"Kamu harus berjuang untuk mencapai kebahagiaan. Jika kamu tidak bisa mendapatkan kebahagiaan itu, setidaknya kamu pernah mencoba dan mengerti arti dari perjuangan" -author ngasal.
•••Tok... Tok... Tok..
"Permisi tuan," ujar seseorang dari pintu luar.
"Masuk!" sahut seorang dari dalam ruangan.
Dengan hati-hati, pria berpakaian serba hitam itu memasuki ruangan kerja yang sangat rapih dan bersih. Ruangan ini sangat indah, jika seseorang yang memiliki ruang kerja seperti ini, pasti orang itu akan merasa nyaman. Namun sayang, ruangan yang indah ini sangat tidak cocok dengan sifat pemiliknya.
"Apa hari ini anda mendapat informasi?" tanya pria itu tanpa basa-basi.
"Iya Bos saya mempunyai info Kalau almarhum pak Toni mempunyai dua anak. Yang satu laki-laki dan yang satunya perempuan," ujar pria berpakaian jaket hitam itu-yang tak lain adalah anak buah dari Pria di hadapannya, AGUS DARMAWAN.
"Kamu benar. Toni memiliki dua orang anak. Lalu apalagi info yang kamu dapatkan," sahut Agus santai.
"Saya mendapat info kalau anak perempuan pak Toni itu sekolah di SMA MAGANTARA. Tempat yang sama dengan sekolah anak bos. Sekarang anak itu sudah naik kelas dua belas Bos. Tapi saya masih belum tau anak itu duduk di kelas apa bos," ujar anak buah itu.
Pria berjas kantoran itu tersenyum miring, Ia duduk menatap berkas-berkas ke arah belakang sambil memainkan pulpen di tangannya.
"Kamu tidak mencari tahu di mana keberadaan rumahnya? Karena itu yang paling penting untuk saya," kata Agus dengan santai namun tegas.
"Saya sudah berusaha mencari bos. Tapi saya belum bisa menemukan di mana kedua anak itu tinggal, alamat yang saya dapatkan waktu lalu sudah tidak ada penghuninya. Kemungkinan kedua anak itu pindah rumah Bos," sahut anak buah itu takut. Ia sudah siap menerima apa yang akan terjadi setelah ini.
"Tidak bisa menemukannya?" tanya Agus tenang. Pria itu berdiri dari kursinya, lalu berjalan menghampiri anak buahnya.
"Kamu tahu saya tidak suka basa basi apalagi menunggu?" kata Agus. Agus memegang kedua bahu anak buahnya dan membuat anak buahnya meneguk ludah kasar.
Agus mendekatkan kepalanya, lalu membisikkan sesuatu. "Dasar bodoh!" maki Agus.
Bugh... Agus menendang kaki dekat tulang kering anak buahnya. Lalu berkata, "Saya tidak mau mendengar hal buruk. Yang saya inginkan hanya info tentang kedua anak itu. Gimana pun caranya. Atau saya akan menjamin hidup kamu tidak akan bahagia," tegas Agus.
"Maaf Bos. Saya janji, saya pasti menemukan keberadaan anak itu. Saya janji," ujar anak buah itu memohon.
"Saya tidak suka membuang waktu. Saya pegang janji kamu. Pergi dan cari sampai dapat. Atau kamu akan tahu akibatnya," ancam Agus.
Anak buah itu keluar dari ruangan pak Agus dengan kaki yang masih terasa sakit.
Agus menghembuskan nafas kasar. Ia mengeluarkan benda persegi panjang dari kantong celananya. Ia mencari nomor tidak di kenal, lalu menelponnya.
+62 82130*****
"HALO... Saya membutuhkan barang itu secepatnya. Ada target yang harus saya kerjakan," ujar Agus.
"BAIK. Malam ini di tempat biasa," ucap seseorang di telepon. Setelah itu Agus mematikan ponselnya.
Agus menatap ke arah jendela dengan tersenyum miring. "TONI ADIPATI JAYA. BUKANKAH DARI DULU SAYA INGIN MENGHANCURKAN HIDUPMU?" Agus tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUNY (HIATUS)
Ficção AdolescenteIni adalah kisah Gadis bernama Rembulan Nesyaveli atau biasa di panggil Bulan. Kisah cintanya yang rumit, membuat Bulan harus kuat dan menjalani hari-harinya dengan penuh kebohongan. Masa lalu yang sudah lama berlalu, selalu mengganggu pikirannya da...