dulu, kita adalah sempat yang pernah tamat.
kita sama-sama berjalan,
walaupun berbeda tujuan.kita sama-sama menyimpan,
walaupun hanya ditinggalkan.kita sama-sama patahan,
yang mencoba mempersatukan."uang bulanannya cukup?"
"cukup, teh. masih banyak malah,"
"yaudah, syukur deh. berarti teteh pas ngasihnya,"
"heem," aku menyetujui, lalu gak lama kemudian menyadari sesuatu. "udah gak apa-apa nih, dipanggil teteh?"
terus terdengar suara teh yeeun ketawa. "habis, walaupun dilarang kamu tetep manggil gitu. yaudah lah ya, kakak ikutan manggil diri sendiri teteh aja,"
aku pun ikutan ketawa denger penuturan teh yeeun. "bagus tuh," pandangan mataku melirik ke arah laptop yang masih nyala, "teh, udahan dulu ya. masih mau ngerjain tugas, banyak banget."
"iya deh, teteh juga mau tidur."
"hm, daah, teteh. malem."
"malem."
aku nutup telepon dan naruh ponsel di sebelahku, terus aku ngelanjutin ngerjain tugas yang di laptop lagi.
gak lama kemudian ada suara nada dering panggilan lagi, aku noleh, di ponselku tertera nama haechan.
wah, kena telpon mulu. kayaknya aku sekarang berubah jadi orang sibuk.
aku langsung ngangkat telepon itu, tapi gak ngomong. biar haechan duluan yang mulai. gak lama kemudian, "halo?"
"iya?"
"aku ganggu waktu tidurmu, gak?"
"nggak kok, ini aja masih ngerjain tugas."
"wah, samaan dong. aku juga lagi nugas,"
"heem," aku gumam pelan.
oh ya. untuk pertanyaan haechan beberapa hari yang lalu, aku belum jawab. heum, kenapa ya... gak tau juga...
tapi haechan serius soal omongannya. dia bilang dia bakal tunggu. dan bener, dia nunggu tanpa mendesak aku.
"laper gak?"
"gak sih, cuma lagi pengen ngemil aja."
"aku tadi ke depan kosanmu loh,"
"hah?" seketika aku kaget. "beneran?"
"iya, tapi udah pulang." kekeh haechan yang bikin aku bingung, "emang kamu ngapain ke depan kosanku?"
"nitipin sesuatu ke satpam,"
"apa?"
"ada deh. yang jelas aku bilang—"pak, ini ada titipan dari hati haechan ke kayra. dijaga ya, jangan diembat sendiri." gitu."
aku ketawa, "oh, berarti aku ngambil ke bawah, nih?"
"iya dong,"
"yaudah, aku ambil ke bawah dulu. aku matiin ya, teleponnya?"
"iya—eh kay."
"hm?"
"aku nulisnya dari hati, tuh."
"hah? emang kamu ngapain? kamu nulis surat?"
"dibaca ya,"
"pasti."
"em—yaudah deh, aku malu. aku tutup teleponnya. selamat malam kayraaa,"
"malem, chan."
aku ketawa pelan abis tutup teleponnya, terus beranjak keluar dari kamar dan pergi ke pos satpam depan.
dan bener aja, ada satu kresek indiemaret yang gede dan penuh, isinya snack.
setelah balik lagi ke kamar, aku ngeluarin semua isinya. ini bener-bener banyak banget, haechan ada-ada aja.
tapi tentu aja, dibalik tumpukan snack itu, ada satu benda yang beda. lipatan kertas putih bergaris. kubuka lipatan kertas itu, aku sempet ketawa karena tulisannya lumayan acak-acakan. mungkin dia buru-buru pas nulisnya.
isi suratnya juga lucu.
mau tau?
hehe, gini.
selamat malam rembulan!
ini dari si tuan,
yang masih menanti di kegelapan.ini udah kubelikan cemilan,
harap dimakan,
dibuang sayang, kan?makannya sambil senyum ya.
eh, astaga, jangan!
nanti manis cemilannya kalah sama senyummu,
bisa-bisa cemilannya minder sama kamu,
hihi, malu.
apa deh aku:(aku gak tau apa maksud surat ini,
sebenernya, cuma pengantar tanpa arti.
gak tau deh, malu aku, pasti.aneh ya?
intinya cuma mau ngomong sayang.
nanti saat tidur, semoga mimpi indah nan tenang.
salam sayang.
diam-diam sudut bibirku mengangkat ketika membaca surat kecil dari haechan. rasanya surat ini sangat lucu, persis seperti orangnya.
diam-diam aku menggumam,
iya chan, salam sayang balik dari kayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
[II] seperti tulang, haechan
Fanfictionft. lee haechan ❃seperti tulang dari luka, kita tumbuh mencari penawarnya. ©jeezvr, 2O2O [read sampai jadi debu, haechan first.]