happy reading!
⌣ ‿ ‿ ‿ ‿ ‿ ‿ ⌣
┆ ┆ ┆ ┆⋆
┆ ┆ ┆જ ✾
┆ ° ♡ • ➵ ✩ ◛ °
┆彡
❀"gimana tawuran lu?"
kini riyo dan azka sedang berduaan di cafe, ada bagas sama gavin juga sih sebenernya tapi mereka berdua tidak begitu dianggap keberadaannya a.k.a jadi nyamuk.
"biasa, gua menang lagi" ucap azka, dengan perasaan yang amat bangga.
"halah dilawanin sama pasukan gua paling ntar juga kalah"
kepala riyo dipukul oleh gavin, "gua juga yang ngajarin, gak usah sok lu"
"lah? kak riyo sebenarnya diajarin sama kak gavin?" tanya bagas, sambil memakan chesse cake milik azka yang dianggurin.
"iya lah, tapi ni anak emang udah jago sih cuman kurang di asah aja"
dan tiba-tiba vape yang ada di tangan azka langsung diambil sama riyo, "jaga kesehatan goblok"
dengan gesit benda alektronik itu langsung diambil lagi sama azka, "sok lu anjir, padahal sendirinya ngerokok"
"gelut jangan disini mas mba" tegur gavin.
sekitar dua jam mereka menghabiskan waktu di tempat itu dengan mengobrol dan tertawa bersama. ya walaupun sedikit ada kejadian memalukan karena minuman milik bagas tumpah dan terkena baju mahalnya.
karma, ngabisin makanan orang.
selepas dari cafe mereka tidak langsung pulang, karena azka ingin membeli pop mie goreng lagi untuk stok dirumah.
"gua masih dendam sama lu ka" ucap bagas, yang sedang memasukkan pop mie ke dalam keranjang.
"jangan gitu dong sayang"
"geli bangsat"
"gua traktir lagi dah, yakin ini gak bakal bikin lu ngamuk lagi"
mata bagas langsung berbinar-binar berharap sahabatnya itu serius dengan perkataannya dan membelikan makanan yang high quality dibandingkan dengan yang traktiran tadi.
"serius lu?"
"kapan gua bercanda sih anjir"
oke, bagas sudah sangat bahagia karena azka mengerti sama apa yang dia harapkan.
tapi bentar deh─
pemuda berambut light orange itu melihat ke dalam keranjang yang dia bawa.
"BUKAN MAKANAN KUCING JUGA, BANGSAT"
sepertinya malam kali ini ada yang berbeda untuk azka dan gavin, karena tiba-tiba saja kedua orangtuanya itu pulang ke rumah dan mereka makan bersama.
very strange, but enough to make the two brothers a little happy.
setidaknya mereka masih bisa merasakan bagaimana makan bersama dalam satu meja seperti ini.
"gavin" panggil lelaki yang masih bisa dibilang muda itu.
kegiatan makan gavin sempat terhenti, "hm?" cukup malas sebenernya anak ini untuk menjawab panggilan dari ayahnya.
"kamu bisa kan jagain azka?"
"ya bisa lah"
"ayah sama ibu kalian ini mau ninggalin rumah dulu sekitar 6 bulan, ayah harap kalian bisa jaga diri baik-baik ya" ucap lelaki itu, sambil memasang senyuman.
azka mendecak tidak suka dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"do you have brains? tujuan kalian datang kesini cuman mau ngasih tau itu? kami tidak butuh informasi itu sama sekali, maaf"
gavin pun ikut masuk ke dalam kamar setelah melemparkan sendok ke lantai.
"MASIH UNTUNG KALIAN PUNYA TEMPAT TINGGAL KARENA ADA KAMI" teriak wanita itu di ruang makan.
"yaudah usir aja kami berdua dari rumah, gampang kan?" jawab azka, dari dalam kamar tapi masih bisa terdengar oleh orang tuanya.
dua orang tersebut memilih langsung pergi dari rumah meninggalkan anak-anak mereka yang seharusnya dirawat itu.
tengah malam, setelah kejadian tadi azka pergi ke markas dia. biasa, anak itu jika sedang ada masalah seperti ini pasti berakhir dimarkas dengan puntung rokok berserakan dimana-mana.
kalo gak rokok, ya champagne.
"kenapa lagi sih lu" oh iya azka tidak sendiri, ada jeje yang kebetulan sedang berada di markas juga.
azka menghela nafas kasar, "capek gua bangsat, mau bunuh diri tapi keinget belum dapat pacar jadi males gua"
"gak usah sok mau bunuh diri lu, kita males nguburin lu nya" paha jeje langsung ditendang sama kaki azka, "sakit goblok"
ctak!
tiba-tiba kepala azka dilempar puntung rokok dari belakang, "anj─" dan mulut azka langsung disumpal oleh manisnya permen chupa chups.
"rusak paru-paru lu baru tau rasa"
"riyo? ngapain lu disini?"
"kakak lu khawatir gara-gara lu gak ada dirumah makanya dia minta gua buat nyariin lu, eh ternyata anaknya lagi enak ngudut disini"
azka memilih untuk duduk di sofa dan mencari posisi senyaman mungkin, "kayaknya cuman orang tua gua doang ya, yang ngebiarin anak-anaknya dirumah tanpa diberi makan tanpa di beri uang sedikit pun dan lebih memprioritaskan pekerjannya dibanding darah dagingnya sendiri" ia berusaha untuk tidak menangis.
"gua capek, gua mau mati tapi gua belum bisa ngerasain rasanya dipeluk dengan kasih sayang sama orang tua gua sendiri"
"gua capek.."
melihat azka yang sebentar lagi ingin menangis, dengan sigap riyo langsung mendekap anak itu ke dalam pelukannya.
tangan riyo mengusap lembut kepala azka, "gua tau, gua tau rasanya jadi lu. tapi tolong banget ka kalo saat lagi kayak gini jangan selalu mikirin mati, masih banyak jalan lain yang bisa lu coba buat nyelesain semuanya, karena mati bukan jalan terakhir"
"paham? hm?" tanya riyo, selembut mungkin dan dibalas anggukan oleh azka.
"INi gUE jaDi nYamuK APa GiMANa BujuK bUsraK eTdah"
apasi je.
to be continued ⛓
KAMU SEDANG MEMBACA
migliore amico'woosan
Short Story🖇 › ♡˖° berisi segala macam kelakuan. (𝐰𝐨𝐨𝐬𝐚𝐧) ; 𝐛𝐱𝐛 𝟖/𝟏𝟎 warn! ➶ membuat pipi merah ➶ dugun dugun ➶ dan lainnya ─ T! ─ toxic words!