CHAPTER 1

513 7 0
                                    

"dar dar lo tau gak, pangeran Aldric gue menang sebagai ketua BEM dikampus kita" teriak sahabat gue yang membuat seluruh penghuni kantin menengok kearah kami berdua yang duduk diantara tengah-tengah meja kantin.

Dara yang sedang mengerjakan tugas dilaptop nya menatap jengah sahabatnya itu "kebiasaan lo teriak-teriak berisik. Noh liat semua orang ngeliat ke kita". Dara heran mengapa sahabat nya itu suka sekali berteriak histeris gara-gara seorang cowok yang baru diangkat menjadi ketua BEM dikampus nya. 'apa istimewa nya? Palingan cuma modal tampang' batin dara.

Sahabat nya itu hanya cengengesan "hehehe sorry kelepasan gue" sambil menutupi seluruh wajahnya dengan buku yang ia bawa.

"emang pas pemilihan calon ketua BEM lo milih siapa dar?" lanjut Tiwi sahabatnya.

Yah sahabatnya itu bernama Tiwi Safitri. Dara dan Tiwi mahasiswa semester empat fakultas akuntansi disalah satu perguruan tinggi negeri di kota nya. Mereka bersahabat dari semester satu.

"golput" ucap Dara dengan wajah datar.

"hah apa???" Tiwi terkejut.

"daripada gue ngantri buat pemilihan ketua BEM doang, mendingan gue pulang ngerjain deadline. Buang-buang waktu ajah" jelas Dara.

Yah pas pemilihan ketua BEM Dara memilih untuk pulang ngerjain deadline tulisannya. Adara Fredella Ulani ia adalah seorang penulis disalah satu aplikasi membaca online terbesar di Indonesia yang jumlah pembaca dan followers tidak main-main. Sekali ia bikin cerita, yang baca tulisannya ratusan bahkan jutaan orang sekalipun. Dan buku-buku nya banyak yang sudah naik cetak.

Pada saat itu editor yang menangani bukunya meminta sedikit revisi. Mau tak mau, harus ia kerjakan padahal tugas kuliah nya numpuk kayak dosa. Lagipula acara pemilihan nya sangat ramai dan ngantri. Bagaimana tidak ngantri, kalau satu fakultas dari semester satu hingga akhir dikumpulkan semua diaula untuk memberikan suaranya.

"lagian gue juga nggak tahu siapa ajah kandidatnya" sambung Dara, yang matanya masih fokus kearah layar laptopnya.

Tiwi hanya memanyunkan bibirnya kesal.

"udahlah gue mau balik, nggak ada jam lagi kan?" Tiwi menggeleng pelan, ia masih kesal dengan sahabatnya.

"lo pulang naik apa. Mau bareng gue?" tawar Dara saat hendak berjalan pergi.

"gue bareng cowok gue, bentar lagi jam kuliahnya selesai kok" tutur Tiwi melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

"ok gue balik duluan yah. Bye" Dara bergegas jalan menuju parkiran motornya. Cuaca sangat gelap, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Ia cepat-cepat memakai sweater dan helm coklat retronya. Sebenarnya ia membawa jas hujan dijok motornya tapi ia malas memakainya karena ribet dan seperti mirip baju astronot luar angkasa.

Dara melajukan sepeda motor matic kesayangannya keluar melewati gerbang kampus. Ia berhenti sebentar dipinggir trotoar melihat sekumpulan perempuan dipinggir jalan dekat dengan kampusnya sedang berteriak memanggil nama seseorang yang keluar dari mobil hitam pajero sport.

"aldric aldric ohh rahim ku hangat" teriak salah satu perempuan dan mereka berkumpul mengerumpuni sang idola bagaikan lalat yang mendapat makanan.

Sang empu pemilik nama keluar dari mobil dengan senyum manis merekah diwajahnya. Rahang tegas, kulit sawo matang bersih dengan hidung mancung, tubuh atletis, dan sosok seorang yang berwibawa dan tegas.

Perempuan-perempuan itu ada yang minta tanda tangan dan ada yang mengajak foto.

"oh itu yang namanya Aldric. Yang di idolakan sahabat nya" Dara hanya ber 'oh' ria dan ia melanjutkan kembali perjalanan pulangnya.

*
*
*
*
*

Matahari sudah mulai terbenam, sesampainya dirumah Dara langsung masuk kekamar dan membersihkan diri "Dar daraaaa habis mandi cepetan turun, bantuin mama nyiapin makanan buat tamu papa nanti malam yah" teriak Diandra mamanya Dara dari bawah.

Dara hanya mendengus malas "iyah iyah mah" sahut Dara, ia langsung mandi membersihkan tubuh nya dari kotoran dan peluh peluh keringat.

Dengan rambut yang dicepol berantakan, kaos pendek putih polos dan celana hotpans Dara turun menemui mama nya didapur.

"ada yang bisa Dara bantu gak mah?" tanya Dara menawarkan diri membantu mama nya yang lagi sibuk mengulek sambal terasi.

"oh kamu bawa opor ayam itu ke ruang tamu dan kamu rapihin piring-piring nya dimeja. Ok" balas Diandra sedikit terkejut dan kembali mengulek sambal terasinya.

Dara mengangguk pelan dan segera membawa mangkuk besar berisi opor ayam ke ruang tamu dengan sangat hati-hati karena opor ayam nya masih panas.

"woww" Dara melongo takjub, ruang tamu nya dihias bak prasmanan yang ada dihajatan. Banyak berbagai makanan mulai dari menu utama sampai dessert ada semua diruang tamu. Dara meletakkan opor ayam di tengah-tengah meja sofa dan mulai menata piring-piring.

"sudah selesai nak?" ucap Rafa ayahnya Dara dari arah teras.

"sudah kok pah" Dara tersenyum melihat hasil kerjaan nya yang sudah beres.

"yaudah kamu ganti baju gih sana"

Dara mengernyitkan dahi nya bingung "kok aku suruh ganti baju kan tamu nya papah".

Rafa mengelus rambut purinya yang sudah beranjak dewasa itu "ini tamu spesial jadi semua orang dirumah ini harus menyambutnya" ucap Rafa tersenyum.

Dara menghela nafas, niat nya malam ini ia mau maraton drama cina put your head my shoulder kesukaannya karena akhir-akhir ini ia sibuk revisi tulisannya dan ia ketinggalan beberapa episode. Tapi perintah ayahnya tidak bisa ia bantah.

"iyah deh" kata Dara ia naik ke kamarnya. Membuka lemari dan memilih baju apa yang akan dikenakannya. Dara bingung, kebanyakan dilemari pakaiannya kaos, sweater, dan levis tidak ada satupun dress yang terselip diantara kaos-kaosnya. Ia menyesal, saat mamah nya membelikannya dress untuk Dara dan dirinya malah menolak karena dia berfikir dress dipakai untuk acara formal saja sedangkan kaos atau sweater bisa dipakai setiap hari dan ngampus.

BOOM!!!!

saat-saat ini Dara sangat membutuhkan Dress. Yasudahlah ia menetapkan pilihan pada levis panjang biru dongker dan sweater merah polos kesayangannya. Ia memoleskan sedikit bedak, maskara, dan lipstik pada wajah nya dan Dara juga menyisir rambutnya yang belum sempat disisir itu.

Selesai sudah ia merias diri, Dara segera turun. Diruang tamu sudah ada lelaki yang usianya hampir sama dengan ayahnya dengan wanita cantik disamping lelaki itu dan putranya yang sibuk dengan ponsel di tangan nya. Dara tidak bisa melihat jelas wajah lelaki itu karena ia menunduk terus. Semua nya sudah berkumpul termasuk adiknya Reva yang habis pulang main game dirumah temannya.

"eh Dara sudah turun, sini nak" ajak Rafa ayahnya Dara untuk duduk disamping nya.

Dara mengangguk dan langsung duduk disamping ayahnya "ini kenalin om Herman, istrinya, dan putranya" ucap ayahnya memperkenalkan mereka satu per satu.

Dara mencium punggung tangan om Herman dan istrinya tante Rina. Saat Dara akan menjulurkan tangannya, si empu yang daritadi sibuk bermain ponsel mendongakkan kepalanya.

Deg

'aldric'

ALDRICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang