✿. REMBULAN NESYAVELI

398 97 69
                                    

Bulan berdiri di atap balkon rumahnya sambil tersenyum. Ia mendongakkan kepalanya memandang langit sambil menatap bintang-bintang yang sangat indah.

Udara dingin di malam hari sangat menyejukkan tubuhnya. Angin malam yang berhembus kencang mengibaskan rambutnya yang di biarkan tergerai dengan indah.

Bulan mendekap tubuhnya sendiri merasakan angin malam yang menyapa tubuhnya. Matanya menyiratkan rasa kerinduan pada seseorang yang sangat di sayangi nya dan seseorang yang kini telah pergi meninggalkannya.

"Bulan kangen mah, pah," ucapnya dalam hati. Ia sangat merutuki kebodohan yang memarahi mamanya lewat telepon dan membuat kedua orangtuanya tiada.

Flashback on...

"Halo mah, mamah jemput Bulan sekarang ya... hujannya gede banget Bulan takut," ujar Bulan.

"Iya sayang nanti mama jemput, kamu tunggu ya sampai hujannya reda dulu," ujar myrna— yang tak lain adalah ibunya Bulan.

"Bulan takut mah, mamah gimana sih.. Bulan sendirian di sekolah, semua murid udah pada pulang, Bulan takut petir mah, hikss..."

"Iya-iya kamu tunggu ya sayang mama akan ke sana sebentar lagi," ucap Myrna khawatir.

Panggilan terputus.

Myrna sangat takut terjadi sesuatu pada putrinya, putrinya memang sangat takut dengan petir. Buru-buru ia berjalan menuju kamar untuk memanggil suaminya.

"Mas Toni, ayo jemput Bulan sekarang perasaanku tidak enak," panik Myrna.

"Tapi diluar hujan sayang, kita bisa menjemput Bulan setelah hujan reda," sahut Toni.

"Mas keselamatan anak kita penting sekarang, feeling seorang ibu tidak akan salah," balas Myrna.

"Ayo mas buruan, aku takut Bulan kenapa-kenapa."

Toni menghela nafasnya, "Ya udah. Kita jemput Bulan sekarang," Toni dan myrna keluar dari kamar, kemudian bertemu dengan Gevan yang sedang menonton televisi di ruang tamu.

"Mama sama papa mau kemana?" tanya Gevan.

"Mau jemput adikmu dia ketakutan di sekolah karena hujannya gede. Kamu tunggu di rumah kunci pintunya," titah Myrna.

"Iy-iyaa mah," ujar Gevan dengan perasaan mengganjal.

Mobil keluar dari pekarangan rumah besar dan melaju sangat cepat. Diperjalanan Myrna berdoa dalam hati supaya tidak terjadi apa-apa pada putrinya. Hingga Toni tidak sadar bahwa ada mobil yang melaju dari arah yang berlawanan. Toni terkejut, ia memutarkan stir mobilnya asal hingga menabrak sebuah pohon yang sangat besar.

Sretttt, jduaarr...

Disisi lain Bulan menunggu kedatangan mamahnya sambil menangis. Dia sangat takut, entah masih ada orang atau tidak. Yang jelas semua murid sudah pulang sejak tadi.

Sudah 2 jam lebih Bulan menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda mamanya akan datang "Mama kemana Bulan takut," lirihnya.

"Bulan, kamu belum pulang nak? Apa orang tua kamu tidak jemput?" tanya seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah gurunya, Bu Susi.

"Tadi Bulan udah telfon mama bu, tapi kayanya mama belum sampai," ujar Bulan.

"Ya udah, jangan sedih. Ayo ibu anterin, hujannya udah mulai reda," kata Bu Susi membuat Bulan mengangguk.

LUNY (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang