Prolog

46.8K 2.3K 20
                                    

Alexa melingkarkan tangan ke leher Sam. Wanita dua puluhan tahun itu kelihatan ingin bermesraan lebih lama. Ia menyandarkan kepala di dada pria itu, kemudian merabanya penuh keinginan. Rasanya sudah lama dia merindukan dada bidang pria itu. Jika diingat kembali- sudah sepuluh tahun lamanya, mereka tak lagi bersentuhan.

"Alexa," panggil Sam berusaha mendorong tubuh wanita itu menjauh. Kernyihan di keningnya seolah sudah menjadi pertanda bahwa dia tidak nyaman berdua bersama wanita lain di kamar hotel. "Walaupun begitu, aku tidak bisa."

"Kita pasangan, Sam."

"Apa kamu sadar sedang bicara dengan siapa?"

"Ya, orang yang diharuskan bersamaku sejak baru lahir."

Sam membuang muka. "Kamu sudah kelewatan."

Alexa merasa jengkel karena ditolak. Dia perlahan menyingkir dari Sam. Sambil berkacak pinggang, dia mondar mandir disana dengan pikiran penuh.

"Bagaimana bisa kamu membuat kesalahan seperti ini?" tanyanya melirik Sam setajam mungkin.

Sam hanya bisa tertunduk dan menjawab, "Ini pilihanku."

Alexa lagi-lagi mendekat. Lalu membelai wajah pria itu dengan jemari lembutnya. "Katakan padaku, kamu terpaksa'kan?"

"Apa maksudmu?"

"Kamu tahu'kan, semua hanya rekayasa, kamu dan Vivianne itu."

"Tidak!" Sam memberikannya jawaban tegas. "Jangan berani berpikir seperti itu."

Alexa mulai memandangnya sedih. Ia mengangguk seraya menjawab dengan suara halus, "tidak apa-apa, kamu pria yang normal, kebutuhan biologis pasti perlu. Jadi untuk meluruskan masalah ini, aku punya satu solusi."

Seakan sudah paham makna yang tersirat di kedua mata wanita itu, Sam menggelengkan kepala. "Kamu tidak paham, Alexa, aku tidak menikahi Vivi karena ingin menuntaskan kebutuhan biologisku secara legal atau lainnya. Aku—"

"Sam—" potong Alexa melototinya. Dia ingin memperingatkannya kalau salah ucapan sedikit saja berakibat fatal nanti. Ia mulai meraba dada bidang Sam kembali. Jemari lentiknya begitu lincah merayu titik lemah seorang pria.

"Intinya aku sudah punya anak- semua tidak sama lagi. Aku tidak mau—" Sam terhenti karena tidak ingin membahasnya.

Alexa menarik dasi biru Sam, memaksanya menuju tempat tidur. "Sam, kamu punya pilihan. Dengarkan aku, kita berbeda, kita sudah seperti suami-istri."

"Hentikan khayalanmu." Sam melangkah penuh kepasrahan. "Aku akan keluar."

Alexa menjatuhkan diri ke pinggiran ranjang tersebut. Ia terus menarik agar pria itu ikut berguling bersamanya. "Kamu terlalu ambisius dalam meraih keinginanmu, Sayang, ini bagus, tapi tak untuk jangka panjang, terlebih kalau istrimu tahu."

"Diamlah, aku harus pulang, atau Vivi akan curiga padaku," kata Sam dengan ketus sambil menepis tangan Alexa. Setelah merapikan ikat leher tersebut, dia tergesa-gesa keluar dari kamar hotel.

"Sam!" seru Alexa yang telah dilanda kekecewaan mendalam. "Terus saja bersandiwara! Oh peran suami yang baik~"

Sam hanya menggumam pelan, "aku tidak bersandiwara, Sialan."

***

Husband's Secrets ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang