kamu mahir dalam hal ini.
menyimpan rasa,
membuat terpesona,
berpikir sampai lupa waktunya.kamu mahir dalam hal ini.
menyembunyikan hati,
menyakiti diri,
lalu berlayar pergi.siapa yang jahat, disini?
"minju kabarnya gimana, ya?" tanyaku yang membuat haechan menoleh sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, "gak tau."
"udah minta maaf?" tanyaku lagi yang dibalas deheman haechan, "emang buat apa?"
"buat hati yang disakiti, mungkin?"
haechan menoleh, senyum ke aku. "biarin aja,"
"biar jadi masa lalunya diri, ya?"
"...mungkin?" gumam haechan pelan. "kay, jangan bahas minju dong... bahas yang lain,"
aku terkekeh pelan, amat sangat ngerti kalo haechan sangat menghindari pembahasan tentang mantannya yang satu itu.
"bahas kamu aja sih," kata haechan. "mau tau banyak soal kamu,"
"di aku gak ada yang menarik,"
"itu bagimu. bagiku sih menarik semua," canda haechan yang bikin aku ketawa. "mau tanya apa, sih?"
"mau tanya..." haechan menggantungkan pertanyaannya sebentar, lalu melanjutkan. "pas kelulusan, kamu ngapain aja?"
aku tersenyum menanggapi pertanyaan haechan.
jujur aja, aku males untuk bicarain itu.
bagiku, saat-saat itu... bener-bener bikin aku sedih dan malu sendiri.
"ngapain ya?" monologku sambil menatap ke atas, ke arah langit biru yang berawan. "kalo kata teh yeeun, aku lagi menyembuhkan diri."
"lagi banyak luka, ya?"
"hm, iya." anggukku yang dibalas sahutan haechan. "aku tau."
seketika aku noleh ke arah haechan, "...kok?"
"bohong." kekeh haechan. "aku gak tau apa-apa. kalo aku tau sih, pasti aku gak bakal lost contact dari kamu setahun ini,"
iya juga...
"aku mau cerita,"
"emang itu yang aku mau minta, kay."
aku tersenyum, "aku ngelakuin hal buruk, terus kepergok kamu. aku malu. tadinya aku gak jatuh sedalam itu, tapi ternyata lingkugan keluargaku kurang suportif,"
"teh yeeun?" tanya haechan yang kujawab gelengan, "mama."
"keliatan sih, mama kamu jutek gitu,"
"heh!" aku memukul tangan haechan pelan, "enak aja. walaupun gitu aku tetep sayang mama tau,"
"sayang aku juga?"
"ih, apaan!" aku ketawa denger pertanyaan haechan, haechan juga ikutan ketawa. "mau cerita soal mama kamu, nggak?"
"nanti aja deh ya?" gumamku pelan. "aku kayaknya gak kuat deh kalau cerita soal mama,"
"gak kuat apa?"
"nanti aku nangis," aku terkekeh pelan, yang membuat haechan noleh. "kalo kamu nangis, kan ada aku?"
"emang kamu mau apa?"
"bikin kamu tenang, mungkin?"
lagi-lagi aku terkekeh dengar jawaban aneh haechan.
padahal aslinya... benar?
"janji ya, nanti cerita?" tanya haechan sambil menyodorkan kelingkingnya. aku ngangguk sambil memberikan kelingkingku juga, "janji."
"oke!" bibir haechan membentuk senyum lebar yang indah. "kalau kamu udah cerita banyak gini, aku boleh percaya diri?"
"hm?" aku mengernyit. "percaya diri dalam hal apa?"
"percaya diri dalam hal rasa."
"...maksudnya?"
"aku percaya diri kalo kita punya rasa yang sama."
hah?
KAMU SEDANG MEMBACA
[II] seperti tulang, haechan
Fanfictionft. lee haechan ❃seperti tulang dari luka, kita tumbuh mencari penawarnya. ©jeezvr, 2O2O [read sampai jadi debu, haechan first.]