“Bagiku, kamu adalah anugrah dari tuhan yang harus kujaga dengan baik dan kusayangi walau angin musim gugur telah berlalu” —Lai Guanlin.
Happy Reading👇
Aku berjalan santai dengan balutan Padded jacket tipis berwarna pastel pink selutut dan Pallazo pants. Salju memang belum turun tapi suhu di Seoul terasa sangat dingin.
Ah, perlu kalian tau bahwa aku janjian dengan Guanlin untuk bertemu Yeouido Park. Hari ini minggu jadilah kami memutuskan untuk bertemu setelah kesibukan ulangan semester.
Mencari-cari sosok yang sedari tadi kupikirkan aku menghela lega saat menemukannya sedang berdiri di depan stan minuman, tak banyak bicara aku bergegas menghampirinya.
Aku menepuk pelan bahunya "Hai" senyumku dan mendapat balasan senyum manis dari Guanlin. Pria itu mengacak-acak rambutku.
"Udah dateng" lembutnya "Kamu duduk disana aja" lantas menunjuk sebuah bangku taman di bawah pohon oak dan tanpa pikir panjang aku hanya menurut.
Belum sampai lima menit Guanlin datang dengan dua cup kopi di tangannya. Pria itu duduk di sampingku dan memberikan satu cup padaku.
"Thanks"
Dia hanya mengangguk seraya tersenyum dan meminum americano miliknya. Guanlin terlihat tampan dengan mantel dan celana Jeans berwarna hitam. Bisa dilihat Guanlin itu anak konglomerat dari merk pakaiannya.
Hei, tapi janganlah kalian berpikir aku ini matre!
Sibuk menyelami pikiran masing-masing hingga Guanlin bersuara "Hm... Jia bagaimana kondisimu? Lebih baik?"
Aku mengangguk kecil seraya tersenyum "Sudah lebih baik. Kamu nggak perlu khawatir karena aku akan baik-baik saja" aku menatap maniknya dalam-dalam.
Pria bersurai kegelapan itu mengelus suaraiku dengan lembut menyalurkan kasih sayang dan kekuatan membuat hati kecilku menghangat di tengah udara dingin Seoul.
Aku menghembuskan napas kesal "Ish, Guan! Jangan natap aku kayak gitu aku bakal baik-baik aja kok! Kamu liat kan aku baik-baik aja sekarang?!" suaraku dengan agak keras.
Oh, ketahuilah aku agak tidak suka saat seseorang menatapku dengan pandangan iba. Aku terlihat seperti sangat menyedihkan. Padahalkan tidak! Aku tidak suka itu.
Menghela napas panjang Guanlin masih menatapku "Kamu jangan kayak gitu. Kalau ada apa-apa kamu harus bilang aku. Jangan menomor duakan kesehatanmu"
Aku mendengus lirih "Iya. Tapi apa aku kelihatan menyedihkan banget gitu?" alisku berkerut tidak suka.
Guanlin tertawa kecil yang bagaikan senandung pengantar tidur. Begitu hangat dan indah "Aku hanya khawatir. Kamu terlihat tibak baik-baik saja. Apalagi ini sudah memasuku musim dingin. Cuaca tidak baik" dia masih berujar dengan lembut.
Aku merotasikan bola mata malas "Iya. Kamu juga jaga kesehatan, suhu musim dingin itu nggak baik buat anak kecil" cibirku dengan bercanda.
"Hei, aku bukan anak kecil"
"Ih tapi kamu imut banget kayak bayi" aku mencubit pipi Guanlin dengan gemas dan ditanggapi kekehan dari sang empu.
"Kamu menggemaskan" dia berujar masih dengan senyumnya yang hangat. Senyuman yang menyorotkan kebahagiaan dan kedamaian jika kau melihatnya.
Pipiku terasa memanas di hawa dingin Seoul. Aku benar-benar merutuki diriku sendiri mengapa bisa aku merona di saat yang tidak tepat dan menyupahserapahi pipiku yang bisa-bisanya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight In Every Season
Fiksi Penggemar"Hubungan yang bagaikan antara sang fajar dan sang senja serta cinta yang akan selalu ada walaupun musim telah berlalu" I love you in every season