Prolog

60 19 2
                                    

Seorang gadis terduduk di lantai balkon kamar. Ia memeluk lututnya dan menompang dagunya disana.

Tatapannya menerawang jauh ke langit yang gelap. Tatapan yang menyiratkan kesedihan,kehampaan,kosong,dan luka yang amat dalam.

Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raganya. Ia memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin yang menerpa kulit putihnya.luka yang cukup dalam, Sesak dan perih bagai makanan setiap hari untuknya.

Gadis itu tersenyum miris "kapan gue bisa dapet kasih sayang dari papah gue sendiri?sepertinya tidak mungkin. Papah  bahkan tidak menginginkan gue ada didunia ini" entah kepada siapa ia bertanya.

Rasa sesak terus menjalar ke seluruh tubuh. Ia kehilangan semangat hidup, ia kehilangan sebagian dari dirinya.

Tangisan yang dari tadi di tahan sekuat tenaga, menghampit dada. Mata coklat miliknya mengeluarkan air bening yang terus mengalir tanpa henti, mewakili segala perasaan yang bercambuk di dada. Ia semakin terisak meruntuki dirinya yang begitu lemah.

Adakah yang akan kembali peduli dengan ku? Adakah yang sayang pada ku? Ataukah hidupku akan tetap seperti ini? Buram,hitam,abstrak.

AYUNDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang