah tiba di Epicentrum sejak siang tadi padahal acara gala premiere film "Di Gelap Kota" baru akan dimulai pukul lima sore nanti.
Yes, yours truly ini memang selalu datang lebih awal. Terlalu lebih awal. Sampai usia gue yang ke-tujuh belas ini gue masih belum bisa menentukan apakah kebiasaan gue tersebut menguntungkan atau malah sebaliknya karena semua orang sepakat bahwa segala yang berlebihan bukanlah sesuatu yang baik.
Sambil sesekali membaca buku Show Your Work! dari Austin Kleon di tangan, gue mengedarkan pandangan ke penjuru Starbucks yang gue jadikan suaka selagi menunggu acara dimulai. Jika bisa, gue ingin agar acaranya dimajukan saja karena gue benar-benar tidak sabar menonton "Di Gelap Kota" yang sudah gue tunggu sejak tahun lalu itu! Ketika Kak Rizki memberi gue undangan gala premiere-nya dua hari lalu, gue yakin wajah gue sama melongonya dengan Tom Bailey di film "Made of Honor" ketika mengetahui sahabatnya, Hannah, akan menikah. Yang membedakannya adalah gue terperangah in a good way. A really good one.
Harsa memang sering kali mendapat jatah undangan gala premiere film. Biasanya, undangan tersebut akan diberikan pada kontributor lepas seperti gue sebagai amanah untuk meliput. Tetapi Kak Rizki hari ini membebastugaskan gue karena dia tahu gue setengah mati menanti film ini.
Ketika pandangan gue lepas dari buku di tangan, gue melihat seorang laki-laki yang gue kenal sedang duduk selang tiga meja dari tempat gue. Gue tidak mungkin salah orang karena gue yakin betul dia adalah Calum meski kacamata yang sering ia gunakan di kelas hari ini tanggal dari hidungnya.
Harusnya gue tidak begitu kaget karena gue tahu ia adalah adik dari salah satu aktris pengisi film "Di Gelap Kota". Hanya saja, gue tidak menyangka ia akan datang ke acara yang ramai seperti ini. Saat class meeting diadakan saja, ia sering kali hanya berada di kelas dan tidak bergabung dengan yang lainnya di lapangan. Selain itu, tidak banyak lagi yang gue ketahui tentangnya meski nama kami berurutan langsung di daftar presensi.
Karena sungkan untuk menyambangi mejanya, gue memutuskan untuk menuliskan pesan untuknya di Line. Sebuah friendly gesture biasa karena gue tidak ingin dicap sombong ketika nanti ia sadar bahwa gue ada di satu ruangan yang sama dengannya namun tidak menyapa.
Bening Widagda: Di Sbux Epiwalk, yaa?
Gue menengadah, mendapati Calum buru-buru memakai kacamata yang ia ambil dari tas tentengnya ketika layar ponselnya menyala, kemungkinan besar karena pesan dari gue. Lalu, ia celingukan seperti orang bingung sampai akhirnya menemukan gue sedang tersenyum padanya. Dia? Gue sudah tebak ia tidak akan balik tersenyum.
Calum Hood: Lo ngapain?
Setelah membaca balasannya, gue mengangkat kartu pers yang gue kalungkan di leher, lalu gue tunjukkan padanya sambil semringah.
Calum Hood: Nggak keliatanlah, Ning
Bening Widagda: Oh iya yah
Bening Widagda: Gue nonton premiere film kakak lo! HahahCalum Hood: Oh
Calum Hood: Ngapain sih wkwk ga pentingBening Widagda: Gue nunggu bangeeet filmnya
Bening Widagda: Do you mind if I go there?
KAMU SEDANG MEMBACA
Then I'll Walk You Home ➳ Calum
FanficWhen the rumor about his family starts to spread, the socially-awkward Calum begs to school magazine's contributor Bening so she doesn't write anything about it. Both of them don't know the negotiation will include long walks and heartfelt talks. ©...