"Keluarga ku tak sebahagia keluarga kalian,dan kehidupan ku tak semulus kehidupan kalian"
~syafira~
Proses belajar pun berlangsung cukup lama.
Kring......kring.......
Bel pulang pun berbunyi.
Veli, dan Fira pun langsung membereskan buku, dan alat tulis mereka.
"Ra, kamu pulang naik apa"
Fira pun diam
"Ra,kok diem sih"
"Emm...aku pulang naik angkot"
"Mau bareng gak?"
"Gak usah vel""Ya udah kalo gitu aku duluan ya Ra"
Fira pun mengangguk
"Bohong lagi, bohong lagi" batinnyaSaat keadaan sekolah mulai sepi, Fira pun langsung berjalan menuju rumah.
Pasti kalian bertanya kenapa dia berjalan. Sebenernya Fira itu memang setiap hari jalan kaki mau itu pulang ataupun pergi. Karna apa, karna dia tidak memiliki duit pastinya. Memang dikasih duit oleh kedua orang tuanya. Tetapi, kalo 20 ribu buat naik angkot kan cepat habis, mending uangnya dia pakai untuk yang lain kan.
Back to topic*
Fira melewati koridor yang sudah sangat sepi dengan sangat santai.
Saat melewati lapangan. Fira melihat vano bersama kawan - kawannya sedang latihan basket.
"Lah itu bukannya kak vano" pikirnya
"Sudah lah ngapain aku mikirin kak vano, mending aku pulang dari pada kena marah"
Saat di perjalanan pulang tiba-tiba hujan turun. Fira pun langsung menengok ke atas, dan tersenyum simpul.
Mungkin sebagian orang tidak suka dengan datangnya hujan. Tetapi, tidak bagi Fira. Fira itu sangat suka sekali dengan namanya hujan. Ia tak peduli jika hujan akan membuatnya sakit. Karna, hanya dengan hujan lah ia bisa menumpahkan segala kesedihannya tanpa diketahui oleh orang lain.
Selama Fira berjalan menuju rumah selama itu juga ia menikmati derasnya air hujan.Setelah sekian lama ia berjalan, dan akhirnya Fira sampai juga didepan rumah mewah milik keluarga nya
"Rumah ini memang indah. Tapi sayang, orangnya tidak seindah rumahnya" gumamnya
Saat Fira masuk kedalam rumahnya ia melihat keluarga nya yang sedang menatap nya dengan sangat tajam dari arah ruang tamu.
"Sebentar lagi lo pasti bakalan kena marah sama satu keluarga" ucap seseorang dalam hati
"Dari mana saja kamu, kok baru pulang"
"Kan setiap hari pulang jam segini terus pah"
"Gak usah banyak alasan kamu, liat Dinda saja dari tadi sudah pulang"
"Kamu abis jalan sama pacar aku kan"
"Ngak, aku gak jalan sama pacar kamu"
"Bohong!!!"
"Aku gak bohong kak Dinda, aku gak jalan sama pacar kakak"
"Gw gak percaya"
"Tadi pagi aja Lo bareng sama pacar gw"
Fira pun terdiam
"Kenapa diem, gak punya alasan ya"
"Kalo saya tau kamu bakal rebut pacar anak saya, saya gak bakalan mau ngurusin kamu. Mending kamu saya bunuh dulu"
"Aku gak ngerebut pacar kak Dinda ma"
"Buktinya kamu bareng vano kan"
Fira pun diam
"Udah lah kalo salah itu ngaku aja"
"Mau ngaku aja susah banget kayaknya"
"Sekarang pergi kamu ke kamar. Kamu tidak boleh keluar sebelum saya suruh keluar"
"Tapi pah"
"Gak ada tapi - tapi masuk sekarang juga"
Fira pun menuruti perintah papa nya untuk masuk kamar.
Saat di kamar Fira langsung mengeluarkan buku diary nya dari dalam tas.
Dear dairy
Apakah aku selalu salah dimata mereka? Apakah diriku tak pernah benar? Kenapa sejak kejadian itu mereka berubah. Apakah kesalahanku itu sangat fatal?
Memang menyakitkan bila diingat, mau di lupakan tapi ada yang menahan. Aku tak menginginkan kejadian itu terjadi. Tapi, takdir sudah menentukan, dan aku bisa apa.~syafira~
Dilain tempat*
Dret... Dret...
Orang itu pun langsung menjawab telepon tersebut.
"Kenapa"
"Gw butuh bantuan lo. Buat ngancurin seseorang"
"ada imbalan"
"Lo tenang aja gw bakal kasih imbalan kok buat lo"
"Kalo gitu lo kirim aja foto orang yang bakal gw hancurin itu"
Tak berselang lama.
Dret...Dret...
"Fotonya dah gw kirim"
"Ok"
"Satu lagi, Lo jangan bawak - bawak nama gw"
"Ok, Lo tenang aja gw gak bakal bawak - bawak nama lo"
Bersambung...
Happy reading 🎉🎉
___________________________________________________Hayo kira - kira siapa ya yang telponan tadi?
Mereka mau ngehancurin siapa ya kira - kira?
Ada yang tau gak siapa orangnya, kalo tau coment di bawah ya.
Tungguin kelanjutan nya ok :)
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAFIRA
Teen FictionAku takut untuk bangkit , tapi aku harus bangkit untuk hidup. Aku tak peduli jika semua orang akan membenciku dan bahkan tidak akan pernah menganggap diriku ada. karna bagiku , mereka hanyalah orang-orang bodoh yang tidak memiliki perasaan _______...