Vano pun mulai berlari mengelilingi kompleks rumahnya.
Saat berlari Vano sering sekali ditegur mulai dari ibu - ibuk, anak - anak dan bahkan remaja yang sepantaran dengan dirinya.
"Gini nih nasib gua yang punya muka ganteng melebihi rata - rata" pikirnya dalam hati
Pede nya itu loh gak ada ujungnya, jika ada pentas kepedean mungkin Vano lah juaranya
"Hai kak Vano" remaja berkaos biru laut menghampirinya dan ikut berlari di samping Vano
"Hai" dengan gaya sok cool nya
"Gua boleh bareng kan larinya, soalnya tadi gua dah ditinggalin tadi hehehe" bohong nya mbak, hati - hati dosa loh ya
Padahal dia yang ninggalin, ta kipi malah bilang dia yang di tinggalin. Sungguh dosamu amat berat sekali nak
"Kalo mau bareng mah ayo aja" jiwa playboy meronta ronta
Gadis itu pun tersenyum sangat manis kek kopi, eh salah Deng maksudnya gula wkwkwk
Mereka pun berlari bersama mengelilingi kompleks
~💐💐💐~
"Berhenti dulu dong, capek nih lari mulu dari tadi" memegang lututnya
"Iya sama gua juga capek, gimana kalo kita duduk di bangku taman itu dulu" menunjuk taman yang berada tidak jauh dari mereka
Vano pun mengangguk menandakan bahwa iya menyetujuinya
Dilain tempat
"Hari bagus nih, semoga hati juga ikutan bagus" melihat ke langit dari dalam jendela kamarnya
Fira pun berjalan menuju dapur yang ada di lantai bawah
Sesampainya di dapur
"Eh non Fira, non mau ngapain di dapur?" Menyadari keberadaan Fira di sana
"Papa, mama, sama yang lain kemana bi?"
"Belum pada turun non, sepertinya masih pada di dalam kamar semua" jelasnya
"Owh gitu ya bi, em... Bi fira mau bantu bibi masak boleh gak?"
"Mending gak usah deh non, bibi takut kena marah tuan nantinya" menolak secara halus, agar tak tersinggung
"Gak bakalan kok bi" menuju bi Sumi
"Ta...pi...."
"Udah gak papa, Fira bantuin
motong - motong ya bi" meyakinkan bi Sumi agar memperolehkannya"Ya sudah, tapi kalo kena marah jangan salahin bibi loh non"
"Gak bakal mereka marah sama bibi, mereka aja gak peduli sama aku" batinnya menggebu - gebu
"Iya bi, siap"
Fira pun membantu bi Sumi sampai selesai. Saat Fira dan bi Sumi menata makanan di meja, keluarga mereka pun langsung menghampiri meja tersebut
Ketika tak sengaja mata Fira bertemu dengan mata sang papa, Fira melihat ada ketidaksukaan di mata itu
"Ngapain kamu ke sini?" Tanyanya tajam, seperti bambu runcing canda Sayang, wkwkwk
"Fira cuma bantuin bi Sumi siapin makanan kok pa" jelasnya
Bi Sumi yang mendengar pun menyahut
"Iya tuan, tadi non Fira membantu daya di dapur, maaf tuan tadi saya sudah melarang namun non Fira tetap ingin membantu saya" takut - takut di pecat, kalo di pecat ntar makan apa, makan batu?
Bukannya menjawab semua itu, papa Fira malah mengabaikan dan berbicara kepada istri dan anak - anaknya
"Gimana kalo kita makan di luar?" Meminta persetujuan yang lain
"Boleh tuh, sekali - kali nyoba makan di luar pas pagi pagi kan"
" Kenapa papa mau makan di luar? Ini kan dah ada makanan, mumbazir pa, kalo di buang makanannya" ucap ku
"Biarkan saja makanan ini di buang, saya dan keluarga saya gak bakal sudi makan makanan bernajis seperti ini" ucap sang ayah dengan penuh penekanan
Mereka pun pergi mendahului Fira yang merenungi ucapan sang ayah barusan
"Seburuk itu kah aku di hadapan kalian semua"
Air matanya pun turun begitu saja, lalu Fira pun pergi dari dapur menuju pintu belakang
Dan berlari pergi dari neraka itu, iya neraka rumah yang di tempati itu baginya adalah neraka. Neraka yang membuat jiwa dan fisiknya selalu sakit
~💐💐💐~
Dengan tatapan kosong mengarah ke depan, dan sesekali air mata jatuh dari mata indah itu
"Ternyata aku tuh udah jelek banget ya di mata mereka"
"Benci banget sama aku"
"Ayah... Ayah kenapa benci sama aku"
Beberapa dari sekian banyak pemikiran nya
Flash back
"Ayah peluk Fira dong" ucap gadis kecil yang merayu ayahnya untuk memeluknya
"Tuan putri ayah mau peluk, sini ayah juga kangen nih sama tuan putri" ucapnya lembut
Dari arah jauh anak yang mirip dengan Fira pun berucap "ayah aku juga mau peluk, masa cuma Fira aja yang di peluk. Aku kan juga mau"
"Sini ayah peluk juga" meraih sang anak dan memeluknya
Turn back
Kilasan masa lalu yang begitu indah kembali memasuki pikirannya
Ayah yang selalu lembut, ayah uang selalu bersamanya, kini telah berubah menjadi sosok ayah yang tidak peduli lagi kepadanya, menganggapnya layaknya orang asing
Tiba tiba dari arah samping ada orang yang menjulurkan sapu tangannya
"Nih hapus air mata Lo pakek sapu tangan gue"
Tanpa Fira lihat siapa pemiliknya Fira pun mengambil sapu tangan tersebut
"Udah Lo gak usah nangis lagi, ya walaupun gue gak tau apa masalah Lo, tapi gue yakin kok Lo bisa hadapin semua masalah Lo itu" ucapnya menenangkan Fira
Fira pun mendongak ke arah orang itu,ia pun tersenyum "makasih ya kamu udah ngasih aku sapu tangan, sama nenangin aku"
"Sans aja kalo sama gue" tersenyum balik ke arah Fira
"Gue boleh duduk di sini kagak" bertanya kepada Fira
"Owh boleh kok duduk aja" menggeser tempat duduknya agar orang itu bisa duduk
"Owh iya, kenalin nama gue Farez alfindra, panggil aja gue farez sayang" mengulurkan tangan kepada Fira
"Harus ada sayangnya ya farez?" Tanya nya
"Enggak gue cuma becanda kok wkwk" sedikit tertawa melihat ekspresi polos Fira
"Hehehe, aku kira beneran. Eh iya kenalin nih nama aku Syafira oleksa putri panggil aja Fira" menjabat tangan farez
Mereka pun melepaskan tautan tangan tersebut
"Lo kesini sendiri?" Tanya farez lagi
"Iya sendiri, kalo kamu?"
"Sama kayak Lo, gue juga sendiri. Gak ada pacar jadi gue sendiri deh"
Fira pun mengangguk
"Fir, Lo mau ikut gue gak?" Tanya nya membuat Fira takut ada apa apa
Kita tak ada yang tau to, kita iki harus waspada tiap saat ya gak
"Mau kemana?" Tanyanya
"Beli ice cream, Gimana Lo mau gak. Tenang gue gak nakal nyulik Lo kalik" memberikan perkataan yang membuat Fira yakin padanya
________________________________________________________
Halo semua, Syafira balik lagi nih yuhuuu ada yang kangen kagak, semoga ada ya wkwkw
Ngarep amat lu mbak :v
Intinya aku kangen kalian, pembaca setia kuSalam manis Syifa
Bandar jaya, Lampung tengah
KAMU SEDANG MEMBACA
SYAFIRA
Teen FictionAku takut untuk bangkit , tapi aku harus bangkit untuk hidup. Aku tak peduli jika semua orang akan membenciku dan bahkan tidak akan pernah menganggap diriku ada. karna bagiku , mereka hanyalah orang-orang bodoh yang tidak memiliki perasaan _______...