CHAPTER 4

268 2 0
                                    

Dara terbangun dari tidurnya, menengok ke samping sudah tidak ada Aldric disampingnya.

Dara memutuskan untuk turun dari ranjang, saat ia hendak berdiri. Ia merasakan perih di selangkangannya dan tubuhnya terasa remuk.
Ia berjalan kekamar mandi dengan terbopoh-bopoh.

Dara terkejut melihat pantulan dirinya di cermin. Banyak lebam-lebam dan kissmark di sekujur tubuhnya. Ia mendesis kesakitan dan buru-buru menyelesaikan ritual mandinya.

Dia keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan ritual dan menutupi bekas-bekas percintaan semalam. Entah Dara bingung ingin mengerutuki suaminya atau tidak, di sisi lain dirinya berterima kasih karena Aldric tidak meninggalkan jejak yang tidak mudah ditutupi dan dapat terlihat dari orang-orang contohnya disekitar tengkuk.

Dara melihat ke aula yang disulap menjadi ruang makan sudah berkumpul kedua orang tuanya dan orang tua Aldric dan tidak lupa suaminya sudah ada disana.

"selamat pagi mah, pah, om, tante" sapa Dara, ia duduk disebelah Aldric yang sedang sarapan. Tadi nya ia ingin duduk disamping mamah nya tapi dia ingat sekarang ia sudah menjadi istri orang.

"pagi juga Dara. Jangan panggil om sama tante dong, sekarang kita orang tua Dara juga. Panggil ayah bunda yah Dar" ucap Rina mertua nya.

"hehe iyah bun"

"sudah sudah ayo kita makan lagi" sela Diandra mamanya.

Dara mengambil nasi beserta lauk-pauknya, perutnya sudah berbunyi daritadi.

"kok kamu baru keluar sih nak? Emang Aldric nggak bangunin kamu" tanya Herwan ayah mertuanya.

"mungkin kak Aldric daritadi udah coba bangunin aku, tapi aku nggak bangun-bangun hehe" kekeh Dara, ia melirik ke suaminya yang tidak terganggu sama sekali, tetap memakan sarapan nya dalam diam.

"biasa pah pengantin baru bangunnya kesiangan" ledek Rina ibu mertuanya.

Seketika Aldric kesedak makanannya sendiri. Dara buru-buru mengambil air putih dan memberikannya ke Aldric.

"udah udah jeng jangan diledekin mulu, kayak nggak pernah jadi pengantin baru ajah" kata Diandra ibunya sambil mesem-mesem, Rafa ayahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala heran melihat kedua ibu-ibu tersebut.

Hening kembali, semuanya kembali melanjutkan makannya.

"hari ini kalian langsung tinggal di apartemen Aldric kan?" tanya Rafa ayahnya yang sudah selesai makan.

"iyah pah kita langsung tinggal di apartemen" jawab Aldric yang juga sudah selesai makan.

Dan Dara hanya melongo bingung, pasalnya sebelumnya tidak ada yang ngasih tahu dirinya.

"tapi barang-barang aku kan masih dirumah yah_"

"barang-barang kamu semua udah dipindahin ke apartemen Aldric. Jadi tidak ada bantahan titik" tegas Rafa ayahnya kepada putrinya.

Dara mendengus sebal, kirain dalam beberapa hari ia akan tinggal terlebih dahulu dirumahnya. Ternyata tidak.

*
*
*
*
*

Mereka sudah siap dengan barang-barangnya. Sebelum meninggalkan kedua orang tua, Dara dan Aldric berpamitan terlebih dahulu.
"mah Dara pamit yah-" Dara memeluk Diandra mamanya seakan-akan tidak akan berjumpa lagi.

"iyah nak, jadi istri yang penurut yah buat suamimu" kata Diandra mamanya. Dara tersenyum mengangguk pelan.

"ayah Dara pamit juga yah, jangan sering-sering lembur dikantor kasihan mama dirumah sendirian. Lagian Deva juga jarang dirumah kan, ngelayap mulu tuh anak" Dara menyindir adiknya Deva yang berdiri cuek disamping ayahnya.

"Yeee gue gak ngelayap mulu tau" ucap Deva.

"udah-udah kalian ini sudah dewasa bertengkar mulu. Nggak malu sama suami mu Dar_" kata Rafa ayahnya yang melerai mereka.

Deva yang merasa dibela oleh ayahnya, menjulurkan lidah mengejek kakaknya. Dara menatap adiknya sebal.

Dan Aldric hanya tersenyum melihat kedua kakak-adik itu bertengkar. Lebih tepatnya senyum palsu.

Dara juga berpamitan ke kedua orang tua Aldric. Setelah berpamitan Dara masuk ke mobil terlebih dahulu dan Aldric akan menyusul.

"ayah ibu saya pamit juga" Aldric berpamitan kepada mertuanya.

"iyah nak Aldric. Ayah sama ibu titip Jessy, jagain dia"

"saya nggak janji tapi saya akan selalu jagain Jessy" Aldric mencium punggung tangan mertuanya dan berpamitan juga kepada kedua orang tuanya.

Aldric segera menyusul Dara ke dalam mobil. Menyalakan mesin mobil dan bergerak keluar dari perkarangan hotel.

Kedua orang tua Dara dan Aldric melambaikan tangan dan dibalas dengan Dara juga.

Mobil melaju semakin jauh, ketika memasuki jalan raya tanpa hambatan, Aldric menaikkan kecepatannya menjadi 80km/jam.

Dara hanya diam membisu dan tiba-tiba air matanya jatuh menetes tanda kehidupan yang sebenarnya akan terjadi. Kehidupan bersama pria yang dingin, kejam, dan kasar akan dimulai.

"heh jangan nangis, cengeng banget sih lo" ketus Aldric yang tetap tenang menyetir.

"tadi itu hanya acting. Jadi jangan harap di apartemen dan saat kita berdua, gue akan memperlakukan lo dengan baik selayaknya SUAMI" sambung ucapan Aldric yang menekankan kata 'suami'.

Dara menghapus air mata nya dan hanya diam menunduk tidak menanggapi pernyataan Aldric. Ia sudah tahu jalannya akan seperti ini dan dia harus menata hatinya agar tidak terluka dan hancur, sudah cukup tubuhnya hancur saat ini akibat perbuatan suaminya. Ia pun tidak mau hatinya juga ikut-ikutan hancur.

Setelah perjalanan panjang dan diselingi ucapan Aldric yang bikin sakit hati. Akhirnya mereka sampai juga di basement apartemen.

Aldric turun terlebih dahulu dan mengambil barang-barang nya di bagasi mobil. Dara juga turun dan mengambil barangnya, ia bersyukur barangnya hanya satu tas ransel besar dan keperluan lainnya sudah berada di apartemen. Entah apa jadinya jika dia membawa banyak barang dan suami nya tidak mau membantunya mengingat sikap Aldric yang begitu. You know lah.

Dara mengekor mengikuti Aldric yang masuk lift dan memencet angka 5. Yang diekori hanya cuek bebek dan memasang tampang tidak suka.

Lift terbuka, Aldric berjalan dengan cepat. Saat dipintu bernomer 509, Aldric mengeluarkan kunci apartemen dan membukanya. Meletakkan barang nya di sofa dan menuju ke kulkas mengambil segelas air dingin.

Dara melongo kaget melihat isi apartemen. Banyak bungkusan snack berserakan dimana-mana dan debu yang lumayan tebal. Ia sempat menutup hidungnya tak tahan karena ia sedikit alergi terhadap debu.

Aldric berjalan keluar dari apartemen, menghiraukan seseorang yang lagi berdiri di depan pintu sedang menutup hidungnya.

"kak Aldric mau kemana?" tanya Dara melihat Aldric keluar.

"bukan urusan lo" jawab Aldric ketus dan tenang. Ia melangkahkan kembali kakinya, ia ada janji dengan teman-temannya di cafe karena dia sudah dua hari tidak masuk kampus mengurusi pernikahannya yang tidak diinginkannya ini.

Dara ingin menangis lagi karena perkataan Aldric, tapi ia tahan. Menghembuskan nafas dengan kasar, masa baru sehari ia sudah mau menyerah. Lebih baik ia membersihkan apartemen yang sekarang mirip kapal pecah.

ALDRICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang