"mama mau ketemu sama kamu"ucap Diaz setelah hening cukup lama, saat ini ia dan Diaz sudah pulang dan Ara kembali pulang sendiri, nasib jomblo. Tak ada jawaban dari Belvyah, ia hanya mematung sambil makin mengencangkan pelukannya pada Diaz.
"Tenang aja, mama gak makan orang kok"ucap Diaz sedikit bergurau. Belvyahpun menghela nafas.
"Sekarang?"tanya Belvyah. Diazpun mengangguk.
"Yaudah"lanjutnya lesu.
~
"Assalamu'alaikum ma"ucap Diaz sambil memasuki rumahnya, diikuti Belvyah yang berada di belakangnya sambil memegang tas Diaz. Mama Diaz pun keluar dari arah dapur."Wa'alaikumsalam"balasnya Diazpun menyalami mamanya begitu pun dengan Belvyah.
"Diaz ini pacar kamu?"ceplos mama Diaz berhasil membuat wajah Belvyah merona.
"Iya"jawab Diaz malas.
"Wah cantik yah, nama kamu siapa sayang?"tanya mama Diaz.
"Belvyah tante"balas Belvyah.
"Ma Diaz ke kamar ganti baju dulu"ucap Diaz, Belvyah pun langsung menatap Diaz dengan tatapan seolah olah berkata jangan tinggalin gue sendiri tapi Diaz menghiraukannya.
"Kamu bisa masak gak? Mau bantuin tante? Nanti kamu sekalian aja makan malam di rumah tante"ucap mama Diaz.
"Gawat nih, gue gak bisa masak lagi, rebus mie aja gak bisa, apa lagi masak yang lain"rutuk Belvyah dalam hati.
"Emm gak bisa tante"jujur Belvyah sambil tersenyum kikuk. Mama Diazpun mengangguk angguk, Belvyah was was menanti respon apa yang akan diberikan mama Diaz, gawat kalau sampai pertemuan pertama dengan calon mertua meninggalkan kesan buruk. Eh? Calon mertuakan?
"Wajar aja sih, tante dulu juga pintar masak setelah nikah, tapi sekarang tante akan ngajarin kamu masak, bisa kurus nanti anak tante kalau udah nikah sama kamu tapi kamu belum bisa masak"ucap mama Diaz menggoda Belvyah. Wajah Belvyahpun semakin merona dibuatnya.
"Kamu simpan dulu gih tas kamu di sofa sana"ucap mama Diaz sambil menunjuk sofa yang dimaksud. Belvyahpun menurut.
~
Kini Belvyah, Diaz dan mamanya sudah berada di meja makan."Assalamu'alaikum"ucap seseorang yang bukan lain adalah papa Diaz.
"Wa'alaikumussalam, tumben pulang cepat?"tanya mama sesampainya papa di meja makan.
"Tadinya sih ada meeting tapi klien papa gak jadi datang, katanya mendadak dia punya acara keluarga"jelas papa, mamapun hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Loh siapa?"tanya papa heran melihat Belvyah.
"Eh? Sa..saya Belvyah om"ucap Belvyah terbata bata.
"Belvyah?"beo papa.
"Pacar Diaz pa"ucap Diaz santai.
"Pinter juga kamu cari pacar, cantik"ucap papa sambil tersenyum pada Belvyah. Tanpa ia sadari kini istrinya menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Hahaha, astaga sayang masa gitu aja cemburu, dari dulu gak pernah berubah"tawa papa sambil mencubit pipi mama.
"Siapa juga yang cemburu, keatas dulu sana ganti baju, baru turun makan"ucap mama.
"Iya iya"ucap papa sambil ke kamar untuk berganti pakaian.
"Oh iya, ayah kamu udah balik?"tanya Diaz pada Belvyah.
"Udah, kemarin baru sampai, tapi belum sempat ketemu soalnya ayah sampainya tengah malam, terus tadi pagi udah berangkat ke kantoru sebelum ketemu Belvyah"jelas Belvyah.
"Kenapa nanya gitu? Kamu sekolah dulu yah, gak usah pake langsung lamar"ucap mama pada Diaz.
"Siapa juga yang mau lamar, nanya doang kok"ucap Diaz kesal. Tak lama kemudian papa Diazpun kembali ke meja makan, merekapun. Sesekali ia bertanya kepada Belvyah tentang keluarganya, papa Diaz cukup terkejut mengetahui bahwa ia adalah anak dari sahabat istrinya, tapi hal itu merupakan kabar bagus untuknya, karena ia yakin seratus persen kalau Belvyah pasti anak baik baik.
~
Sekarang Diaz mengantar Belvyah pulang menggunakan mobil, takutnya nanti Belvyah sakit klau harus naik motor malam-malam. Sesekali Diaz melirik Belvyah yang dari tadi hanya diam."Kok diam aja sih?"tanya Diaz, tapi tak direspon oleh Belvyah, Belvyah hanya memalingkan wajahnya menatap keluar jendela, Diazpun kembali fokus menyetir.
Diaz dan Belvyahpun telah sampai di rumah Belvyah, Belvyah langsung keluar disusul oleh Diaz
"Masuk gih, nanti salamin ketante sama om yah"ucap Diaz sambil mengusap puncak kepala Belvyah, namun lagi lagi tak direspon oleh Belvyah."Hai kamu kenapa sih? Ada masalah?"tanta Diaz dengan lembut.
"Gak"ucap Belvyah singkat. Diazpun menghela nafas.
"Yaudah aku pulang dulu yah?"ucap Diaz sambil membuka pintu mobilnya, tapi tiba tiba Belvyah mencekal tangan Diaz. Diazpun kembali menghadap Belvyah, dan betapa terkejutnya Diaz melihat mata Belvyah yang kini sudah berkaca-kaca.
"Kamu beneran gak mau lamar aku, aku gak mau Diaz kalau punya hubungan yang gak bisa serius"ucap Belvyah sambil menundukkan kepalanya.
"Hahahaha"tawa Diaz pecah mendengar ucapan Belvyah. Belvyah pun menatap Diaz.
"Ish kok malah ketawa sih, aku gak becanda loh..hiks"ucap Belvyah, dan yah ia sudah tidak dapat menahan tangisnya.
"Hei kok malah nangis sih? Ternyata kamu diam dari tadi karena mikirin hal ini?"ucap Diaz. Belvyahpun kembali menundukkan kepalanya, dan isakan Belvyah semakin kencang. Tanpa aba aba Diaz langsung memeluk Belvyah.
"Udah dong jangan nangis, siapa bilang aku gak mau lamar kamu, aku mau kok, tapi itu masih lama, aku mau sekolah dulu biar nanti masa depan aku cerah"ucap Diaz.
"Ja..jadi maksud ka..kamu masa depan kamu suram ka..kalau nikah sa..sama aku?"ucap Belvyah dengan tangis yang kini semakin kencang. Diazpun meringis, ia harus pandai mencari kalimat untuk diucapkan.
"Gak, maksud aku, aku mau nyelesain pendidikan dulu, supaya nanti aku mudah kalau buka usaha karena aku gak mau cuma ngandelin perusahaan papa, walau nantinya tetap aku yang akan meneruskannya tapi aku juga mau buka usaha sendiri"jelas Diaz sambil menepuk-nepuk punggung Belvyah untuk menenangkannya. Tangis Belvyah perlahan mereda dan hanya meninggalkan sesegukan.
"Ya..yaudah"balas Belvyah singkat. Diazpun dibuat tercengang mendengar respon Belvyah, ia sudah menjelaskan panjang lebar, tapi cuma itu respon yang diberikan Belvyah.
"Ka..katanya mau.. pulang?"ucap Belvyah masih sesegukan, wah sekarang ia malah diusir secara halus.
"Gak marah lagi kan?"akhirnya kalimat itu yang berhasil keluar dari mulut Diaz.
"Gak si..siapa juga yang ma..rah"elak Belvyah.
"Kamu tenang aja, nanti cuma kamu yang bakal jadi istri aku dan.."ucap Diaz menggantungkan kalimatnya. Belvyahpun mengernyitkan keningnya.
Dan jadi ibu dari anakku"ucap Diaz, Belvyahpun segera melepaskan pelukannya.
"Gombal"ucap Belvyah.
"Siapa juga yang gombal, pd banget"ucap Diaz menggoda Belvyah, Belvyah pun mengerucutkan bibirnya kesal, Sedangkan Diaz yang melihat itu kini mendekatkan wajah kepada Belvyah, Belvyah sampai menahan nafasnya karena terkejut lalu ia langsung memejamkan matanya.
Cup
Diaz menciumnya secepat kilat, tapi tenang cuma di kening kok.
Yah author ngeprankBelvyahpun membuka mata saat Diaz mengusap lembut bibirnya.
"Maunya sih cium disini, tapi nunggu halal"ucap Diaz. Wajah Belvyahpun kini merona karena malu.
"Udah sana pulang"ucap Belvyah sambil memegang kedua pipinya, Diazpun gemas melihat tingkah laku Belvyah dan kembali memeluknya.
"Yaudah, aku pulang dulu yah, tapi kamu masuk dulu"ucap Diaz lalu melepaskan pelukannya, Belvyahpun menurut dan melambaikan tangan kepada Diaz sebelum menutup pintu. Setelah pintu tertutup barulah Diaz menginggalkan tempatnya.
"Dari mana aja lo?"ucap Ara melihat Belvyah yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Dari rumah calon mertua"ucap Belvyah sambil tersenyum. Ara pun mendengus mendengarnya.
"Bagus yah, lo seneng seneng tapi gak tau kalau orang serumah ngekhawatirin lo, mana ponsel gak aktif lagi"ucap Ara sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Hp gue mati, casnya abis, udah yah kak, Belvyah capek, mau istirahat dadah kak"ucap Belvyah sambil berlari ke kamarnya.
"Dasar"Arapun geleng geleng melihat tingkah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
Teen FictionKisah cinta si kembar tak identik. Apakah akan berakhir sama Happy ending? Sad ending? Atau akankah berakhir berbeda? Kuyy baca!! Maaf kalau gak jelas soalnya cerita pertama : )