2

125 19 5
                                    

Suasana malam yang hening mendominasi ruangan yang kini di tempati oleh kedua pria yang saling menatap satu sama lain.

Sehun sejenak memandangi sekeliling, sepertinya kini rumahnya terlihat lebih bersih dari biasanya. Siapa yang melakukan semua ini? Seingatnya ia tidak pernah memiliki asisten rumah tangga.

"Jadi anda adalah ayah dari Soobin?"

"Ya. Apakah anak itu membuat masalah lagi hingga anda sampai datang ke sini?" Ucap Sehun dingin.

Mendengar itu Luhan hanya mengangguk pelan.
"Sekarang aku mengerti mengapa Soobin melakukan semua hal itu, anda lah masalahnya Tuan Ooh"

Sehun berdenyit heran. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pria yang ada di hadapannya ini.

"Sebaiknya anda pulang. Ini sudah larut malam. Kurasa ini adalah masalah keluargaku, aku tidak ingin orang lain mencampurinya. Terimakasih karena anda sudah serepot ini mengurus putraku"

Mendengar hal itu Luhan hanya sedikit tersenyum kecil seraya mengangguk pelan. Dalam hati ia tidak percaya karena kini ia di usir secara paksa. Ya, itu hal yang lumrah, sudah kesekian kalinya Luhan diperlakukan seperti itu oleh orang tua yang memiliki masalah yang tidak jauh berbeda dengan masalah yang di alami oleh Soobin.

"Jangan mengusir guru, aku mohon ayah. Ini sudah malam, tolong biarkan dia menginap"

Soobin tengah berdiri di depan pintu kamar. Ia terlihat memeluk boneka berbentuk kelinci dengan erat, dalam hati ia khawatir jika ayahnya akan marah besar kepada guru nya itu. Kini kedua matanya juga sudah terlihat berkaca-kaca.

"Masuk dan segera tidur, ayah tidak ingin dibantah" Sehun kembali berucap dingin.

"Tapi--"

"Soobin!" Teriak sedikit keras Sehun.

"Aku benci ayah!!" Soobin membalas berteriak kemudian menunduk kecewa, ia juga terlihat menangis dan pergi dengan cepat menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Jika anda selama ini mendidiknya dengan cara kasar seperti itu, sampai kapanpun ia pasti akan merasa sedih dan kecewa kepada anda"

Dengan cepat Luhan melangkahkan kakinya menuju kamar Soobin, sedangkan Sehun terlihat menghela nafas panjang dan menghembuskannya kasar.

............

"Soobin-ah, ayo buka pintunya, ini aku, aku ingin bicara padamu"

Mendengar Luhan berbicara di balik pintu membuat Soobin pun membuka pintu kamarnya. Luhan yang melihat hal itu hanya tersenyum, kemudian ia masuk ke dalam kamar Soobin.

Soobin kini hanya duduk termenung dia atas ranjangnya seraya mengusap kedua matanya yang basah akibat menangis. Boneka miliknya pun masih ia peluk.

"Mmm, sepertinya kau sangat menyukai boneka itu ya?"

Soobin hanya mengangguk seraya memandangi boneka yang kini ada di tangannya.

"Ini boneka pemberian nenek, hanya nenek yang perduli padaku. Sekarang aku benci ayah" Ekspresi kecewa tergambar jelas di wajahnya.

"Begitu rupanya, jika begitu kenapa kau tidak tinggal bersama dengan nenekmu saja?"

Sejenak Soobin terdiam.

"Aku tidak bisa meninggalkan ayah sendirian. Ibu sudah pergi, dan aku tidak ingin ayah sendirian"

"Kau bilang kau benci ayahmu"

Beautiful Pain [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang