13

78 11 8
                                    

Sehun dan Chanyeol kini berada di dalam perjalanan untuk menemui seseorang. Setelah susah payah merengek meminta barang yang ia inginkan, Chanyeol memutuskan untuk tidak lagi meminta benda yang dinilai penting bagi Sehun, pria itu sudah pasti tidak akan memberikannya begitu saja.

"Kau yakin tidak ingin memberikan konsol game itu padaku?"

Mendengar itu Sehun yang kini sedang menyetir hanya terdiam tanpa menanggapi perkataan Chanyeol.

"Yaa, aku akan menyerah kali ini" Ucap Chanyeol seraya memgangguk pelan.

Setelah sampai di tempat tujuan, Sehun dan Chanyeol segera turun dari mobil, mereka pun memasuki sebuah rumah yang kini berada di hadapannya.

"Ah, Tuan Park dan jika tidak salah anda Tuan Sehun kan?" Ucap seorang pria seraya membungkuk sopan.

Ia sudah berdiri di sana seolah sengaja menunggu kedatangan Chanyeol dan juga Sehun.

"Silahkan masuk" Ucap pria itu seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang diikuti oleh Chanyeol dan juga Sehun.

Kini mereka bertiga tengah duduk di atas kursi sofa.

"Ia orang yang ingin nenemuimu" Ucap Chanyeol.

"Aaa, ya aku mengerti Tuan"

"Jika begitu akau akan pergi keluar sebentar, kalian berdua bicara saja"

Chanyeol bergegas pergi keluar setelah mengatakan kalimat itu.

"Aku tahu kau yang menyelinap masuk ke dalam hutan itu, apakah kau menemukan orang yang sedang kucari?"

"Ah, benar Tuan. Aku memang ditugaskan oleh Tuan Chanyeol untuk masuk menyelinap ke hutan itu lebih dalam, ternyata di sana ada sebuah rumah yang ditinggali oleh sepasang orang tua yang sudah sepuh. Aku hanya dapat melihat dari kejauhan karena rumah itu dipagari tanaman beracun di sekitarnya. Aku berpikir mungkin saja Tuan Luhan dan Tuan muda  Soobin berada di sana, walapun sebenarnya itu hanya firasatku saja"

Mendengar penjelasan itu membuat Sehun terdiam sejenak.

"Bisakah kau membawaku ke sana?"

"Boleh saja, tetapi jalan menuju ke dalam hutan sana cukup berbahaya, apakah Tuan Sehun yakin? Sebelumnya aku memang tidak mengikuti jalur jalan yang biasanya, melainkan membuat jalan sendiri agar tidak diketahui oleh pihak kepolisian"

"Aku mengerti, tunjukkan saja jalannya padaku, aku hanya ingin memastikannya sendiri Jika orang yang aku cari benar-benar berada di sana"

...............

Luhan kini tengah menampi beras, memisahkan beberapa gabah dan batu yang ada di dalam beras yang tengah ia bersihkan itu. Ia merasa tidak enak berlama-lama atau bahkan merepotkan pemilik rumah tanpa harus membantu menyelesaikan pekerjaan, sebisa mungkin ia membantu pasangan kakek dan nenek itu dalam menjalani pekerjaannya.

"Sudah kubilang tidak perlu membantu nak, biar aku saja, apakah menampi beras itu sulit? Jika sukit letakkkan saja di sana, biar aku yang melakukannya" Ucap wanita paruh baya itu seraya mengiris kubis yang kini ada di tangannya.

Memdengar kalimatbitu membuat Luhan menoleh kepadanya.

"Aah, tidak apa-apa nek, aku justru senang dapat membantu, aku juga pernah melakukan ini, jadi nenek tidak perlu khawatir" Ucap Luhan seraya fokus mengerjakan tugasnya.

"Oh begitu rupanya, kau sering melakukan itu? Ah, bukankah di kota kualitas berasnya sangat bagus, jadi tidak perlu menapinya kan?"

Mendengar itu Luhan hanya tersenyum. Ia meletakkan beras yang sudah selesai ia kerjakan itu dan beralih ke tungku api yang diatasnya kini sedang merebus dua ekor ayam. Luhan sedikit meniup tungku api itu agar apinya tetap stabil dan tidak padam.

Beautiful Pain [HunHan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang