Raffa memarkirkan mobilnya di garasi. Sebelum keluar dari mobil, dia membuang napas dari mulut untuk meredakan jantungnya yang sepanjang perjalanan berdegup kencang.
Entahlah, ini benar-benar aneh. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, hahkan ketika pertama kali jatuh cinta pun tidak separah ini rasanya, dengan mudah dia bisa mengendalikan perasaannya.
Raffa keluar dari mobil dan masuk ke dalam. Dia merasa kakinya melayang saat memasuki ruang tamu. Benar-benar mendebarkan. Matanya melirik pintu kamar Tara tertutup rapat.
Apakah gadis itu sudah tidur?
Langkah Raffa terhenti beberapa saat di depan pintu kamar. 'Hei, kau sedang apa di dalam? Apa kau tau? Aku ingin melihatmu sekarang, keluar lah,' ucap Raffa dalam hati. Dia garuk-garuk kepala. Perkataan itu hanya mampu diucapkan dalam hati.
Raffa melanjutkan langkahnya ke ruang keluarga lalu ke kamarnya. Dia menyimpan tas di atas meja kerja, lalu keluar kamar lagi.
Seperti biasa sebelum mandi dia akan makan malam dulu. Tungkainya menuju ke dapur, di depan pintu dapur langkah Raffa terhenti.
Di ruang makan terdengar sayup-sayup ada orang yang mengobrol, itu suara ibunya dan suara yang terdengar agak asing baginya, yang jelas itu bukan suara Bi Mirna. Suara itu terdengar halus dan ringan.
Senyum Raffa mengembang di wajahnya. Itu suara Tara. Jantung Raffa kembali berdetak kencang tidak beraturan. "Oh God, aku bisa mati!" gumamnya sambil memukul pelan dadanya.
Raffa menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan, berharap itu bisa membantu memperbaiki detak jantungnya agar kembali normal.
Raffa memasuki dapur lalu membuka kulkas, mengambil air dingin dalam kemasan, lalu meminumnya. Dari ruang makan ke dapur tidak disekat tembok seluruhnya, tapi sebagian oleh kaca transparan. Raffa yang sedang meneguk air putih terlihat oleh ibunya.
"Kau sudah pulang?" seru ibunya dari ruang makan. Raffa hampir saja menyemburkan air yang masih dalam mulutnya. Suara ibunya benar-benar membuatnya kaget.
Tara yang memunggungi Raffa membalikan badan. Matanya langsung terbelalak saat melihat pria itu.
Raffa berjalan ke ruang makan lalu duduk di samping ibunya menghadap Tara.
Pikiran-pikiran aneh yang dari siang memenuhi kepala Tara, malam ini terjawab sudah. Rumah ini milik Raffa Mahendra. Sekarang yang membuatnya bingung adalah kenapa pria itu melakukan semua ini untuknya? Dan dari mana pria itu tahu kalau dirinya mencari tempat kos baru?
Pertama-tama Tara harus meminta penjelasan pada Rida, karena dialah yang menunjukan tempat ini.
"Tara kenalkan, ini anak ibu. Namanya Raffa," ucap Ratih, walaupun sebenarnya dia tahu, mereka pasti sudah saling kenal.
Tara meluncurkan senyum kaku pada ibunya Raffa.
"Aku sudah tahu, Bu. Aku sudah bertemu dia beberapa kali. Jujur aku baru tahu kalau__ini rumahnya Raffa," tutur Tara terus terang.
Tenggorokan Raffa tercekat, sungguh dia tidak berani menatap wajah gadis itu.
"Oh, benarkah? Bagus lah kalau kalian sudah saling kenal, jadi kalian tidak perlu kenalan lagi, yang perlu kalian lakukan sekarang adalah saling mengakrabkan diri lagi, karena mulai sekarang kalian tinggal satu rumah, oke?"
Tara tersenyum pada Ratih sambil mengangguk ragu. 'Astaga, apa yang terjadi padaku sekarang? Aku harus tinggal satu rumah dengan pria menyebalkan itu? Oh, ini bencana!'
Hawa malam yang dingin menerobos ke ruang makan, karena ruangan itu menghadap ke halaman belakang dengan pintu dibiarkan terbuka. Sama dinginnya dengan suasana hati Tara malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me Softly (End)
General FictionPerlukah move on? Apakah kita harus mengubur cinta yang benar-benar kita cintai lalu mencari cinta yang lain? Apakah kita mampu mencintai cinta yang lain sedangkan cinta yang dulu tetap menjadi penghuni seluruh hati, jiwa, dan pikiran? Masih perluka...