Part 3

173 21 0
                                    

“Ah sial! Di mana note sialan itu? Aku butuh catatanku sekarang sebelum Beni mengamuk padaku.” Raffa marah-marah sendiri di kamarnya sambil melempar sesuatu karena kesal. Kamar laki-laki berambut gondrong itu sudah seperti kapal pecah, sangat berantakan. 


Hari ini Raffa sudah bisa berjalan sendiri tanpa harus dipapah dan merepotkan ibunya. Jadi ia sudah mampu memberantaki kamarnya seperti sekarang. Raffa terduduk lesu di samping tempat tidurnya. Dia terlihat cemas dan bingung. Berita itu sangat penting tentang seorang koruptor yang tertangkap KPK dan akan menjadi headline untuk koran besok pagi. Raffa belum sempat membuat naskahnya ke komputer untuk segera diserahkan ke Beni. 


Raffa yakin note itu ada di dalam tasnya, tapi nyatanya tidak ada. Jika tidak ada di tas berarti di kamarnya. Raffa tidak pernah sekali pun menyimpan note itu di kantornya. 


Raffa menghela napas lelah sambil memejamkan mata mencoba menggingat sesuatu, apapun itu, semacam petunjuk. 


“Hari itu aku hunting news dengan Noni, sampai lapangan jam sebelas. Selesai meliput jam dua belas, lalu makan siang, setelah itu pergi lagi ke lapangan kedua, selesai meliput jam setengah empat sore. Noni pergi ke suatu tempat dulu untuk menemui pacarnya, dan aku kembali ke kantor. Di tengah perjalanan, Beni menelepon agar aku sampai di kantor sebelum jam lima sore. Dan setelah Beni menelepon, aku menjalankan motorku dengan cepat, lalu aku kecelakaan.” Raffa bergumam sendiri tentang kegiatannya di hari itu. Ia yakin, sebelum kecelakaan itu terjadi notenya masih ada di tasnya, ia ingat betul sebelum berpisah dengan Noni, note itu ada di tasnya.


“Apakah note itu hilang waktu aku kecelakaan? Karena kata gadis itu, isi tasku sebagian ada yang berhambur keluar karena resleting tasku rusak. My God bagaimana ini?” Raffa panik sendiri di kamarnya. Ia berdiri, berjalan kesana kemari, benar-benar senewen seperti beruang yang belum menemukan pasangan di musim kawin. Jalan satu-satunya, Raffa harus menemui gadis itu dan menanyakan padanya. Iya benar!


Raffa menelepon Dylan_sahabatnya_ agar mengantarnya ke rumah sakit tempat Tara dirawat. Mudah-mudahan gadis itu masih di sana. Harap Raffa.

***


Raffa menunggu Dylan di teras rumahnya dengan cemas. Tak lama malah Vita yang datang. Gadis berambut cokelat itu langsung tersenyum lebar saat turun dari mobil Ford-nya. “Ah, Momentnya benar-benar pas,” pikir gadis itu. 


Akhir-akhir ini Raffa sangat sulit ditemui. Vita mendengar Raffa kecelakaan jadi ia memutuskan pergi ke rumahnya karena pasti kekasihnya itu ada di rumah sekarang. Dengan susah payah ia meminta alamat rumah Raffa dari Aldi teman kerjanya. Dan ternyata usahanya itu membuahkan hasil. 


Vita membuka pintu pagar dan langsung berlari memeluk Raffa. 


“Raffa, aku benar-benar syok dan khawatir mendengar kau kecelakaan. Apakah lukamu parah? Sekarang apanya yang sakit?” Gadis itu mengecek luka-luka lelaki itu dengan cemas. 


Raffa mendengkus, jelas di raut wajahnya kehadiran gadis itu tidak diharapkan.

Kiss Me Softly (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang