5 - The First Experience

111 39 126
                                    

_Suka tidak suka,
yang namanya hidup
harus tetap berjalan_

***

Jas hitam berdasi--- bukan seorang ilusionis yang mahir ketika memainkan benda-benda miliknya, dengan sepatah dua patah kata merapalkan mantra mengubah suatu objek menjadi objek lain, menghipnotis penonton yang menyaksikan pertunjukkan demi mendapat pujian. Bukan--- dia bukan itu. Dia adalah the next entrepreneur yang mencoba menekuni sesuatu yang bukan bidangnya.

Pengalaman tidak ada. Keahlian biasa-biasa saja. Memulai bisnis dengan terpaksa. Apa itu bisa disebut pengusaha?

Jawabannya adalah tidak. Jimin hanya mencoba melindungi keluarganya yang telah lama rancu. Memperbaiki tatanan budaya sebagaimana mestinya, menjalin hubungan baik antara seorang putera dengan Ayahnya. Semua Ia lakukan bukan demi kepentingannya sendiri melainkan kepentingan bersama.

Sekitar setengah jam kiranya menempuh jarak dan waktu, kini Mercedes itu memasuki area basement, mengikuti barisan pada mobil yang terparkir sebelumnya. Rambut hitam berkilau menjadi bukti bahwa dirinya sedang berusaha menata diri layaknya seorang CEO muda.

Langkah gagah berirama memasuki lobby disambut gembira oleh sekumpulan pegawai yang menatap takjub akan pesona tampan bak aktor Hollywood. CEO Park--- terdengar bagus untuknya, tegas dan berwibawa. Bersama senyum tipis yang dilayangkan untuk mereka, Jimin bergegas memasuki ruangan pribadinya.

Rasanya sedikit aneh. Keseharian yang biasanya disibuki dengan bermain games terkadang menonton film justru sekarang berada di ruang nyaman ber-AC dengan setumpuk berkas yang tidak benar-benar Ia pahami isinya. Bong Ju melepas Jimin tanpa menjadikannya pegawai trainning. Frustasi seorang diri, Jimin meminta Sekretaris Ayahnya untuk mencari Manajer Jeon.

Selang beberapa menit kemudian lelaki itu datang penuh tingkah sopan. Jimin berani taruhan kalau dia tengah menahan gugup pasca insiden kemarin.

"Ada apa Tuan muda memanggilku?"

Jimin mendecih muak mendengar panggilan itu. Jujur saja, dia tidak senang jika seseorang bersikap segan padanya hanya karena pengaruh jabatan, apalagi sampai melibatkan julukan 'Tuan muda'.

"Aku akan memotong gajimu jika kau memanggilku dengan nama itu." Sontak mata bulat Jungkook terbelalak. Jika Jimin saja yang posisinya sebagai atasan bisa frustasi apalagi Jungkook yang hanya bawahan, terancam potong gaji pula.

"Jangan Tuan, selama ini Park Sajang-nim tidak pernah memotong gaji saya. Kalau begitu saya harus memanggil Tuan dengan sebutan apa?"

Jimin tampak berpikir sejenak, menimbang sebutan apa yang cocok untuknya. "Kau bisa memanggilku Park Jimin--- ingat!! Tanpa embel-embel apapun."

"Tapi--- saya lebih muda dari Tuan."

"Benarkah?" Cukup terkejut mendengarnya, sekarang Ia merasa bahwa dirinya semakin tua. "Yasudah panggil aku Hyung saja."

"Tapi---"

Jimin kesal melihat Jungkook yang terus membantah. "Ohoo.. Kau terus membantah. Aku potong gajimu sekarang!!"

"TIDAK jangan Hyung!! Hyung.. oke aku panggil Hyung." Jimin tersenyum puas setelah berhasil mempengaruhi Jungkook. Benar-benar lelaki jahat. "Adik pintar." pujinya mengangkat lengan kanan untuk menjangkau kepala Jungkook, mengelusnya seolah merasa bangga memiliki adik yang penurut.

Kembali kepada inti pembicaraan, hal yang membuat Jimin memanggil Jungkook untuk menemuinya. "Selaku manajer HRD, kau berhak merekrut pegawai baru, bukan?" Jungkook mengangguk diselingi alis yang mengkerut. Menangkap ada yang aneh dari ucapan atasannya.

[ Don't ] Let Go _       [ Jimin Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang